Share

TERTIPU

     Pagi itu Dewi Sekar Arimbi berjalan-jalan di taman dan tanpa sengaja ia melihat pemuda yang sejak kemarin sudah membuat hatinya berdebar dan jantungnya berhenti berdetak.

"Pagi Raden," sapanya. Pemuda itu tersenyum ramah, "Ah, kau Sekar Arimbi,bukan? Gadis yang dibawa oleh yang mulia Prabu Bratanaya untuk mendapatkn perlindungan." 

     Bukan main gembiranya hati Dewi Sekar Arimbi saat mengetahui bahwa Kamandraka ternyata mengenal dan mengetahui namanya. Dewi Sekar pun dengan semangat langsung mengajak bicara Raden Kamandraka. 

    Namun, Dewi Sekar Arimbi tidak mengetahui bahwa yang saat ini ada di hadapannya adalah Fajar Kelana titisan iblis yang sedang menyamar menjadi Raden Kamandraka. Sementara Raden Kamandraka sendiri saat ini sedang beraada di ruang pribadi Prabu Bratanaya bersama patih Benggala.

    "Hamba sudah merasakan kehadirannya saat pertama kali hamba sampai di istana ini yang mulia," ujar Kamandraka.

"Maksud ananda iblis itu?" tanya Prabu Bratanaya. 

"Betul yang mulia, tapi dengan ilmunya yang semakin sempurna ia bisa membuat auranya menghilang dan kita tidak tau dia menyamar menjadi siapapun. Untuk mengantisipasinya kita harus membuat kata sandi khusus. Bisa saja dia menyamar menjadi hamba atau menjadi Patih Benggala atau bahkan juga menyamar menjadi yang mulia gusti Prabu," tukas Kamandraka.

     Prabu Bratanaya menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan.

"Apa yang akan terjadi jika iblis itu sampai berhasil mendapatkan seratus korbannya?" tanya Patih Benggala.

"Menurut Eyang guru, iblis itu akan hidup abadi dan tidak akan pernah bisa mati sampai kiamat tiba nanti. Iblis ini adalah keturunan Dajjal yang berasal dari segitiga bermuda. Ia akan menguasai dunia ini jika sampai dia berhasil dan akan merusak takdir dan kehidupan manusia."

"Apakah dia masih bisa dikalahkan?" tanya Prabu Bratanaya. 

"Menurut Eyang guru selama ia belum sempurna maka ia dapat dikalahkan,bagaimana jika gadis yang ke sembilan puluh sembilan itu yang mulia larang untuk keluar dari kaputren tanpa pengawalan."

"Ada beberapa pengawal yang menjaga tempat kediamaan Sekar Arimbi. Lagi pula, ia tinggal di lingkungan yang selama ini paling dijaga ketat oleh kerajaan."

     Kamandraka tertawa kecil,"Ampuni jika hamba lancang gusti Patih, Tapi terkadang tempat yang kita rasa paling aman adalah tempat yang justru paling berbahaya."

"Mengapa demikian,Ananda?" tanya Prabu Bratanaya.

"Karena, bisa jadi iblis itu tengah menyamar di sana entah menjadi siapa."

      Prabu Bratanaya terdiam,ia merasa khawatir dan cemas.

"Korban terakhir adalah adinda putri gayatri,yang mulia. Apakah boleh jika ananda meminta izin untuk menemuinya sebentar saja?" tanya Kamandraka. 

"Silakan saja,ananda. Aku tidak melarang kalian untuk bertemu,bukan?" 

     RAden Kamandraka langsung menghaturkan sembah hormat tanda ucapan terima kasihnya.

***

     Sekar Arimbi tampak kebingungan saat ia melihat Raden Kamandraka datang ke kaputren dengan diiringi oleh beberapa pengawal. 

"Bagaimana mungkin dia bisa kembali dengan cepat. Bukankah tadi dia baru saja mengatakan bahwa ia akan menghadap Prabu Bratanaya, baru saja beberapa saat yang lalu," gumam Sekar Arimbi. Namun,gadis itu tidak mau terlalu ambil pusing,ia pun segera masuk kembali ke kamarnya.

     Sementara Raden Kamandraka langsung menemui Putri Gayatri di ruang utama kaputren.

Putri Gayatri tersenyum saat melihat Raden Kamandraka datang berkunjung ke tempat kediamannya.

"Semalam aku belum sempat mengajak dinda berbincang-bincang. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu. Boleh aku membisikkan ke telinga dinda supaya tidak ada yang mencuri dengar?" tanya kamandraka. Putri Gayatri mengangguk dan mendekatkan telinganya, membiarkan Raden Kamandraka membisikkan sesuatu.

"Apakah Dinda mengerti dengan apa yang aku ucapkan?" tanya Raden Kamandraka. Putri Gayatri mengangguk. Perlahan ia melepaskan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya dan memberikan kepada Raden Kamandraka.

"Ini akan menjadi pertanda," ujar Putri Gayatri. Lalu Raden Kamandraka pun memberikan sesuatu kepada Putri Gayatri. 

     Setelah memberikan beberapa pesan, barulah Kamadraka pamit. Dua minggu lagi malam purnama, kita harus segera bersiap-siap," kata Raden Kamandraka.

"Berhati-hatilah,Kanda," tukas Putri Gayatri dengan raut wajah penuh kecemasan. Kamandraka hanya mengangguk sambil menepuk punggung tangan tunangannya itu dengan hangat dan tatapan penuh cinta. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status