Aira fokus mengerjakan fisika miliknya karena ia ingin menyempatkan diri membaca novel romantis yang ia dapat dari tempat pembuangan sampah yang saat itu tak sengaja ia lihat.
Untungnya ia memang siswi yang cerdas sehingga ia bisa masuk ke kelas IPA 1 plus mendapat beasiswa.
Bisik-bisik teman sekelasnya terdengar olehnya membuatnya menoleh ke depan dan bisa ia lihat ada seorang cewek cantik berpakaian seragam seperti mereka.
"Perhatiannya sebentar, kali ini kita kedatangan murid baru berasal dari SMA Pancasila. Tolong perkenalkan namanya," ucap wali kelas.
"Baik Bu, perkenalkan nama saya Laras Agatha Sari biasa dipanggil Laras. Terimakasih," ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum manis yang sontak menimbulkan kericuhan akibat kaum Adam dikelas.
"Awh senyumnya tolong!"
"Baru gue ngerti artinya bidadari nih."
"Makasih emak udah masukin gue ke sekolah ini." Dan begitulah reaksi mereka sampai wali kelas memberi menegur mereka.
"Dasar kalian!"
"Baiklah Laras silakan duduk di kursi sana ya," ucap wali kelas menunjuk kursi kosong di sana.
Saat Laras berjalan menuju mejanya banyak pasang mata melihatnya dengan tatapan kagum namun matanya beralih kepada seorang cewek yang fokus dengan tugasnya.
Di sisi lain Aira baru saja menyelesaikan tugasnya dan baru saja ia kumpul ke wali kelas. Ia lalu membaca buku novel yang ia dapat itu namun pandangannya beralih kepada Laras yang sedang mengerjakan tugas. Aira akui kalau Laras itu sangat cantik nan anggun berbeda dengan dirinya yang-astaga ia tidak boleh iri, ia harus mensyukuri apa yang ada pada dirinya.
Aira kemudian kembali pada bacaan novelnya namun matanya beralih ke jendela kelasnya. Ia melihat sosok Reyga yang sedang berjalan santai membawa kacamata seseorang.
"Reyga," gumam Aira. Matanya membulat ketika melihat sosok cowok berlari mengejar Reyga sambil berteriak-teriak sedangkan yang dikejar malah tertawa melihatnya.
Aira yang melihat Reyga tertawa entah mengapa ia tersenyum melihat cowok itu tertawa dengan riangnya. Saat Aira sedang tersenyum melihat Reyga dari jauh, Laras ternyata sedang memperhatikan Aira. Gadis itu seperti berbeda dari teman-teman sekelasnya.
***
Bel pulang sekolah telah berbunyi para murid mulai berpulang satu persatu. Begitu juga dengan Laras, ia menunggu Salsa, teman barunya, untuk pulang bersama.
"Eh gue duluan ya, lo piket aja sendiri, awas lo kalo laporin gue!" ujar Salsa jutek menatap Aira.
"Ta-tapi Sal-"
"Udah ah diem lo!" Salsa agak meninggikan suaranya lalu pergi meninggalkan Aira.
"Yok Ras," ucap Salsa riang. Laras hanya mengangguk saja lalu mengikuti Salsa keluar dari kelas namun ia sempat bertatapan dengan Aira yang menatapnya teduh.
Aira yang menatap kepergian mereka hanya bisa menghela napas kasar. Seharusnya yang piket di kelas itu ada 5 orang tapi semua teman-temannya hilang begitu saja.
Gadis berponi itu kemudian mengikat rambutnya kebelakang lalu mulai membersihkan kelasnya. Mungkin nantinya ibunya akan mengkhawatirkannya karena ia lama pulang.
***
Di sisi lain saat semua kelas mulai kosong karena murid-murid telah pulang, Reyga memulai aksinya yaitu mencuri barang-barang murid-murid yang tertinggal dikelas.
Seekor rubah memanfaatkan keuntungan ketika musim salju di mana semua hewan sibuk untuk berhibernasi berbeda dengan rubah yang mencari keuntungan dengan dirinya menjadi predator puncak. Ibaratkan hal itu dengan posisi Reyga saat ini.
Dengan senangnya ia mengambil mulai dari pulpen kelas, buku pelajaran bahkan uang yang terjatuh dilantai.
"Hah akhirnya kelas terakhir," ucapnya lalu masuk ke kelas itu.
Reyga mulai mencari-cari di setiap sudut ruangan bahkan lantai-lantai kelas siapa tahu ada barang siswa yang terjatuh.
"Hey! Kamu ngapain?!" Reyga seketika mencari asal suara dan menemukan Aira yang menunjuknya sambil memegang kain pel.
Awalnya wajah Reyga panik namun saat yang menegurnya adalah Aira wajahnya langsung datar.
"Ada, lagi nyari orang gue," ucap Reyga acuh lalu ingin pergi.
"Kamu gak mau nyuri, 'kan?" tanya Aira penuh selidik.
"Bodoh amat!" Reyga langsung menjulurkan lidahnya kemudian berlalu ingin melewati Aira.
"Reyga." Langkah kaki Reyga terhenti ketika mendengar suara lembut itu.
Pria itu kemudian berbalik menatap ekspresi wajah Aira yang tampak sangat terluka.
"Napa?" tanyanya dengan suara dinginnya.
"Temani aku," jawab Aira dengan tatapan seperti terluka. Reyga tidak bodoh dengan tatapan itu, ia kemudian melihat sekitarnya dan langsung mengerti keadaan. Gadis ini kelelahan, teman macam apa semua yang ada dikelas ini, itu sebabnya Reyga tak pernah ingin punya teman.
Reyga kemudian mendekat kepada Aira lalu mengacak-acak gemas rambut gadis itu.
"Oke gue tungguin, gue bantu juga kok tenang aja," ucapnya sambil tersenyum.
Aira yang melihat hal itu langsung bersemu. Ia kemudian mengalihkan pandangannya karena malu. Reyga sendiri ingin tertawa melihat gadis itu.
***
"Lo pulang naik apa?" tanya Reyga berjalan di samping Aira.
"Naik angkot."
"Gue temenin mau gak?"
"Boleh!" Aira tersenyum riang mendengar penawaran cowok disampingnya itu.
Tanpa mereka sadari, Samuel dari kejauhan menatap mereka. Ia mengepalkan erat tangannya, ia yakin kalau Reyga ingin menjadikan Aira sebagai korban bully pria itu atau hal yang lain.
***
Keesokan harinya di kelas IPA 7, hampir semua anggota kelasnya mengalami kericuhan karena aksi Reyga semalam.
Para murid-murid kebingungan karena barang-barang mereka banyak yang hilang dari laci meja mereka.
Reyga sendiri dengan santainya tidur di atas meja karena memang kelas sedang free.
"Pulpen gue mana?"
"Sama gue juga."
"Terkutuk tuh malingnya."
"Lapor kepsek aja!"
"Cctv-nya idup gak tuh?"
"Ya kali, udah lama rusak gitu."
Reyga yang mendengar kericuhan itu hanya tersenyum geli melihat mereka. Namun naas karena kericuhan kelas Reyga jadi tidak bisa tidur, mungkin ini karma untuknya.
Ia lalu pergi menuju ke perpustakaan, tempat kedua yang biasa ia jadikan sebagai tempat untuknya tidur.
Ia masuk tanpa mengetuk lalu menuju ke sudut perpustakaan. Matanya membulat melihat kertas yang menempel di dinding.
'Dilarang tidur diperpustakaan'. Sial! Apa ini menyindirnya?! Ia memang sering tidur di perpustakaan pasalnya."Eh permisi, bisa minta tolong gak?" Reyga membalikkan badannya mencari asal suara dan menemukan seorang cewek menatapnya. Tunggu dulu! Ia kenal dengan perempuan ini.
"Eh lo 'kan?"
"Eh elo yang waktu itu di koridor ya?" ujar gadis itu.
"Ya gitulah."
"Kita belum kenalan 'loh, nama gue Laras, kalo elo?" tanya Laras sambil menyodorkan tangannya.
Reyga membalasnya lalu berkata,"Reyga."
"Lo anak IPA ya?" tanya Laras.
"Yap, elo?" tanya Reyga yang sebenarnya malas untuk bercakap dengan gadis itu, ia ingin tidur soalnya.
"IPA 1 gue mah."
"Hmm, oh ya lo mau mintol apaan?"
"Astaga gue lupa, tolong ambilkan buku fisika itu dong," ucap Laras menunjuk buku yang berada di rak agak tinggi. Reyga mengangguk lalu mengambil buku itu dengan mudahnya kemudian memberikannya kepada Laras.
"Gue mau tidur dulu, daaahh," ujar Reyga lalu pergi menuju meja kesayangannya untuk tidur.
Laras kemudian menatap kepergian Reyga yang sedang menuju ke meja dekat rak-rak buku.
"Jadi namanya Reyga," gumam Laras.***
Saat ini Laras dan Salsa sedang berbincang di sudut kelas karena memang meja Salsa berada di sudut kanan sedangkan Aira berada disudut kiri sendirian.
"Sa."
"Iya Ras?"
"Lo kenal Reyga gak?"
"Kenal emangnya kenapa?" Salsa menyipitkan matanya karena tiba-tiba Laras menanyakan cowok pembuat onar itu.
"Gak papa Sa, gue cuman nanya soalnya pas gue awal masuk gue jumpa sama dia karena gue mau nanya ruang kepsek doang," jelas Laras sebelum Salsa memikirkan yang tidak-tidak.
"Ooohhh gitu, iya gue kenal kok. Reyga tuh cowok rubah biar elo tau aja, banyak yang bilang dia tuh jelmaan siluman rubah."
"Lah kok bisa?" Laras memperbaiki posisinya agar bisa dengan nyaman mendengar cerita Salsa.
"Karena tuh cowok licik bener. Sama kayak kita kalo pertama kali mikir hewan rubah, pasti pikiran kita tuh kearah liciknya rubah."
"Dan Reyga tuh musuh berat geng Serigala."
"Geng serigala?" Laras mengerutkan keningnya, ia baru tahu soal geng-geng di sekolah ini.
"Iya geng Serigala tuh kek pelindung di sekolah ini yang isinya tuh cogan-cogan semua tau."
"Ketuanya tuh Samuel, dia itu musuh beratnya Reyga."
"Reyga juga punya geng?" tanya Laras semakin penasaran dengan pria pembuat onar itu.
"Enggak, bayangkan seberapa nekat tuh si Reyga berani nantang geng yang orangnya ada banyak gitu."
Laras kemudian bertanya lagi kepada Salsa, "Emangnya masalah mereka tuh apa ya?"
"Enggak tau, banyak yang bilang karena awalnya tuh Reyga emang suka ngusilin murid-murid di sekolah ini sampai geng Serigala nyerang Reyga. Reyga yang gak terima jadi dendam sama tuh geng, tapi gue juga gak tau pasti sih."
"Simpelnya sih kek film superhero gitu, Joker yang buat kejahatan namun digagalkan oleh Batman."
Laras kemudian manggut-manggut mendengar cerita Salsa lalu entah mengapa pandangannya beralih kearah Aira yang sedang sibuk membaca.
"Lalu si cewek yang menyendiri itu siapa Sa?" tanyanya.
"Oh si Aira. Boleh juga loh bilang si alien, abisnya tuh anak gak punya kawan sama kek orang asing gitu disekolah. Lalu...dia tuh sering di bully sama geng Serigala terutama Bara."
"Kenapa?"
"Alasannya sih karena si alien itu punya utang sama si Bara dan sampai sekarang gak dibayar-bayar, gila tuh anak."
Laras akhirnya mengerti tentang kebingungannya selama ini. Ia menatap sebentar Aira, jika boleh jujur Laras suka dengan penampilan cewek itu karena terkesan sederhana ditambah wajahnya yang polos.
***
Bruk
Tubuh Aira terbanting tepat didinding lalu tangan kekar bara mencengkram erat pipinya. Tadi saat ia ingin keluar kelas Bara tiba-tiba menariknya dan jadilah dia disini sekarang.
"Gue gak mau tau, nanti elo harus jawab bohong soal elo yang selalu gue siksa, ngerti!" bentak Bara.
"I-iya Bar," ucap Aira yang hanya pasrah apa yang diinginkan Bara.
"Bagus, sekarang ikut gue, Samuel nyari elo." Aira mengangguk kemudian mengikuti Bara dari belakang.
Sesampainya di markas geng serigala yang berada dibelakang barisan kelas. Aira langsung dihadapkan oleh ketua serigala, Samuel.
"Lo gak tahan ya karena kita usilin terus? Biar semua anggota gue, gue suruh jauhi elo, kita ngusilin elo gak sebadas kek di sinetron kok. Jadi kenapa elo sampai kasih tau sama si Reyga?" ucap Samuel.
Aira tersentak mendengar hal itu, ia kemudian menggelengkan kepalanya.
"Aku gak ngadu sama Reyga, dia 'nya yang tiba-tiba dekati aku."
Samuel mengangguk pelan mendengar ucapan gadis itu, ia lalu berkata, "Lo juga anak sekolah sini, jadi kita juga harus lindungi elo, jauhi Reyga. Dia pasti mau buat sesuatu sama elo."
"Lo anak IPA satu pasti elo tau gimana beringasnya tuh cowok, ngerti?!"
"Ngerti Sam," ucap Aira masih dengan posisi menunduk.
"Cabut lo." Aira mengangguk lalu pergi meninggalkan kawasan geng serigala itu.
Astaga, Aira benar-benar benci akan hal itu. Samuel tidak mengetahui bagaimana anak buahnya selalu menyiksa Aira. Bahkan kini ia harus menjauhi Reyga, pria yang ia sukai.
Bersambung...
Mulut Reyga menganga cukup lebar. Pria itu benar-benar mengalami ngantuk berat padahal jam masih belum menunjukkan tengah malam sehingga ia tidak bisa menutup warnet. "Ga!" Reyga tersentak kaget ketika Jeremia memanggilnya dengan keras. Ia bisa melihat bosnya itu memakai setelan rapi. "Apa Bos?" tanya Reyga dengan keadaan kantuk berat. "Gue mau lo harus beresin nih warnet karena tamu gue mau datang." "Males." Jeremia membulatkan matanya tak percaya, ini bukan pertama kalinya pria itu menolaknya. Ia tahu kalau Reyga memang 'lah tak suka diperintah namun masalahnya pria itu adalah bawahannya. "Buat atau gue pecat lo!" "Iya bentar bobok dulu gue 10 menit aja entar elo pulang udah bersih kok." "Yakin lo?!" "Hmmm." Hanya itulah yang didapat Jeremia. Ia benar-benar frustasi mempunyai karyawan seperti ini. "Jaga nih warnet," ucap Jeremia lalu pergi mengendari mobilnya yang terparkir didepan warnet. Setelah kepe
Aira mengelap keringatnya menggunakan punggung tangannya. Ia menuju kantin karena perutnya sangat lapar."Beli enggak ya?" Ia menatap uangnya yang hanya Rp. 10.000 saja. Namun perutnya yang memang sudah memaksa untuk diisi membuatnya bergerak menuju kantin.Saat di kantin ia langsung memesan makanannya, pandangan tertuju kepada Reyga yang duduk bersama Laras. Entah kenapa hatinya pedih melihat hal itu."Sadar Aira, kamu bukan siapa-siapa Reyga," batin Aira."Bu, nasi saya di bungkus aja ya," ucapnya lembut, Aira berniat makan di kelas saja soalnya ia tidak tahan melihat Reyga yang sedang bersama Laras."Oke Nak."Setelah membayar makanannya, Aira berjalan menuju kelas sebelum bel istirahat berbunyi membuat koridor jadi ramai. Namun saat di koridor tiba-tiba tangan Aira dicekal oleh seseorang."Eh si alien beli apa nih?" ucap cowok itu dengan senyu
"Arrghh!" Reyga meringis kesakitan memegang perutnya. Sudah hampir seminggu ia terkena serangan sakit perut. Apa karena ia membelanjakan uang haram itu ya? mungkin sih.Akibat sakit perutnya itu, Reyga jadi berjalan tertatih-tatih menuju ke sekolah. Padahal dulu efek dari uang haram yang biasa ia pakai tak begitu parah."Kenapa lo?" tanya Ali yang muncul dari belakang Reyga."Sakit perut gue, gile bener nih penyakit gue.""Lo makan duit haram lagi ya?" tebak Ali yang tentu saja benar karena ia sudah sangat tahu tentang Reyga."Dah tau nanya," ujar Reyga sinis lalu kembali meringis merasakan sakit perutnya."Di UKS ada gak tuh obat sakit perut?" tanya Reyga, saat ini keduanya sudah masuk ke pekarangan sekolah."Keknya ada.""Gue cabut ajalah, di UKS nginep gue." Reyga kemudian langsung masuk ke ruangan UKS sedangkan Ali lebih dulu pergi.
Aira merenggangkan lengan kanannya merasa pegal. Ia baru saja pulang dari tempat kerjanya pada jam 12 malam. Tak lupa membawakan makanan untuk ibunya."Aira, kamu gak tidur udah larut malam," ucap ibu Aira."Bentar lagi aja Buk." Aira kemudian masuk ke kamarnya tak lupa mencium pipi ibunya terlebih dahulu.Aira tak langsung tidur sesuai perkataannya, ia membuka ponsel jadulnya. Tampak sebuah kontak baru di sana.Pipi Aira memanas ketika mengingat kejadian di sekolah saat Reyga meminta nomor ponselnya. Pria itu mengatakan kalau dia akan lebih mudah mengetahui kabar Aira jika Aira ada masalah. Gadis itu tak menyangka kalau akan ada juga seseorang yang peduli akan dirinya selain ibunya.Dengan tangan yang kaku, Aira mengetikan sesuatu di ponselnya.AiraReyga? Udah tidur ya?Aira menunggu balasan dari Reyga namun tak urung dibal
"Ini pu-nya-" "Siapa Aira?" tanya Reyga pelan namun dengan suara dingin. Aira hanya diam menunduk lebih dalam, ia tidak pandai berbohong. Dengan cekatan Reyga mengambil dua buku itu membuat Aira tersentak kaget. Reyga dengan cepat membaca pemilik buku itu, rahangnya langsung mengeras, ia akan menjumpai mereka. "Reyga jangan!" teriak Aira menarik tangan Reyga agar pria itu tidak pergi. "Awas!" Brakk "Akh!" Punggung Aira terbentur keras akibat sentakan tangan Reyga. Banyak pasang mata yang melihat Aira terduduk di lantai sambil meringis namun tak ada yang menolong. Laras dan Salsa yang baru saja masuk ke kelas bingung mengapa kelas tampak hening, ia lalu menatap Aira yang sedang meringis. Dengan segera Laras membantu Aira. "Lo gak papa?" tanya Laras khawatir. "Kejar Reyga
"Makasih Reyga," ucap Aira sambil tersenyum manis meski dirinya sedang sangat ngantuk.Reyga hanya membalas dengan deheman saja, ia lalu melirik Aira yang sedang mengucek matanya."Masuk sana langsung tidur aja lo jangan lupa kasih ibuk lo," ucap Reyga lalu mengacak-acak rambut Aira entah kenapa ia sangat suka seperti itu.Aira hanya mengangguk karena memang sangat mengantuk."Dah Reyga." Gadis itu pun berjalan masuk kedalam rumah sederhananya.Reyga sendiri masih di depan rumah Aira, ia jadi merasa bersalah tadi sempat membentak gadis itu karena bertanya soal keluarganya."Maaf, Ra."Reyga kemudian mengayuh sepedanya pergi dari rumah Aira.***Sekolah saat ini sedang heboh karena kedatangan murid baru kelas satu yang rumornya adalah adik dari Ando yang memang anak dari keluarga ternama.Bahkan kecantikannya bisa dika
Ketiga teman Nanda meneriaki dirinya agar pergi namun Nanda hanya terdiam dengan tatapan kosongnya.Reyga menatap tajam gadis itu lalu matanya beralih ke nametag gadis itu."Jadi mereka ngubah namamu ya," ucapnya dengan suara berat."Hiks...hiks...jahat!" teriak Nanda sambil menangis."Reynanda Putri Isabella?" ucap Reyga."Hiks...kemana aja kalian?!!!" bentak Nanda yang sudah menunduk sambil menangis deras.Reyga merasa bersalah, harusnya saat ia berpisah dengan Reyza saat itu, ia langsung mencari Reyna namun naas dia lupa jalan menuju rumah Reyna dan saat ia sudah mendapatkan alamat rumah Reyna sayangnya rumah itu sudah dijual. Hingga kini Reyga tak mengetahui tinggal di mana adiknya yang di buang oleh kakak brengs*knya itu."Reyna," ucap Reyga mendekati adiknya yang terpisah darinya itu namun...BUGH!"NGAPAIN LO BUAT NANG
Akhirnya mereka sampai di depan rumah Aira. Reyga bisa merasakan kalau rumah itu sangat sepi dilihat dari keadaan rumahnya. Aira tersentak kaget kala ibunya membukakan pintunya. Ia tak percaya ibunya berdiri padahal ia sedang sakit."Kok Ibuk berdiri?!" teriak Aira berlari membantu ibunya sedangkan Reyga masih berdiri terkena gerimis.Lana tampak khawatir melihat anaknya basah kuyup begitu."Astaga kamu kenapa basah-basahan," ucap Lana khawatir pandangannya lalu beralih ke Reyga yang masih berdiri tak jauh dari mereka yang sedang diguyur gerimis."Aira gak papa Buk, lagi pula besok pakai batik," ujar Aira meyakinkan sang ibu lalu pandangannya beralih ke Reyga."Reyga," ucapnya."Maaf Buk, Aira kehujanan gara-gara saya," ucap Reyga sopan.Lana tersenyum ramah dibalik bibir pucatnya lalu berkata, "Gak apa-apa Nak."Reyga mengangguk sambil tersenyum tipi