หน้าหลัก / Fantasi / REINCARNATED WITH SYSTEM / Chapter 6 – Arogansi Anak Pejabat

แชร์

Chapter 6 – Arogansi Anak Pejabat

ผู้เขียน: Aditya Yunda
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-08 11:45:24

Keesokan harinya, Kota Moonlight bergemuruh dengan satu topik.

“Untuk sementara, aku harus bergerak sendiri,” ucap Hiro pelan ke Liu Mei dan Liu Shan. “Kalian tunggu di penginapan atau kemanapun sesuka hati kalian, yang penting bersembunyi agar tidak terlibat lebih jauh."

Liu Mei menatap Hiro dengan sedikit cemas. “Apakah… kau akan baik-baik saja?”

Hiro mengangguk, menepuk bahunya ringan. “Aku baik-baik saja. Ini hanya sementara."

Dengan itu, Hiro melangkah pergi, menembus kerumunan kota Moonlight. Liu Mei dan Liu Shan menatap punggungnya, merasa lega sekaligus khawatir. Mereka tahu perpisahan ini logis: Hiro harus menghadapi konflik yang lebih besar, dan mereka belum siap untuk ikut campur.

“Orang asing berjubah hitam itu benar-benar menekan Yun Fei tanpa menyentuhnya…”

“Anak pejabat kota dipermalukan di depan umum. Itu belum pernah terjadi sebelumnya!”

“Aku mendengar auranya membuat pengawal-pengawal Yun Fei gemetar seperti anak ayam.”

Rumor menyebar lebih cepat dari api di ladang kering. Nama Hiro belum dikenal, tapi sebutan ‘Bayangan Misterius’ mulai melekat di telinga warga.

Di dalam aula megah kediaman pejabat kota, Yun Fei menghantam meja kayu hingga retak.

“Bajingan itu berani mempermalukan ku di depan umum!” suaranya serak menahan marah.

Beberapa pelayan menunduk dalam-dalam, tak berani bersuara.

Seorang pria paruh baya dengan jubah pejabat masuk, wajahnya penuh wibawa. Dialah Yun Tian, ayah Yun Fei sekaligus penguasa administratif Kota Moonlight.

“Apa lagi yang kau buat ribut, Fei’er?” tanyanya dengan nada dingin.

“Ayah! Ada orang asing—miskin, lusuh, tak jelas asal-usul—berani menantang ku di depan umum. Ia mempermalukan nama keluargaku!” Yun Fei menggertakkan gigi.

Yun Tian mengerutkan dahi. “Kau anakku, tak seharusnya kalah wibawa dari orang asing. Tetapi…” ia berhenti sejenak, tatapannya tajam, “…jika rumor itu benar, orang itu tidak boleh dianggap remeh. Kau tahu, banyak mata sekte besar ada di kota ini.”

Yun Fei mendengus. “Aku tidak peduli siapa dia! Malam ini aku akan mengajarnya. Aku sudah memanggil beberapa ahli dari paviliun pribadi kita. Kali ini, tidak ada yang akan menolongnya.”

Sore hari, Hiro berjalan santai di pasar utama kota. Matanya sesekali menatap kios herbal, pedang baja murah, dan kerumunan warga yang sibuk menawar.

{Tuan, pola pergerakan mencurigakan. Enam orang mengikuti mu dari arah berbeda. Target utama: pemuda bernama Yun Fei.}

Hiro meneguk teh dari cangkir keramik murah, tersenyum samar.

“Seperti yang kuduga. Bocah itu tak akan diam saja.”

Suara riuh tiba-tiba pecah. Yun Fei muncul bersama sekelompok pengawal dan dua pria berpakaian kultivator. Warga pasar menyingkir cepat, membentuk lingkaran kosong.

“Hahahaha! Akhirnya aku menemukanmu, orang asing busuk!” Yun Fei menunjuk Hiro. “Beraninya kau mempermalukan keturunan keluarga Yun semalam. Hari ini, aku pastikan kau mencium tanah di depanku!”

Warga berbisik ketakutan.

“Itu Yun Fei lagi…”

“Dan dia membawa kultivator bayaran…”

“Celaka, orang asing itu pasti habis kali ini.”

Hiro berdiri perlahan, meletakkan cangkir teh. Tatapannya dingin menusuk Yun Fei.

“Apa kau benar-benar ingin mempermalukan keluargamu sekali lagi, bocah?”

Kultivator bayaran yang berdiri di sisi Yun Fei tertawa kasar.

“Berani sekali kau bicara begitu. Kami diupah untuk memastikan tak ada sisa tubuhmu yang bisa dikuburkan.”

Hiro menghela napas. Aura gelap perlahan merembes keluar, membuat udara di sekitar pasar menegang. Beberapa warga langsung terjatuh berlutut, dada mereka terasa sesak.

Pengawal-pengawal Yun Fei goyah, wajah mereka memucat.

“A–apa ini… tekanan spiritual?! Seperti menatap… jurang maut…”

Yun Fei mencoba menyembunyikan ketakutannya, tapi tubuhnya bergetar halus.

“K–kalian! Cepat habisi dia!”

Dua kultivator bayaran maju bersamaan, pedang spiritual mereka berkilau. Satu menghunus ke arah dada Hiro, satunya lagi mencoba menebas dari belakang.

Namun sebelum tebasan itu mengenai, Hiro sudah bergerak. Pedang hitamnya muncul, gerakannya begitu cepat hingga hanya bayangan yang terlihat.

Clang!

Suara besi bertabrakan, lalu craaaak! pedang spiritual musuh retak, terbelah dua.

Dalam sekejap, Hiro berdiri di belakang salah satu lawan. Pedangnya sudah meneteskan darah.

“Ughh—!” kultivator itu ambruk, lehernya robek tanpa sempat menjerit.

Yang lain panik, mencoba mundur. Tapi Hiro hanya mengangkat pedang sekali lagi. Sebuah kilatan gelap melintas. Kepala musuh terlempar ke udara, tubuhnya terjerembap tanpa nyawa.

Kerumunan menjerit, beberapa langsung berlari menjauh.

“Dia membunuhnya! Dua kultivator… hanya dengan dua tebasan!”

Yun Fei jatuh terduduk, wajahnya pucat pasi.

“K–kau… monster…!”

Hiro mendekat perlahan. Setiap langkahnya membuat Yun Fei semakin gemetar. Pedang hitam masih meneteskan darah segar, aroma besi menusuk hidung.

“Dengar baik-baik,” suara Hiro rendah, dingin. “Aku tidak peduli siapa ayahmu, atau berapa banyak pengawal yang kau punya. Bila kau mencoba menghalangiku lagi… aku tidak akan berhenti pada pengawalmu.”

Mata Yun Fei melebar. Ia tahu jelas apa maksud kata-kata itu—ancaman langsung terhadap keluarganya.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Hiro berbalik pergi, meninggalkan pasar yang diliputi ketakutan.

Malam itu, seluruh kota membicarakan satu hal.

“Yun Fei dipermalukan lagi… bahkan pengawalnya dibantai di depan umum.”

“Dua kultivator bayaran tewas hanya dengan satu-dua tebasan…”

“Orang asing itu… bukan manusia biasa. Dia bayangan kematian yang menyamar sebagai manusia.”

Nama Bayangan Misterius semakin melekat. Sekte-sekte kecil mulai mencatat namanya, dan para pedagang kota mulai melihatnya dengan campuran rasa takut dan kagum.

Dan di balik semua rumor itu, Hiro hanya berjalan tenang di jalanan malam. Senyumnya samar, tapi matanya berkilau tajam.

“Semakin cepat aku menguasai ketakutan mereka… semakin mudah jalanku di dunia ini.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 12 – Pisau di Balik Senyum

    Langkah kaki mereka bergema di bawah naungan hutan selatan. Udara lembap masih mengandung bau darah dari tubuh harimau berlapis batu yang baru saja mereka kalahkan. Inti bercahaya kini tersimpan di dalam kantong Hiro, berdenyut pelan seperti jantung kedua.Tidak ada yang berbicara untuk waktu lama. Zhang Wei sesekali melirik ke arah Hiro, matanya penuh perhitungan. Liu Mei berjalan tenang di belakang, wajahnya tetap datar, seakan pertarungan tadi bukan sesuatu yang menegangkan.“Kalau kau tidak mengambil inti itu, kita bisa membaginya,” Zhang Wei akhirnya membuka mulut. Nada suaranya dibuat seramah mungkin, meski tidak bisa menyembunyikan ketidaksabarannya. “Lagipula, inti kelas dua bernilai tinggi. Kau tidak berniat menyimpannya sendiri, kan?”Hiro menoleh sedikit, matanya dingin. “Inti ini hasil pedangku. Kau hanya berdiri di samping, mencoba menunggu celah. Apa kau merasa layak?”Zhang Wei tersenyum hambar. “Aku hanya berbicara soal kerja sama. Kalau kau menolak, tentu aku tidak bi

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 11 – Ujian Darah Pertama

    Pagi itu langit Paviliun Pedang Langit dipenuhi kabut tipis. Sinar matahari berusaha menembus awan, namun hanya menghasilkan cahaya pucat yang melapisi halaman latihan. Murid-murid sudah berbaris, menunggu pengumuman dari elder. Hari ini bukan hari biasa—ada kabar bahwa sebuah ujian khusus akan digelar.Nama Hiro kembali menjadi pusat perhatian. Di antara barisan kandidat murid, ia berdiri paling belakang, jubah hitamnya kontras dengan pakaian putih para murid lain. Tidak ada yang berani mendekat, seolah udara di sekitarnya beracun.Seorang elder muncul di panggung batu. Jubah panjangnya berwarna biru tua, rambutnya diikat rapi, dan sorot matanya tajam. Ia mengangkat tangan, dan suara bisik-bisik murid pun langsung terhenti.“Hari ini, Paviliun akan menggelar ujian lapangan bagi kandidat murid,” suaranya bergema. “Kalian akan dikirim ke hutan selatan, tempat di mana binatang buas spiritual merajalela. Tugas kalian sederhana: bawa kembali inti binatang kelas dua sebagai bukti kelayakan

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 10 – Aura yang Menaklukkan

    Tubuh Bai Jian masih tergeletak di lantai arena, darahnya merembes perlahan, memenuhi celah-celah batu putih. Bau besi menusuk hidung, membuat beberapa murid menutup mulut menahan mual.Namun yang paling menekan bukanlah pemandangan itu, melainkan tekanan gelap yang terus mengalir dari tubuh Hiro. Meski pedangnya sudah ia turunkan, hawa dingin yang menyelubunginya seolah menahan semua orang dalam kurungan tak terlihat.Salah seorang elder akhirnya berdiri. Jubahnya bergetar tipis karena tekanan Hiro, namun matanya tetap tajam.“Kau membunuh murid inti kami. Apa kau tahu konsekuensinya?”Hiro menatapnya tanpa gentar.“Dia datang untuk membunuhku. Apa kau ingin aku berdiri diam dan menunggu pedangnya menembus tubuhku? Jika Paviliun Pedang Langit tak sanggup melindungi muridnya, jangan salahkan aku karena merenggut nyawa mereka.”Kata-kata itu membuat banyak murid menggertakkan gigi. Belum pernah ada orang asing berbicara seperti itu di hadapan elder, apalagi setelah membunuh murid inti.

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 9 – Darah di Tengah Ujian

    Arena dipenuhi suara pedang beradu. Dari sepuluh murid Paviliun Pedang Langit, hanya empat yang tersisa. Nafas mereka memburu, tangan gemetar, wajah pucat menahan tekanan.Di depan mereka, Hiro berdiri tenang. Pedang hitam di tangannya masih meneteskan darah.Salah seorang murid berteriak, memaksa keberanian muncul.“Jangan mundur! Kita tidak boleh mempermalukan Paviliun!”Teriakan itu menjadi pemicu. Keempatnya menyerang bersamaan. Cahaya pedang meledak, menutup arena dengan kilatan tajam.Hiro hanya mengayunkan pedangnya sekali. Gerakannya sederhana, seolah sapuan biasa. Namun cahaya pedang itu pecah berantakan, hancur seperti kaca yang retak.Dua murid terhempas ke dinding, darah muncrat dari mulut. Satu lainnya jatuh berlutut dengan luka gores di bahu. Tinggal satu, wajah pucat, tapi masih menggertakkan gigi dan menyerang.Hiro menatapnya sebentar sebelum menghilang. Bayangan hitam berkelebat, dan saat murid itu sadar, pedang hitam sudah menempel di lehernya.Hiro tidak menebas. B

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 8 – Undangan dari Paviliun Pedang Langit

    Pagi itu Kota Moonlight ramai seperti biasa, tetapi suasana terasa berbeda. Obrolan di pasar, kedai arak, hingga jalan-jalan kecil hanya berputar pada satu topik: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran. Cerita itu menyebar cepat, dari mulut ke mulut, dengan tambahan bumbu yang membuat sosoknya terdengar semakin menyeramkan.Hiro duduk di sebuah kedai sederhana sambil menikmati sarapan. Ia tidak berbicara, hanya mendengarkan riuhnya orang-orang yang bahkan tak sadar objek pembicaraan mereka ada di ruangan yang sama. Sebagian menyebutnya pembunuh legendaris yang bangkit dari kubur, sebagian lain menganggapnya kutukan dalam wujud manusia. Hiro menyesap tehnya, senyum samar terlukis di bibir.Pintu kedai tiba-tiba terbuka. Seorang pemuda berbaju putih dengan bordir pedang emas melangkah masuk. Auranya tajam, setiap langkahnya diiringi tatapan hormat dari orang-orang yang mengenal lambang Paviliun Pedang Langit di dadanya. Ia menatap

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 7 – Rumor yang Menyebar

    Kota Perbatasan Moonlight selalu ramai, tetapi dua hari terakhir suasananya berbeda. Obrolan di kedai, di pasar, bahkan di pelataran sekte kecil hanya membicarakan satu hal: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran seolah bukan apa-apa.“Katanya dia hanya menghunus pedangnya sekali, lalu dua orang itu jatuh begitu saja.”“Aku mendengar aura yang ia lepaskan membuat belasan orang pingsan.”“Tidak mungkin ia hanya seorang pengembara. Dia pasti murid sekte besar yang sedang menyamar.”Cerita-cerita itu semakin lama semakin dilebih-lebihkan. Ada yang bilang Hiro adalah reinkarnasi pembunuh legendaris. Ada yang menyebutnya sebagai bayangan kutukan yang turun dari langit. Tidak ada yang tahu kebenarannya, tetapi semua orang membicarakannya.Di sebuah kedai arak, beberapa kultivator muda dari sekte kecil saling berdebat.“Kalau benar dia sekuat itu, mengapa tidak ada sekte yang mengklaimnya?”“Justru karena terlalu kuat, sekte besar past

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status