หน้าหลัก / Fantasi / REINCARNATED WITH SYSTEM / Chapter 5– Kota Perbatasan Moonlight

แชร์

Chapter 5– Kota Perbatasan Moonlight

ผู้เขียน: Aditya Yunda
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-09-08 11:43:58

Langit barat mulai memerah ketika Hiro melangkah keluar dari hutan. Selama berminggu-minggu ia hidup di bawah bayangan pepohonan, memburu binatang buas, menyempurnakan teknik pedangnya, dan membiasakan diri dengan dunia asing ini. Namun hari ini berbeda—untuk pertama kalinya ia menatap jelas tembok batu tinggi yang menjulang di kejauhan.

{Tuan, itulah Kota Perbatasan Moonlight. Titik pertemuan dagang, militer, sekaligus pintu masuk menuju dunia manusia yang lebih luas. Data menunjukkan kota ini dikuasai bangsawan kelas menengah, namun banyak sekte besar menaruh mata di sini.}

Hiro tersenyum tipis.

“Jadi akhirnya aku sampai…” gumamnya lirih.

Gerbang kota dipenuhi hiruk pikuk. Pedagang dengan gerobak, serdadu yang memeriksa barang bawaan, dan warga sipil yang keluar-masuk seolah menjadi denyut nadi kota.

Hiro berjalan dengan langkah ringan, Liu Mei memegang erat lengan Liu Shan di sampingnya.

Seorang penjaga mengangkat tombaknya, menghalangi jalan.

“Orang asing? Tunjukkan identitasmu!”

Hiro hanya menatap sekilas. Aura samar menyebar, cukup untuk membuat udara di sekitar menegang. Penjaga itu refleks menelan ludah, lalu tanpa sadar menyingkir.

“L–lanjutkan. Kau boleh masuk.”

Para pedagang di sekitar menoleh dengan kening berkerut. Seorang pria berbisik pada temannya,

“Orang itu… siapa? Gerakannya tenang sekali.”

“Dan penjaga itu ketakutan hanya karena tatapannya…”

Benih rumor pertama ditanam.

Begitu masuk, Hiro melihat kota itu bagaikan campuran dunia lama dan baru. Jalan batu dipenuhi toko herbal, bengkel senjata, restoran, dan rumah bordir. Di kejauhan, menara dengan lambang Pedang Langit berdiri kokoh, tanda jelas pengaruh sekte di kota itu.

{Tuan, disarankan tidak membuat keributan dulu. Namun…}

“Namun?” tanya Hiro dalam hati.

{Beberapa pasang mata sudah menatap Anda sejak memasuki kota. Rumor akan menyebar cepat.}

Hiro terkekeh. “Bukankah itu yang kita mau?”

Ia melangkah masuk ke sebuah kedai. Suara riuh pedagang dan bau arak memenuhi udara. Orang-orang menoleh sebentar, lalu kembali ke obrolan masing-masing. Namun perlahan, bisik-bisik mulai terdengar.

“Itu dia yang baru masuk kota tadi…”

“Sepertinya bukan orang biasa.”

“Gerakannya… seperti pembunuh terlatih.”

Hiro duduk, memesan semangkuk sup panas. Sembari menunggu, telinganya menangkap potongan pembicaraan di meja sebelah.

“Dengar-dengar, beberapa hari lalu ada anak pejabat yang mengamuk, menghajar pedagang kecil di alun-alun.”

“Ah, itu biasa. Anak pejabat di sini memang seenaknya. Tak ada yang berani melawan.”

Hiro tersenyum tipis. Dunia ini ternyata sama busuknya dengan dunia lamanya

Malam turun, lampu minyak menerangi jalanan. Hiro berjalan santai di antara kerumunan. Namun dari sudut matanya, ia merasakan kehadiran yang mengikuti.

Beberapa pasang mata sudah menatap mereka sejak memasuki kota. Hiro terkekeh, menatap Liu Mei yang terlihat sedikit cemas tapi berusaha tegar.

“Ternyata benar,” gumamnya. “Baru sehari di kota ini, sudah ada yang penasaran.”

Saat mereka menyusuri gang sempit, tiga pemuda berpakaian mewah menghadang. Salah satunya—wajah angkuh, rambut disisir ke belakang—tersenyum mengejek. “Kau gadis cantik, ya? Namaku Yun Fei, putra pejabat kota ini. Biasanya aku tak peduli dengan pengembara miskin… tapi kau menarik perhatianku.” Ia mencoba meraih Liu Mei dengan maksud menekan. Gadis itu menjerit pelan, tubuhnya gemetar, mencoba melepaskan diri. Pengawal Yun Fei menahan beberapa warga yang ingin ikut campur.

Hiro segera melangkah di antara Liu Mei dan Yun Fei. “Lepaskan dia,” kata Hiro dengan suara rendah namun tegas. Yun Fei menatapnya, raut wajahnya berubah dari angkuh menjadi terkejut. Dua pengawal mundur setengah langkah, bingung dengan keberanian pemuda asing itu. Warga menahan napas, membiarkan ketegangan itu terjadi. Yun Fei mencoba mengintimidasi lagi, tapi Hiro tetap diam dan tenang, menatap tajam. Ia tidak menyerang dulu, hanya hadir sebagai penghalang agar Liu Mei aman.

Sesaat setelah berhasil melepaskan diri gadis itu menempel di belakang Hiro, tubuhnya gemetar tapi lega. “Kau baik-baik saja,” kata Hiro pelan. Liu Mei mengangguk, wajahnya pucat, namun perlahan muncul rasa aman

“Kau orang baru, ya? Sudah kubilang namaku Yun Fei, putra pejabat kota ini. Biasanya aku tak peduli dengan pengembara miskin… tapi hanya gadis itulah yang menarik perhatianku seharusnya iya bersyukur. Dan apaan gaya berjalanmu, tatapanmu itu. Kau pikir siapa dirimu berani bersikap seenaknya di wilayahku?”

Orang-orang mulai berkumpul, berbisik.

“Itu Yun Fei… anak kesayangan penguasa kota.”

“Celaka. Orang asing itu pasti akan dipermalukan.”

Melihat Hiro hanya diam saja tidak mengeluarkan sepatah katapun, Yun Fei terkekeh kasar. “Tidak ada yang berani menentang ku tanpa izin. Sekarang berlutut, lalu minta maaf. Kalau tidak, aku pastikan kau tidak bisa keluar dari kota ini hidup-hidup.”

Suasana jalan mendadak hening. Hiro berdiri tenang menatap wajah Yun Fei yang angkuh, lalu perlahan ia melepaskan auranya. Bukan aura keras, hanya gelombang samar yang menekan jantung siapa pun yang mendekat.

Wajah Yun Fei yang awalnya angkuh penuh kesombongan kini memucat, badannya bergetar tak mampu menahan tekanan aura yang Hiro keluarkan. Dua pengawalnya mundur selangkah, dengan lutut bergetar. Warga di sekitar menahan napas, sebagian jatuh terduduk.

“B–bayangan apa ini…?” salah satu berbisik ketakutan.

Hiro melangkah mendekat, suara langkahnya terdengar bagai dentuman di telinga Yun Fei. Ia menunduk, menatap lurus ke mata pemuda itu.

“Dengar baik-baik. Aku tidak datang untuk tunduk pada siapa pun. Kota ini memang milikmu tapi saat ini hidup dan mati mu berada di tanganku. Dan bila kau coba menghalangi jalanku lagi… aku akan pastikan nama keluargamu hanya tinggal kenangan.”

Sejenak, hanya desiran angin malam yang terdengar. Yun Fei tercekat, tubuhnya gemetar hebat.

Hiro menatapnya dengan tajam sesaat lalu berbalik, melangkah pergi begitu saja. Orang-orang terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan.

Bisik-bisik kembali pecah.

“Siapa orang itu…?!”

“Auranya… menakutkan sekali.”

“Seolah bayangan kematian berjalan di tengah kita.”

Dan malam itu, rumor pertama tentang sosok misterius berjubah hitam menyebar ke seluruh Kota Moonlight.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 12 – Pisau di Balik Senyum

    Langkah kaki mereka bergema di bawah naungan hutan selatan. Udara lembap masih mengandung bau darah dari tubuh harimau berlapis batu yang baru saja mereka kalahkan. Inti bercahaya kini tersimpan di dalam kantong Hiro, berdenyut pelan seperti jantung kedua.Tidak ada yang berbicara untuk waktu lama. Zhang Wei sesekali melirik ke arah Hiro, matanya penuh perhitungan. Liu Mei berjalan tenang di belakang, wajahnya tetap datar, seakan pertarungan tadi bukan sesuatu yang menegangkan.“Kalau kau tidak mengambil inti itu, kita bisa membaginya,” Zhang Wei akhirnya membuka mulut. Nada suaranya dibuat seramah mungkin, meski tidak bisa menyembunyikan ketidaksabarannya. “Lagipula, inti kelas dua bernilai tinggi. Kau tidak berniat menyimpannya sendiri, kan?”Hiro menoleh sedikit, matanya dingin. “Inti ini hasil pedangku. Kau hanya berdiri di samping, mencoba menunggu celah. Apa kau merasa layak?”Zhang Wei tersenyum hambar. “Aku hanya berbicara soal kerja sama. Kalau kau menolak, tentu aku tidak bi

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 11 – Ujian Darah Pertama

    Pagi itu langit Paviliun Pedang Langit dipenuhi kabut tipis. Sinar matahari berusaha menembus awan, namun hanya menghasilkan cahaya pucat yang melapisi halaman latihan. Murid-murid sudah berbaris, menunggu pengumuman dari elder. Hari ini bukan hari biasa—ada kabar bahwa sebuah ujian khusus akan digelar.Nama Hiro kembali menjadi pusat perhatian. Di antara barisan kandidat murid, ia berdiri paling belakang, jubah hitamnya kontras dengan pakaian putih para murid lain. Tidak ada yang berani mendekat, seolah udara di sekitarnya beracun.Seorang elder muncul di panggung batu. Jubah panjangnya berwarna biru tua, rambutnya diikat rapi, dan sorot matanya tajam. Ia mengangkat tangan, dan suara bisik-bisik murid pun langsung terhenti.“Hari ini, Paviliun akan menggelar ujian lapangan bagi kandidat murid,” suaranya bergema. “Kalian akan dikirim ke hutan selatan, tempat di mana binatang buas spiritual merajalela. Tugas kalian sederhana: bawa kembali inti binatang kelas dua sebagai bukti kelayakan

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 10 – Aura yang Menaklukkan

    Tubuh Bai Jian masih tergeletak di lantai arena, darahnya merembes perlahan, memenuhi celah-celah batu putih. Bau besi menusuk hidung, membuat beberapa murid menutup mulut menahan mual.Namun yang paling menekan bukanlah pemandangan itu, melainkan tekanan gelap yang terus mengalir dari tubuh Hiro. Meski pedangnya sudah ia turunkan, hawa dingin yang menyelubunginya seolah menahan semua orang dalam kurungan tak terlihat.Salah seorang elder akhirnya berdiri. Jubahnya bergetar tipis karena tekanan Hiro, namun matanya tetap tajam.“Kau membunuh murid inti kami. Apa kau tahu konsekuensinya?”Hiro menatapnya tanpa gentar.“Dia datang untuk membunuhku. Apa kau ingin aku berdiri diam dan menunggu pedangnya menembus tubuhku? Jika Paviliun Pedang Langit tak sanggup melindungi muridnya, jangan salahkan aku karena merenggut nyawa mereka.”Kata-kata itu membuat banyak murid menggertakkan gigi. Belum pernah ada orang asing berbicara seperti itu di hadapan elder, apalagi setelah membunuh murid inti.

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 9 – Darah di Tengah Ujian

    Arena dipenuhi suara pedang beradu. Dari sepuluh murid Paviliun Pedang Langit, hanya empat yang tersisa. Nafas mereka memburu, tangan gemetar, wajah pucat menahan tekanan.Di depan mereka, Hiro berdiri tenang. Pedang hitam di tangannya masih meneteskan darah.Salah seorang murid berteriak, memaksa keberanian muncul.“Jangan mundur! Kita tidak boleh mempermalukan Paviliun!”Teriakan itu menjadi pemicu. Keempatnya menyerang bersamaan. Cahaya pedang meledak, menutup arena dengan kilatan tajam.Hiro hanya mengayunkan pedangnya sekali. Gerakannya sederhana, seolah sapuan biasa. Namun cahaya pedang itu pecah berantakan, hancur seperti kaca yang retak.Dua murid terhempas ke dinding, darah muncrat dari mulut. Satu lainnya jatuh berlutut dengan luka gores di bahu. Tinggal satu, wajah pucat, tapi masih menggertakkan gigi dan menyerang.Hiro menatapnya sebentar sebelum menghilang. Bayangan hitam berkelebat, dan saat murid itu sadar, pedang hitam sudah menempel di lehernya.Hiro tidak menebas. B

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 8 – Undangan dari Paviliun Pedang Langit

    Pagi itu Kota Moonlight ramai seperti biasa, tetapi suasana terasa berbeda. Obrolan di pasar, kedai arak, hingga jalan-jalan kecil hanya berputar pada satu topik: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran. Cerita itu menyebar cepat, dari mulut ke mulut, dengan tambahan bumbu yang membuat sosoknya terdengar semakin menyeramkan.Hiro duduk di sebuah kedai sederhana sambil menikmati sarapan. Ia tidak berbicara, hanya mendengarkan riuhnya orang-orang yang bahkan tak sadar objek pembicaraan mereka ada di ruangan yang sama. Sebagian menyebutnya pembunuh legendaris yang bangkit dari kubur, sebagian lain menganggapnya kutukan dalam wujud manusia. Hiro menyesap tehnya, senyum samar terlukis di bibir.Pintu kedai tiba-tiba terbuka. Seorang pemuda berbaju putih dengan bordir pedang emas melangkah masuk. Auranya tajam, setiap langkahnya diiringi tatapan hormat dari orang-orang yang mengenal lambang Paviliun Pedang Langit di dadanya. Ia menatap

  • REINCARNATED WITH SYSTEM   Chapter 7 – Rumor yang Menyebar

    Kota Perbatasan Moonlight selalu ramai, tetapi dua hari terakhir suasananya berbeda. Obrolan di kedai, di pasar, bahkan di pelataran sekte kecil hanya membicarakan satu hal: orang asing berjubah hitam yang mempermalukan anak pejabat dan membantai dua kultivator bayaran seolah bukan apa-apa.“Katanya dia hanya menghunus pedangnya sekali, lalu dua orang itu jatuh begitu saja.”“Aku mendengar aura yang ia lepaskan membuat belasan orang pingsan.”“Tidak mungkin ia hanya seorang pengembara. Dia pasti murid sekte besar yang sedang menyamar.”Cerita-cerita itu semakin lama semakin dilebih-lebihkan. Ada yang bilang Hiro adalah reinkarnasi pembunuh legendaris. Ada yang menyebutnya sebagai bayangan kutukan yang turun dari langit. Tidak ada yang tahu kebenarannya, tetapi semua orang membicarakannya.Di sebuah kedai arak, beberapa kultivator muda dari sekte kecil saling berdebat.“Kalau benar dia sekuat itu, mengapa tidak ada sekte yang mengklaimnya?”“Justru karena terlalu kuat, sekte besar past

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status