Aira mengelap keringatnya menggunakan punggung tangannya. Ia menuju kantin karena perutnya sangat lapar.
"Beli enggak ya?" Ia menatap uangnya yang hanya Rp. 10.000 saja. Namun perutnya yang memang sudah memaksa untuk diisi membuatnya bergerak menuju kantin.
Saat di kantin ia langsung memesan makanannya, pandangan tertuju kepada Reyga yang duduk bersama Laras. Entah kenapa hatinya pedih melihat hal itu.
"Sadar Aira, kamu bukan siapa-siapa Reyga," batin Aira.
"Bu, nasi saya di bungkus aja ya," ucapnya lembut, Aira berniat makan di kelas saja soalnya ia tidak tahan melihat Reyga yang sedang bersama Laras.
"Oke Nak."
Setelah membayar makanannya, Aira berjalan menuju kelas sebelum bel istirahat berbunyi membuat koridor jadi ramai. Namun saat di koridor tiba-tiba tangan Aira dicekal oleh seseorang.
"Eh si alien beli apa nih?" ucap cowok itu dengan senyum jahatnya bersama temannya.
Aira menelan salivanya, ia kenal dengan mereka, mereka adalah anggota Serigala.
"Sini!" Dengan kasarnya salah satu dari mereka merampas plastik berisi nasi gorengnya.
"Eh! kembalikan!" teriak Aira ingin mengambil nasi gorengnya namun cowok itu menaikkan tangannya terlalu tinggi membuat Aira tak bisa menjangkaunya.
"Hahaha liat si cebol ini," ujar temannya melihat Aira yang melompat menggapai nasi goreng itu.
"Kembalikan!"
Bruk!
Aira terjatuh akibat wajahnya di dorong terlalu kuat oleh cowok itu. Sebenarnya tidak terlalu kuat namun bagi Aira itu sudah sangat kuat sampai ia terjatuh.
"Yuk cabut." Dengan tanpa merasa bersalah, kedua siswa itu meninggalkan Aira yang hanya bisa meratapi nasibnya.
Ia hanya bisa mengelus perutnya yang sudah sangat menyengat itu.
"Puasa gak makan lagi deh," gumam Aira lalu berdiri perlahan membersihkan celana olahraganya yang kotor. Ia kemudian berbalik pergi menuju kelasnya.
Disisi lain Laras yang baru saja dari toilet melihat kejadian itu dari awal. Ia niatnya ingin ke kantin setelah dari toilet karena Salsa menunggu di sana sedangkan Reyga sudah pergi. Laras merasa kasihan dengan Aira, ia tidak tahu siapa kedua laki-laki tadi.
***
"Ras lo mau beli untuk siapa?" tanya Salsa melihat plastik yang berisikan makanan yang dibawa Laras. Saat ini mereka menuju ke kelas karena kantin yang sudah ramai.
"Ada deh Sa," ucap Laras.
Setelah masuk ke kelas,- Laras mencari keberadaan Aira. Matanya berbinar ketika melihat gadis itu sedangkan membenamkan wajahnya di meja, ia tahu kalau gadis itu sedang menahan lapar.
Laras kemudian mendekati meja Aira lalu menaruhnya di meja Aira. Si empunya meja merasa ada seseorang didekatnya, Aira kemudian mendongakkan wajahnya dan terkejut melihat Laras dan Salsa didekatnya. Salsa sendiri menampilkan wajah terkejut melihat perbuatan Laras itu.
"Buat lo nih," ucap Laras sambil tersenyum manis.
Aira sendiri masih mencerna kata-kata Laras sambil menatap pemberian Laras itu.
"Ka-kamu gak salah orang, 'kan?" tanya Aira polos membuat Laras tertawa.
"Enggak, gue beliin emang buat elo kok tadi soalnya lo nampak kelaparan banget," ujar Laras masih dengan senyumnya.
"Ta-tapi-"
"Heh! Terima aja ribet banget sih lo!" bentak Salsa membuat Aira langsung terdiam sedangkan Laras juga terkejut dengan reaksi Salsa tadi.
"I-iya, makasih ya emm.." Aira menatap nametag Laras, astaga! Dia saja lupa nama teman sekelasnya.
"...Laras."
"Oke sama-sama," ucap Laras.
"Ras kita ngomong sebentar," ujar Salsa langsung menarik tangan Laras keluar dari kelas sedangkan Aira hanya menatap teduh makanan itu.
"Anggap rezeki aja," ucapnya lalu membuka bungkus nasi itu.
Disisi lain Laras meringis karena tangan Salsa terlalu menggenggam erat tangannya.
"Apaan sih Sa?" tanya Laras kesal.
"Lo tuh ngapain sih dekat-dekat sama si alien?" celetuk Salsa.
"Ya gue tuh kasihan sama dia, apa salah gue kasihan sesama manusia?" tanya Laras membuat Salsa terdiam.
"Tapi Ras, lo bisa kena masalah sama serigala ntar."
"Enggak Sa, tenang aja gue bakal aman kok," ujar Laras menyakinkan temannya itu.
"Tapi inget, lo jangan sampai kena masalah sama Serigala ya?"
Laras tersenyum lembut lalu mengangguk.
"Lo berdua drama banget." Laras dan tersentak kaget mendengar suara itu. Mereka berbalik menemukan Reyga yang sedang menatap mereka dengan tatapan jahil.
"Reyga," ucap Laras.
"Jaket gue," ucap Reyga datar.
"Astaga bentar ya." Laras langsung masuk ke kelas diikuti Salsa karena gadis itu masih belum terbiasa dengan kehadiran Reyga didekatnya.
"Nih Ga, thanks," ucap Laras memberikan jaket Reyga.
"Hmm... Gue cabut dulu." Reyga kemudian berbalik meninggalkan Laras yang masih menatap kepergiannya. Disisi lain Aira juga menatap Reyga dari pintu, ia kemudian buru-buru pergi karena Laras yang mau beralih masuk ke kelas.
***
Laras terus menggerutu karena supirnya lama sekali datang, Salsa sendiri sudah pulang karena jemputannya yang sudah duluan datang.
Tit tit!
Suara klakson motor terdengar, Laras mencari asal suara dan menemukan seseorang mengendarai motor sport mendekat kearahnya. Ia memberhentikan motornya lalu membuka kaca helmnya.
"Mau nebeng gak?" tawar cowok itu. Laras masih belum kenal dengan cowok itu jadi dia masih sangat ragu.
"Gue Samuel, gue yakin elo dah tau tentang gue," ucap Samuel tanpa ada unsur sombong.
"Oooh Samuel, jadi elo Samuel," ujar Laras. "Jadi dia rivalnya Reyga."
"Mau nebeng gak? Jemputan lo masih lama, 'kan?" tanya Samuel lagi.
"Kayaknya sih."
"Ya udah naik cepet." Dengan ragu Laras naik ke motor sport milik Samuel, untungnya tubuhnya tinggi sehingga dia agak mudah naik ke motor itu.
"Udah?"
"Udah Sam."
Samuel kemudian memajukan motornya. Di perjalanan tak ada yang membuka pembicaraan kecuali saat Samuel bertanya alamat Laras.
"Makasih Sam," ucap Laras sambil turun dari motor itu di bantu Samuel.
"Sama-sama," ujar Samuel lalu menatap rumah Laras sebentar.
"Lo ada hubungan apa sama Reyga?" tanya Samuel tiba-tiba membuat Laras bingung.
"Cuman temen doang kok," jawab Laras apa adanya.
Samuel manggut-manggut lalu berkata, "Hati-hati sama dia, 'rubah' itu bahaya."
"Rubah?" tanya Laras bingung.
"Iya rubah, dia dijuluki si manusia rubah disekolah karena dia licik, jadi lo harus hati-hati."
"Gue gak bisa larang elo jangan berteman sama Reyga tapi gue hanya bilang hati-hati."
Laras mengangguk mengerti, sebegitu berbahayakah Reyga sampai ketua geng ini memperingatinya?
"Apa ini gak ada sangkut pautnya karena elo sama Reyga musuhan?" tanya Laras menebak-nebak.
"Iya, lagi pula memang satu sekolah tau betapa berbahayanya Reyga jadi sebab itu elo harus hati-hati," jelas Samuel.
"Oke Sam."
"Gue cabut dulu." Samuel kemudian melajukan motornya meninggalkan Laras yang menatap kepergiannya. Ia lalu masuk kedalam rumahnya.
***
Reyga tersenyum lebar melihat mesin pencetak uang itu mengeluarkan lembaran berwarna merah sebanyak 5 lembar.
"Hebat juga kau ya main judi," celetuk satpam penjaga mesin bank itu.
"Dewa judi nih Pak," ucap Reyga dengan bangganya sambil memasukkan uangnya ke dompetnya.
"Masih SMA dah berjudi aja bangga kau," ejek Pak satpam itu.
Reyga sendiri mengangkat bahunya tak peduli. Ia pergi menuju warnet berjalan kaki karena memang itu kebiasaannya.
Pandangan Reyga beralih kepada sebuah kafe mewah di mana ada band kecil yang sedang bernyanyi di kafe tersebut. Namun bukan itu yang membuat matanya tertarik menatap kafe mewah itu, matanya tertuju kepada cewek cebol yang sedang memberi pesanan pelanggannya.
Aira, ya, gadis itu adalah Aira. Reyga kemudian berlari kecil menyusul gadis itu yang untungnya Aira baru saja mengasih pesanan pelanggan yang duduk di teras kafe.
"Aira." Sang empunya nama mencari asal suara. Sontak Aira terkejut mendapati Reyga yang berlari menuju arahnya.
"Reyga," ucap gadis itu dengan lembut.
"Lo kerja disini?" tanya Reyga basa-basi.
"I-iya," jawab Aira.
"Ngapain lo kerja? Nanti sekolah lo gimana?" Pertanyaan Reyga itu sontak membuat jantung Aira berdegup kencang, apakah Reyga mengkhawatirkannya?
"Aku mau bantu ibuk aku," jawabnya.
"Oooohh jadi elo tiap hari disini?"
"Senin sampai jum'at aja Reyga."
Reyga kemudian manggut-manggut sebentar, ia bisa melihat para pegawai di kafe ini rata-rata perempuan yang memakai pakaian minim tapi...gadis di depan Reyga ini pakaiannya tak begitu terbuka mungkin karena tubuh cebolnya.
"Oke! Kalo gitu gue cabut dulu, Bye cebol," ujar Reyga mengacak-acak sebentar rambut Aira lalu berlari pergi meninggalkan Aira yang sudah mematung. Gadis itu sedang sangat baper.
Bersambung...
"Arrghh!" Reyga meringis kesakitan memegang perutnya. Sudah hampir seminggu ia terkena serangan sakit perut. Apa karena ia membelanjakan uang haram itu ya? mungkin sih.Akibat sakit perutnya itu, Reyga jadi berjalan tertatih-tatih menuju ke sekolah. Padahal dulu efek dari uang haram yang biasa ia pakai tak begitu parah."Kenapa lo?" tanya Ali yang muncul dari belakang Reyga."Sakit perut gue, gile bener nih penyakit gue.""Lo makan duit haram lagi ya?" tebak Ali yang tentu saja benar karena ia sudah sangat tahu tentang Reyga."Dah tau nanya," ujar Reyga sinis lalu kembali meringis merasakan sakit perutnya."Di UKS ada gak tuh obat sakit perut?" tanya Reyga, saat ini keduanya sudah masuk ke pekarangan sekolah."Keknya ada.""Gue cabut ajalah, di UKS nginep gue." Reyga kemudian langsung masuk ke ruangan UKS sedangkan Ali lebih dulu pergi.
Aira merenggangkan lengan kanannya merasa pegal. Ia baru saja pulang dari tempat kerjanya pada jam 12 malam. Tak lupa membawakan makanan untuk ibunya."Aira, kamu gak tidur udah larut malam," ucap ibu Aira."Bentar lagi aja Buk." Aira kemudian masuk ke kamarnya tak lupa mencium pipi ibunya terlebih dahulu.Aira tak langsung tidur sesuai perkataannya, ia membuka ponsel jadulnya. Tampak sebuah kontak baru di sana.Pipi Aira memanas ketika mengingat kejadian di sekolah saat Reyga meminta nomor ponselnya. Pria itu mengatakan kalau dia akan lebih mudah mengetahui kabar Aira jika Aira ada masalah. Gadis itu tak menyangka kalau akan ada juga seseorang yang peduli akan dirinya selain ibunya.Dengan tangan yang kaku, Aira mengetikan sesuatu di ponselnya.AiraReyga? Udah tidur ya?Aira menunggu balasan dari Reyga namun tak urung dibal
"Ini pu-nya-" "Siapa Aira?" tanya Reyga pelan namun dengan suara dingin. Aira hanya diam menunduk lebih dalam, ia tidak pandai berbohong. Dengan cekatan Reyga mengambil dua buku itu membuat Aira tersentak kaget. Reyga dengan cepat membaca pemilik buku itu, rahangnya langsung mengeras, ia akan menjumpai mereka. "Reyga jangan!" teriak Aira menarik tangan Reyga agar pria itu tidak pergi. "Awas!" Brakk "Akh!" Punggung Aira terbentur keras akibat sentakan tangan Reyga. Banyak pasang mata yang melihat Aira terduduk di lantai sambil meringis namun tak ada yang menolong. Laras dan Salsa yang baru saja masuk ke kelas bingung mengapa kelas tampak hening, ia lalu menatap Aira yang sedang meringis. Dengan segera Laras membantu Aira. "Lo gak papa?" tanya Laras khawatir. "Kejar Reyga
"Makasih Reyga," ucap Aira sambil tersenyum manis meski dirinya sedang sangat ngantuk.Reyga hanya membalas dengan deheman saja, ia lalu melirik Aira yang sedang mengucek matanya."Masuk sana langsung tidur aja lo jangan lupa kasih ibuk lo," ucap Reyga lalu mengacak-acak rambut Aira entah kenapa ia sangat suka seperti itu.Aira hanya mengangguk karena memang sangat mengantuk."Dah Reyga." Gadis itu pun berjalan masuk kedalam rumah sederhananya.Reyga sendiri masih di depan rumah Aira, ia jadi merasa bersalah tadi sempat membentak gadis itu karena bertanya soal keluarganya."Maaf, Ra."Reyga kemudian mengayuh sepedanya pergi dari rumah Aira.***Sekolah saat ini sedang heboh karena kedatangan murid baru kelas satu yang rumornya adalah adik dari Ando yang memang anak dari keluarga ternama.Bahkan kecantikannya bisa dika
Ketiga teman Nanda meneriaki dirinya agar pergi namun Nanda hanya terdiam dengan tatapan kosongnya.Reyga menatap tajam gadis itu lalu matanya beralih ke nametag gadis itu."Jadi mereka ngubah namamu ya," ucapnya dengan suara berat."Hiks...hiks...jahat!" teriak Nanda sambil menangis."Reynanda Putri Isabella?" ucap Reyga."Hiks...kemana aja kalian?!!!" bentak Nanda yang sudah menunduk sambil menangis deras.Reyga merasa bersalah, harusnya saat ia berpisah dengan Reyza saat itu, ia langsung mencari Reyna namun naas dia lupa jalan menuju rumah Reyna dan saat ia sudah mendapatkan alamat rumah Reyna sayangnya rumah itu sudah dijual. Hingga kini Reyga tak mengetahui tinggal di mana adiknya yang di buang oleh kakak brengs*knya itu."Reyna," ucap Reyga mendekati adiknya yang terpisah darinya itu namun...BUGH!"NGAPAIN LO BUAT NANG
Akhirnya mereka sampai di depan rumah Aira. Reyga bisa merasakan kalau rumah itu sangat sepi dilihat dari keadaan rumahnya. Aira tersentak kaget kala ibunya membukakan pintunya. Ia tak percaya ibunya berdiri padahal ia sedang sakit."Kok Ibuk berdiri?!" teriak Aira berlari membantu ibunya sedangkan Reyga masih berdiri terkena gerimis.Lana tampak khawatir melihat anaknya basah kuyup begitu."Astaga kamu kenapa basah-basahan," ucap Lana khawatir pandangannya lalu beralih ke Reyga yang masih berdiri tak jauh dari mereka yang sedang diguyur gerimis."Aira gak papa Buk, lagi pula besok pakai batik," ujar Aira meyakinkan sang ibu lalu pandangannya beralih ke Reyga."Reyga," ucapnya."Maaf Buk, Aira kehujanan gara-gara saya," ucap Reyga sopan.Lana tersenyum ramah dibalik bibir pucatnya lalu berkata, "Gak apa-apa Nak."Reyga mengangguk sambil tersenyum tipi
"Pokoknya Nanda jangan dulu sampai jumpa dengan si rubah itu, ngerti?" ucap Ando menasehati adiknya sebelum mereka masuk ke sekolah.Reyna hanya mengangguk pasrah, ia memang belum siap untuk bertemu dengan Reyga, ia masih belum merasa kalau ini nyata."Ya sudah Nanda ke kelas dulu sana," titah Ando yang dibalas anggukan oleh Reyna.Ando diam menatap kepergian adiknya itu, ia harus ekstra menjaga Reyna agar tidak berjumpa dengan Reyga. Ia masih bingung bagaimana reaksinya jika memang Reyga adalah kakak kandung Reyna."Hei bro." Ando terkejut kala Bimo muncul tiba-tiba disampingnya."Yuk kelas, inget nanti kita pulang sekolah kita latihan bareng si Aiden," ucap Bimo mengingatkan Ando.Ando mengangguk lalu berjalan ke kelas diikuti Bimo dari belakang.***"REYGA!" bentak Zara mem
Aira menghembus napas lega setelah sampai di depan rumahnya. Ia membuka pelan pintu rumahnya takut nanti membangunkan ibunya. Perlahan gadis itu masuk ke kamar sang ibunda tercintanya. Dapat ia lihat wajah pucat dari ibunya juga tubuhnya yang mulai kurus."Aira pulang Buk," ucap Aira pelan lalu mencium pipi ibunya sebentar kemudian beranjak pergi menuju kamarnya."Kira-kira Reyga lagi apa ya? Aku jadi merasa bersalah tadi depannya," gumam gadis itu.AiraMaaf soal tadi ya, aku ngambek gak jelas.Di tempat lain Reyga yang fokus pada layar didepannya merasakan ponselnya bergetar. Dengan malasnya ia melihat siapa yang mengirim pesannya.ReygaHmAiraKamu marah ya?Reyga tersenyum melihat pesan itu. Marah bagaimana? Ia justru lucu melihat gadis itu saat kesal.