Seekor kucing putih dengan warna mata yang berbeda sedang fokus memperhatikan mainan berbulu yang di pegang oleh Eleena. Eleena sedang menunggu kedatangan Rasen yang katanya sore ini mau main ke rumahnya bersama Rafa. Dengan lincah, kucing itu mengejar kemana pun mainan yang diarahkan oleh Eleena, hal itu membuat Eleena tertawa karena ekspresi dan tingkah kucing tersebut.
Namun tiba-tiba sore itu langit menurunkan hujan yang seketika deras, memang sebelumnya awan mendung sudah menghiasi langit. Tetapi Eleena tidak menyangka hujan akan turun karena hari-hari sebelumnya awan juga terlihat gelap namun tidak menurunkan hujan.
Eleena mendapati ponselnya yang berdering dengan keras, satu panggilan masuk dari Rasen terpampang di layar ponselnya, Eleena segera mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Halo, assalamualaikum."
"Halo, waalaikumussalam, Na. Ini saya sama Rafa lagi neduh dulu di halte. Di sini tiba-tiba hujan besar banget. Di rumah kamu hujan juga gak?"
Suara motor yang melaju melewati rumah Eleena terdengar seperti menghantam sesuatu di depannya sehingga suara rem begitu nyaring terdengar membuat perdebatan Eleena dan Rafa seketika berhenti."Apaan tuh?" tanya Rafa terkejut. "Gak tau," ujar Eleena disertai gelengan kepala. "Buruan liat ke depan," suruh Eleena yang langsung dituruti Rafa.Suara motor terdengar menjauh saat Rafa membuka pagar rumah Eleena. Saat Rafa sudah keluar, ia terdiam ketika melihat seekor kucing putih terbaring di tengah jalan dengan darah yang menggenang keluar dari mulut, hidung dan kepalanya.Eleena dan Rasen yang menyusul seketika melebarkan matanya, terutama Eleena. Eleena melihat kucing putihnya yang belum sempat ia beri nama itu sudah tergeletak dengan mengenaskan di tengah jalan membuatnya lemas.Dengan histeris Eleena menghampiri kucingnya, tangan Eleena yang bergetar mencoba mengusap pelan badan kucingnya yang sepertinya sudah tidak bernyawa. Air mata mengalir di pipinya,
"Lo kenapa sih, Len? Celingak-celinguk mulu kaya orang bingung?" tanya Rafa melahap sesendok mie ayamnya. Eleena yang mendengar namanya disebut pun menoleh pada Rafa, terlihat Rasen juga memperhatikannya penasaran."Kenapa?" Kini Rasen mengeluarkan suaranya dengan lembut membuat Eleena menatapnya lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Gue tadi kaya liat seseorang yang familiar banget, tapi pas gue liat lagi udah gak ada," jelas Eleena lalu meminum susu kocok miliknya. "Siapa?" tanya Rasen."Gak tau, gue lupa. Tapi gue kaya kenal banget gitu rasanya, gue jadi penasaran." Rasen mengerutkan dahinya entah kenapa. "So kenal aja kali, lo," canda Rafa tidak terlalu menghiraukan perkataan Eleena.Mie bakso pedas yang ada dihadapan Eleena kini sudah mulai menurunkan suhunya, hal itu terlihat dari asap yang sudah mulai hilang perlahan. "Makan dulu baksonya, Na," tegur Rasen saat lagi-lagi melihat Eleena melamun menatap kosong ke arah depan. "Iya, Sen. Ini mau kok,"
Rasen menghampiri Eleena dan Rafa yang sedang asyik dengan ponsel mereka masing-masing. Rasen duduk tanpa mengeluarkan satu kata pun membuat Eleena mengalihkan perhatiannya pada Rasen karena merasa ada sedikit pergerakan di sekitarnya."Hai, Sen! Lo tau gak? Tadi di kantin, gelas bekas es teh bekas lo minum tiba-tiba jatuh terus pecah sendiri. Aneh banget tau ga!?" seru Eleena segera menceritakan kejadian yang baru saja ia dan Rafa alami di kantin. Kening Rasen berkerut menandakan ia tidak mengerti."Iya, gak kesenggol, gak ada apa-apa, tiba-tiba itu gelas jatoh padahal disimpennya gak di ujung meja. Aneh, ajaib," ujar Rafa tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel yang ia genggam."Kok bisa?" tanya Rasen tidak mengerti."Pertanyaan lo juga sama kaya pertanyaan kita, kok bisa-bisanya coba kaya gitu?" balas Eleena memainkan gantungan boneka yang ada di tasnya. Rasen mengalihkan perhatiannya pada gantungan boneka rajutan berbentuk seorang gadis
Laras dan Bintang sedang berada di sebuah cafe dengan laptop dan beberapa buku di hadapan mereka. Laras melihat-lihat sosial media yang menampilkan sebuah story dari akun Onsgram milik Eleena, Laras memperhatikan satu video yang berisi Rafa sedang bercerita lucu dan Eleena serta Rasen hanya tertawa melihatnya. Perasaan Laras menjadi kesal, ia menyimpan ponselnya dengan keras membuat Bintang yang sedang sibuk dengan laptopnya seketika terkejut."Kenapa sih, Ras?" tanya Bintang menatapnya malas."Susah banget deket sama Eleena, so cantik banget itu anak," keluh Laras menyeruput minumannya."Gue juga gak paham, gagal mulu rencana kita buat deket sama dia.""Padahal gue juga cantik, kaya, tapi kenapa ya?" gumam Laras pelan namun Bintang masih bisa mendengarnya."Si Rasen kaya dinding gak sih? Apa-apa Eleena larinya ke Rasen, caper banget gak sih si Eleena?" ujar Bintang mengkompori."Iya 'kan? Sekarang yang dibahas sama anak-an
Rasen dan Eleena berlari kencang di tengah gelapnya hutan yang rimbun, mereka lari di tempat dan jalanan yang sama namun mereka tidak bertemu satu sama lain. Mereka seperti berada di waktu yang berbeda dengan latar tempat yang sama. Sosok di belakang mereka sama-sama mengejar Rasen dan Eleena tanpa mereka ketahui alasannya kenapa.Eleena dan Rasen hanya bisa berlari terus menerus menghindari sosok yang mengejar mereka. Sosok gadis tinggi besar dengan gaun kuning lusuh selututnya serta wajah yang sangat menyeramkan mengejar Rasen yang berada di depannya. Sementara sesosok gadis dengan gaun ungu muda berlari mengejar Eleena yang terus menghindarinya karena takut.Rasen berlari sampai suatu ketika ia berhenti karena terjatuh, ia tersandung batang pohon yang tergeletak di depannya. Rasen merangkak sekuat tenaga agar bisa lari lagi dari sosok yang mengejarnya itu, namun usahanya tidak begitu membuahkan hasil karena saat Rasen berbalik wajah gadis itu sudah ada di hada
Rafa berbaring sambil memandang foto Eleena dan Rasen saat mereka sedang berlibur bersama waktu itu, ada sosok yang menyempil ikut terfoto dan sosok itu cukup membuat Rafa selalu merinding ketika melihatnya. Rafa penasaran dengan sosok gadis bergaun kuning lusuh itu, terlihat kakinya tidak napak ke tanah memperkuat kalau sosok itu bukanlah manusia sepertinya.Rafa ingin mencari tau tentang sosok itu tapi Rafa sendiri tidak tau dari mana ia harus memulai. Tunggu dulu, Rafa ingat sesuatu. Sepertinya ia pernah melihat gadis dengan gaun seperti itu, tapi di mana? Ada satu memori yang ia ingat tapi tidak sepenuhnya, sepertinya Rafa butuh waktu untuk mengingatnya lagi lebih jelas.***Eleena menghampiri Rasen yang sedang asyik bermain game mobile yang biasa ia mainkan di ponselnya. Rasen sendiri saat itu, terduduk dengan kepala menunduk dan seluruh perhatiannya ia berikan pada ponselnya. Rafa tidak ada bersama Rasen seperti biasa, Eleena ragu untuk mengganggu Ra
Rasen membasuh wajahnya, rasa sesak ia rasakan di dadanya ketika melihat Eleena dengan mata sembabnya tadi. Apa Eleena menangis? Apa karena ia Eleena menangis? pikir Rasen.Rasen menatap pantulan wajahnya di cermin, toilet yang ia masuki sedang sepi dan selalu sepi. Rasa dingin yang terasa dari arah tangan menjalar ke lehernya begitu terasa berbeda. Bulu kuduknya merinding tanpa ia sadari. Sosok gadis bergaun kuning selalu menempel pada Rasen dan anehnya Rasen tidak merasakannya seakan-akan sosok itu sudah menyatu dengannya.Perasaan Rasen akan mulai terpengaruhi oleh sosok jahat hantu gadis bergaun kuning tersebut. Mata Rasen tertutup, menggelap. Rasen akan menjadi sosok yang berbeda bila sosok hantu itu dibiarkan menempel pada Rasen. Tapi sayangnya tidak ada yang tau dan paham, hanya ayah dan kakeknya saja yang bisa membantu Rasen lepas dari sosok hantu bergaun kuning itu.Rasen tiba-tiba merasa kesal saat tiba-tiba terbayang wajah Eleena, rasanya
Perawakan laki-laki dengan tinggi yang tentu saja di atas Eleena dan badan yang tegap membawa sebilah pisau di tangannya cukup membuat Eleena ketakutan. Eleena segera berlari dengan sangat kencang sampai ia terjatuh karena tidak sengaja menginjak tumpukan sampah hingga membuatnya hilang keseimbangan.BRRUUUKKKKKeringat membasahi pelipis di wajah Eleena, ia terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang sangat terkejut ketika ia terjatuh di mimpinya itu terasa sangat nyata. Napasnya terengah-engah seakan ia baru saja berlari kencang walaupun sebenarnya ia memang baru saja berlari dalam mimpinya.Eleena memegang kepalanya yang terasa pusing, mimpi apa yang ia alami tadi? pikirnya. Eleena melihat jam yang ada di atas nakas sebelah ranjang kasurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul enam pas, sebentar lagi adzan magrib akan berkumandang, memang seharusnya ia bangun dari tidurnya itu.Kamarnya gelap, saat pulang tadi memang Eleena tidak menyalakan