“Kamu nggak apa-apa 'kan? Ada yang sakit? Mana yang sakit?"
Mendengar pertanyaan itu, Elrissa hanya bisa diam. Sejak bangun dari pingsan, dia merasa hampa, kepingan ingatan di kepalanya saling bercampur tidak karuhan.Ini membuat dia tak ingat— apa yang barusan terjadi? Kenapa dadanya sakit seakan baru saja bernapas di dalam air? Kenapa juga sekujur tubuhnya basah? Dan, siapa pria misterius yang mengajaknya bicara ini?"Sayang? Kenapa kamu diam aja? Kamu nggak apa-apa 'kan?”Kedua mata Elrissa terbelalak. Dia mengulang, "Sayang? Sayang kamu bilang? Kenapa kamu manggil aku Sayang?“"Kok kamu malah ngomong nggak jelas gitu, sih? Aku tanya, kamu baik-baik aja, nggak? Ada yang sakit?" Si pria misterius berparas menawan itu mendekati Elrissa, hendak menyentuh lengannya. "Sini aku—”"Enggak!“ sela Elrissa sambil mundur selangkah, tetap menjaga jarak. Dia bingung dengan keadaan ini. ”Tolong jangan dekat-dekat sama aku.“"Kamu ini kenapa? kenapa malah mundur, aku mau periksa kondisi kamu.""Maaf, tapi kamu ini siapa?"Pria asing itu terperanjat. Usai jeda beberapa detik, dia bertanya serius, "kamu jangan bercanda, kok tanya gitu? Ini aku ... Alano, suami kamu.“"Alano? Su-Suami?” ulang Elrissa ikut kaget. Kepalanya sekarang seakan terselimut oleh kabut hitam, tidak jelas sama sekali. “A-Apa maksud kamu? Aku nggak kenal sama kamu. Suami gimana? Aku aja belum nikah.”"Jangan-jangan gegar otak. Kamu tadi kebentur?“ Alano mendekat lagi, ingin menyentuh kepala Elrissa. "Sini dulu, aku periksa kepala—""Enggak, enggak usah, aku udah bilang jangan dekat-dekat sama aku!" potong Elrissa cepat.Tingkahnya sangat waspada bak anak kucing di lingkungan baru. Ia memperhatikan sekitar. Sejauh mata memandang hanya pepohonan dan semak belukar. Tidak salah lagi— ini memang hutan.Tapi, kenapa ada di hutan?"Rissa?” Suara pria asing bernama Alano itu terdengar cemas. Dia berusaha mendekati Elrissa sembari merayu, "tolong jangan takut sama aku. Aku bukan orang jahat, Sayang.""Kok kamu bisa tahu namaku?""Gimana aku nggak tahu, kita ini udah nikah. Aku suami kamu. Alano. Aku tahu semua tentang kamu."Orang terdekat pasti memanggil Elrissa dengan 'Rissa', sementara orang tak dikenal biasa memanggilnya 'El'. Karena hal tersebut, Elrissa perlahan tenang.Karena wanita itu diam saja, Alano kembali bicara, "kamu nggak usah takut, aku beneran suami kamu. Aku cuma mau periksa kondisi kamu.""A-Aku nggak ingat apa-apa. Aku nggak kenal kamu. Ini kenapa aku ada di sini? Ini hutan 'kan? Kenapa aku di hutan? Kenapa juga bajuku basah?""Kamu ingat nama kamu, nggak?""Elrissa.""Terus aku?"Elrissa menggeleng lemas."Oke, tenang dulu, aku bukan orang asing apalagi orang jahat di sini, jadi kamu nggak usah terlalu waspada kayak gini ..." Secara hati-hati, Alano kembali mendekati Elrissa sembari bertanya, "ingatan terakhir kamu apa?”"Nggak tahu, aku tidur di rumah mungkin. Aku bahkan nggak ingat ini hari apa, tanggal berapa, kemarin aku ngapain, aku nggak ingat apa-apa ...“Alano berhasil mendapatkan kepercayaan Elrissa. Dia menyentuh kedua lengan wanita itu, dibelai dengan lembut.Dia berkata, "Sayang, kamu tadi tenggelam saat main air. Mungkin kepala kamu terbentur. Untungnya aku berhasil bawa ke tepian pantai.""Aku—" Elrissa menyentuh dadanya yang masih agak sakit. Sekarang, dia paham kenapa kondisinya begini. "Aku tenggelam?"”Iya, kamu tenggelam, aku yang selamatin kamu. Kamu hampir celaka, aku takut banget tadi soalnya kamu kebawa arus."Elrissa terdiam. Dia menatap mata pria itu dalam-dalam— mata hitam legam yang menghanyutkan sekaligus penuh pesona. “Kamu beneran suamiku? Aku punya suami? Kita udah nikah?""Iya, aku suami kamu.”Elrissa tidak ingat apapun tentang beberapa waktu ke belakang. Entah Minggu ke belakang atau beberapa bulan ke belakang. Akan tetapi, dia yakin seharusnya tak memiliki suami.Lantas, siapa pria ini? Apa dia sungguh suaminya?***Elrissa dan Alano duduk di kursi yang dipisahkan oleh meja bundar. Di atas meja itu terdapat piring-piring berisi daging, sate dan burger yang semuanya masih hangat. Mereka berdua kompak bersandar santai sembari melihat ke langit dimana sudah ada kembang api yang menyala.Pesta tahun baru sudah dimulai.Alano menuangkan alkohol jenis gin ke gelasnya untuk kesekian kalinya.Elrissa memegangi piring kecil berisi irisan daging. Dia sudah memakan sebagian. Pandangannya masih ke arah samping, ke kekasihnya yang sudah habis dua botol alkohol. “Sayang, kamu terlalu banyak minum itu, sudah jangan lagi.”“Aku masih sadar, kok, nggak apa-apa.” Alano menoleh pada wanita itu sembari tersenyum. Memang benar, kelihatan sekali kalau dia masih belum terlalu terpengaruh alkohol.“Aku takut kamu tipe pengamuk kalau mabuk.”Alano tertawa. “Aku tipe tukang tidur kalau mabuk.""Awas saja kalau ketiduran disini, aku nggak akan membawamu masuk ...""Jangan gitu, dong, nanti kamu kedinginan loh kalau nggak d
Rumah sewaan Alano adalah bangunan tua pinggir jalan. Rumahnya tidak terlalu besar, tidak bertingkat, tapi setidaknya punya halaman belakang yang cukup luas dan dilindungi oleh pagar yang aman. Itu yang paling penting sekarang.Saat mereka datang, semua sudah dibersih, tetapi areanya masih basah dan lembab. Untungnya, cuaca bagus hari ini, udara lebih hangat dari sebelumnya.Elrissa beristirahat di kamarnya sendirian. Dia diminta untuk tidur saja oleh Alano. Tetapi, wanita itu tidak mungkin bisa beristirahat setelah kejadian di supermarket tadi. Semuanya begitu mengejutkan.Ketika hari sudah mulai gelap, Elrissa keluar dari kamar untuk memeriksa keadaan. Dia penasaran dengan apa yang sudah dilakukan oleh calon suaminya di halaman belakang.Selama berjam-jam, Alano menikmati waktu sendirinya di halaman belakang. Dari mulai menyiapkan alat panggangan untuk pesta BBQ, menaruh meja di sampingnya yang sudah banyak terhidang potongan paprika, udang, daging dan lain-lain.Pencahayaan di hala
Elrissa tenggelam dalam pemikiran. Tetapi, semua itu buyar akibat wanita misterius tadi tak berhenti berteriak. Dia sempat berteriak, “Nona, jauhi pria itu! Dia monster! Dia bukan manusia! Tolong selamatkan dirimu!” Alano risih mendengarnya. Dia menarik tangan Elrissa, lalu diajak pergi ke rak terjauh agar menghindari kerumunan orang yang penasaran dengan keributan ini. Ketika sudah berada di samping rak minuman beralkohol, Alano berhenti berjalan, lalu mengambil beberapa kaleng alkohol untuk dimasukkan ke dalam troli. Elrissa tersadar. “Sayang, kamu minum alkohol? Kamu bilang nggak minum?” “Nggak apa-apa ‘kan? Ini juga mau tahun baru, sekalian merayakan.” Alano menjawab dengan nada cukup dingin. "Hmm ..." Elrissa tidak suka dengan ini. Alano paham kekhawatiran Elrissa. "Tenang, aku nggak mungkin mabuk. Jangan takut. Lagian di supermarket ini, alkohol yang dijual itu terbatas, nggak ada yang kandungan alkoholnya tinggi, malahan mirip soda biasa." "Oh." Alano kembali m
Seminggu telah berlalu …Alano mengajak Elrissa untuk pergi berlibur di kota kecil, sekaligus menghindari keramaian tahun baru di kota besar.Elrissa tampaknya ingin menghabiskan waktu lebih private bersama Alano. Kehamilannya telah diperiksa dan ternyata sudah jalan lima minggu. Ini cukup mengejutkan karena dia tidak terlalu merasakan gejalanya, kecuali lelah dan suka mengantuk.Sebelum ke rumah yang mereka sewa, terlebih dahulu Alano membelokkan mobilnya masuk ke area supermarket. Halaman parkirnya sudah ramai pengunjung. Tak heran sekarang sudah cukup siang.Supermarket itu bernama Tony’s Market, tempat yang jelas familiar kepada semua warga yang pernah berada di kota ini, termasuk Alano dan Elrissa. Saat kecil, mereka beberapa kali mampir kemari untu berbelanja.Saat keluar dari mobil, Elrissa menatapnya bagian depan supermarket itu. “Sudah berapa tahun ya aku nggak ke sini?”Alano ikut keluar mobil, menikmati udara segar di kota ini. “Aku juga sudah lupa kapan terakhir ke kota in
Elrissa memeluk Alano begitu sampai di rumah. Dia menangis di pelukan pria itu, menyesali keputusannya untuk pergi sendirian. Hatinya masih terluka dengan kelakuan tersembunyi dari Daniel.Alano mengelus rambutnya. Tidak perlu dijelaskan, dia sudah mengetahui segalanya. "Nggak usah menangis, Sayang, nanti akan aku balas semua sakit hatimu.""Dia ingin melenyapkan anak kita.""Nggak akan. Nggak akan ada orang yang bisa mencelakaimu ataupun anak kita. Tenang saja, ya."Elrissa melepaskan pelukannya, lalu memandangi wajah Alano. Air mata membasahi pipinya. Dia sangat stres karena semua ini.Alano tidak tega melihatnya. Dia memgusap air mata Elrissa dengan jempolnya. "Sudah jangan nangis. Dia nggak akan mengganggu kita lagi.""Iya.""Kamu mau liburan nggak? Kita bisa menyewa villa di kota lain? Kita bisa main ke pantai atau semacamnya."Elrissa menatap Alano dalam-dalam, senang dengan perubahan sikap pria itu. Sekarang, dia merasa sangat aman dan dicintai. Tidak dikekang seperti sebelumny
Daniel baru saja menindih tubuh Sarah di atas ranjang, tapi suara berisik pintu gerbang mengganggunya. Dia langsung bangun, dan menaikkan celananya lagi."Siapa itu, jangan-jangan dia ..." katanya sambil mengancingkan lagi kemeja yang dia pakai.Sarah bangun sembari menutupi dadanya dengan selimut. "Daniel, mau kemana?"Daniel mengacuhkannya, dan berlari keluar kamar, curiga kalau David mengkhianatinya.Dia menggebrak pintu kamar tamu, dan tak melihat ada Elrissa disitu. "Rissa!"Panik, dia keluar rumah, dan berlari ke pintu gerbang. Dari situ, dia bisa melihat wanita itu berlari menyusuri trotoar menuju ke jalan raya yang berjarak dua ratus meter dari rumah ini."ELRIISSSSAAA! MAU KEMANA KAMU!" teriak Daniel mengejarnya.Elrissa kaget, ternyata ucapan David benar, suara berisik dari pintu gerbang menyadarkan Daniel akan kepergiannya.Dia menambah kecepatannya berlari, dan untungnya jarak ke jalan raya tidak terlalu jauh.Sebuah taksi berhasil dia berhentikan, tapi sialnya lari Daniel