Accueil / Young Adult / RENOIR / Bab 2: Criminal Undercover

Share

Bab 2: Criminal Undercover

Auteur: niandez
last update Dernière mise à jour: 2021-09-07 16:45:50

"Geng ... ?" Alis Renoir hampir menyatu tatkala Gerrard mengungkap satu fakta yang tidak pernah Renoir ketahui sebelumnya. "Apa maksudmu?"

"Kau terkejut?" Gerrard memegang kedua bahu sang putra sebelum menjelaskan lebih rinci, "bagaimana pun, kau harus menerima kenyataan ini. Sejujurnya aku berencana mengungkapkannya padamu setelah kau lulus kuliah dan mulai sedikit banyak mengurus perusahaan. Tapi—"

Tatapan Renoir belum berubah.

"Bisakah turunkan tensimu sedikit?"

"Tidak bisa. Kau baru saja mengatakan sebuah hal besar. Mana bisa aku santai begitu tahu kalau kau adalah bos gengster?!" geram Renoir.

Gerrard berdecak pelan sambil menarik napas dari mulut. Ya, ia memang menutupinya dengan baik, bukan hanya dari publik bahkan dari anaknya sendiri.

"Bisnis keluarga kita bukan hanya Diamond Grup—sejak lama. Aku hanya meneruskannya dari kakekmu, Renoir. Awalnya aku juga terkejut saat mengetahui takdirku, menjadi pimpinan kelompok amoral ini. Aku juga sempat putus asa waktu mengetahui bahwa bukan hanya jabatan puncak perusahaan yang akan kudapat, tapi juga posisi ini."

Renoir menghela napas berat lantas menggigit bibir keras-keras. Setelah kematian Cherie malah semakin banyak permasalahan yang terungkap.

"Lalu, maksudmu ... kelak aku juga harus menggantikan posisimu di geng ini?" Renoir tampak tidak baik.

"Putraku memang pintar," kata Gerrard datar, "kau harus lakukan apa yang aku lakukan. Lakukan saja dari balik layar, tidak perlu banyak pihak yang tahu bahwa aku dan kelak dirimu, adalah seorang Kaisar Geng Intan. Karena kita memiliki perusahaan besar untuk dijalani. Reputasi kita harus terjaga baik."

"Dengan semua hal ini, kau masih ingin dilihat baik?" Renoir terkekeh pelan. "Ayolah, kenapa tidak ungkapkan saja pada semua orang agar kau semakin disegani? Bukankah seorang bos gengster lebih ditakuti daripada hanya berperan sebagai taipan bisnis?"

"Untuk apa? Agar semua orang mengincar kepalamu?" Gerrard menatap sinis.

Itu agak menakutkan bagi Renoir.

"Maaf, tapi kurasa aku tidak bisa kalau disuruh meneruskan posisimu di dalam geng ini. Aku belum ingin mati," ketus Renoir.

"Ah, sungguh? Lantas apa yang kau lakukan tiga minggu lalu? Mengkonsumsi obat-obatan sampai overdosis, kau bilang belum ingin mati?" Gerrard menyerang balik.

"Saat itu aku putus asa! Dengar, pokoknya jangan memberiku tugas yang aneh-aneh!" bentaknya.

Para anggota geng masih membungkuk takzim di tengah pertengkaran ayah-anak ini. August, tangan kanan Gerrard yang berpenampilan pucat mengintip sedikit sambil mengulum lidah.

"Sial, kenapa aku malah menyaksikan drama keluarga di sini?" batin August.

"Lalu kau ingin menghilangkan arti penting dari segala pelajaran yang kuberi? Kau ingat segala hal yang aku perbuat padamu? Aku mengajarimu segala hal agar kau tidak punya rasa takut! Agar pada saatnya kau siap memimpin kelompok ini! Jangan jadikan usaha bertahun-tahunku sia-sia hanya demi kemauan berandal kecil sepertimu!" Gerrard meledak-ledak.

Teriakan Gerrard malah semakin membesarkan api kebencian di dalam hati Renoir.

"Aku tidak minta kau melakukannya. Harusnya kau jadi seorang Ayah yang benar, mengurusku dan ibu. Berikan kami perhatian dan kasih sayang. Bukan dengan melimpahkan segala obsesimu," papar Renoir.

"Aku lelah, Ayah ... Aku hanya ingin hidup seperti remaja-remaja normal. Apa kau tidak pernah memikirkan perasaanku sedikit pun?" ujar Renoir sambil menatap dalam-dalam sorot mata Gerrard yang amat tidak enak dipandang.

"Cukup. Jangan memberi lebih banyak beban lagi. Rasanya pundakku sudah tidak sanggup." Perkataan Renoir ditanggapi dingin. Gerrard semakin memberinya tatapan teramat sinis.

Renoir mengedarkan pandangan ke sekitar. Ia tersenyum miring melihat sekelompok kriminal di bawah naungan Gerrard. Mungkin di mata Gerrard, Renoir tidak ada bedanya dengan mereka, makanya selama ini ia tidak pernah merasa mendapat perhatian seorang ayah. Gerrard hanya terus mengatur sepanjang waktu.

Yah, sudahlah. Renoir cuma terus-terusan menghela napas panjang, belum terpikir langkah apa yang harus dikerahkan untuk meruntuhkan niat sang ayah.

"Bisa kita pulang sekarang? Aku lelah ingin istirahat. Sudah dua hari aku tidak tidur," pungkas Renoir. "Kalau tidak mau, aku bisa pulang sendiri dengan mobilmu."

Gerrard bergeming.

"Baiklah, aku duluan. Aku akan langsung pulang." Renoir melangkah pergi meninggalkan Gerrard beserta pasukannya.

***

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • RENOIR   Bab 31: Janji Seluruh Jiwa

    Renoir menekan tombol penyiram di toilet. Barusan buang hajat besar, perutnya terasa sedikit lapar. Dia membuka pintu beralih menuju wastafel, kebetulan ada murid yang bisa disuruh-suruh.Belum cuci tangan, Renoir merangkul bahu Fermin yang terlihat jengkel dari cermin. "Sudah selesai cuci tangan? Belikan aku soda dan cemilan, ya. Bawakan ke markas," perintah Renoir ringan kemudian menepuk-nepuk punggung siswa yang kerap jadi mainan anggota gengnya.Tidak mampu mengelak, Fermin pasrah disuruh-suruh oleh sang ketua geng. Renoir menyalakan keran, membasahi kedua tangan lalu menuang sabun cair."Tunggu apa lagi? Kau ingin aku mati kelaparan?" katanya sedikit membentak. Fermin pun pergi setelah ditegur.Nikmat betul hari-hari sang ketua seolah punya pelayan pribadi meskipun di sekolah, bukan di rumah. Bedanya, pelayan ini tidak mendapat bayaran sepeser pun. Cuma-cuma, lebih tepatnya terpaksa. Takut kalau melawan bakal dijadikan bulan-bulanan lagi oleh antek-a

  • RENOIR   Bab 30: Kecemasan Gara-Gara Perempuan

    Renoir membaca pesan di tengah aktivitas makan siangnya. "Renoir, kurasa aku sedang tidak baik-baik saja." Tangan kirinya memegang ponsel erat-erat, matanya menyorot lamat-lamat, sementara tangan kanan masih setia mengantar makanan, sedang mulutnya terus mengunyah. Ekspresinya selalu lucu saat makan, bibirnya mirip Donald Duck, terasa ingin menarik bibir itu saking gemasnya. Renoir berpikir, apa Natalia cemas gara-gara tiramisu semalam? Atau karena, ah ... Renoir menyeringai. Pasti karena hal ini. "Kenapa, sayang? Kurasa kau butuh tiramisu lagi agar perasaanmu membaik," balas Renoir tidak ragu menyebut Natalia dengan 'sayang'. Renoir terus tersenyum ke arah ponselnya dan itu membuat atensi Niguel di sebelah tertarik. Penasaran apa yang dilakukan sang ketua dengan gawainya sampai sumringah begitu. Niguel mengintip dan melihat layar diisi kolom chat. Na-ta-li-a, Niguel mengeja dalam hati. Hmm, siapa Natalia? "

  • RENOIR   Bab 29: Bukan Lagi Rahasia

    Natalia belum pernah terhanyut dalam sesuatu yang membuatnya sangat terbuai. Ia hampir saja lupa kalau mereka berada di depan rumah, bisa saja orangtua Natalia memergokinya bermesraan dengan seorang lelaki di dalam mobil dan itu bisa berakhir tidak menyenangkan. Namun Natalia hampir tidak peduli, ia sudah terlanjur dibawa terbang tinggi oleh Renoir dan membuatnya lupa daratan. Kalau bukan karena pemuda itu yang menghentikan momen mendebarkan tersebut, mungkin Natalia tidak akan berhenti, tidak tahu caranya. Mengapa Natalia terkesan begitu mudah bagi Renoir padahal sebelumnya ia kerap menolak keras setiap usaha lelaki yang berniat mendekatinya? Ini tidak biasa, Renoir terlalu berbeda. Entah apa yang dimiliki lelaki itu sehingga membuat Natalia tidak ragu bertindak di luar batas yang dibangunnya sendiri. Seolah Renoir memiliki daya pikat yang begitu kuat menariknya tanpa bisa terlepas. Natalia membenamkan wajahnya dalam kedua telapak tangan setelah menceritakan rincian

  • RENOIR   Bab 28: Hmm, Manis?

    "Bagaimana kencanmu kemarin?" Syeena terdengar antusias. Ketiga gadis; Natalia, Eireen dan Syeena sedang berkumpul di bangku panjang halaman sekolah sambil berbincang. Jam istirahat baru saja dimulai, alih-alih makan mereka malah asyik mengobrol. Topik hangat yang ditunggu-tunggu Eireen dan Syeena sejak meninggalkan gerbang sekolah kemarin sore, Natalia pergi berdua dengan Renoir. Pasti ada hal seru yang harus didengar. "Kencan apa? Itu bukan kencan!" Natalia menyanggah namun wajah meronanya tidak dapat berbohong. "Hmm, coba lihat wajahmu. Bilang saja itu kencan, kenapa malu?" Eireen mendorong sahabatnya untuk blak-blakan. "Apa saja yang kalian lakukan?" Syeena teramat penasaran. "Um ...." Natalia agak ragu untuk menceritakannya, tapi setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya juga kalau dua sahabatnya ini tahu. "Kemarin ...." Selepas dari perpustakaan, Natalia dan Renoir pergi ke tempat lain. Renoir bilang ingin mengajak sang gadis maka

  • RENOIR   Bab 27: Kekesalan Hingga Siang

    Gerrard berdiri menghadang Renoir yang hendak keluar kamar. Ia mengisi ruang kosong di antara daun pintu dengan tubuh besarnya. Tampangnya tak terlihat senang, ia butuh penjelasan dari sang putra mengenai ucapannya di ruang makan. "Minggir, aku mau pergi sekolah," ucap Renoir. "Sudah berani macam-macam denganku, ya, jagoan?" Gerrard tersenyum miring. "Kau pikir setelah pencapaian yang kau raih selama ini bisa menjadi alasan untuk membangkang dariku?" "Kau hanya bagian dari teritoriku. Sekalipun dirimu telah berubah menjadi lebih kuat, aku tetap pengendali di tempat ini, paham?" Gerrard mengacungkan telunjuk ke depan muka Renoir. "Aku tidak peduli," balas Renoir ketus. "Hahaha, astaga ... jadi begini balasan atas tindakan baikku padamu, Renoir?" Renoir menatap jengkel. Tindakan baik apanya? Selama ini yang dilakukan Gerrard hanya menambah beban di punggungnya. "Ayolah, tunjukkan sikap baik di depan ayahmu." Gerrard sungguh berha

  • RENOIR   Bab 26: Akibat Seteko Teh Hangat

    Pagi di rumah keluarga Kim tampak normal. Para pelayan menyiapkan hidangan untuk sarapan, ada yang bersih-bersih dan tugas lainnya. Sedang, para tuan rumah dengan rutinitas pagi mereka; Gerrard berendam setelah berolahraga sebentar, Renoir buang air besar dan nyonya rumah membantu menyiapkan hidangan untuk anak dan suaminya. Cherie mendirikan cangkir dengan sempurna di atas piring kecil cantik lalu menuangkan teh hangat dari teko. Teh hangat untuk Gerrard, dituangnya perlahan disertai senyuman juga lamunan. Teringat suatu hal yang terjadi semalam, kejutan dari Gerrard hadiah perayaan ulang tahun pernikahan mereka. Bibir Cherie merekah menampakkan gigi. Ah, dia terkesan seperti pasangan baru menikah atau gadis yang baru pertama kali disentuh oleh lelaki. Cherie tidak bisa melupakan pengalaman melelahkan semalam, sudah terlalu lama ia tidak dimanjakan oleh Gerrard. Saking lamanya, bahkan lupa kapan terakhir kali mereka melakukannya. Gerrard hanya peduli soal pekerjaan dan ambi

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status