Share

REYGA
REYGA
Penulis: Niresview

Prolog

"Anak-anak itu membawa tas mencurigakan!" teriak salah satu anggota kepolisian.

Renjana yang melihat itu langsung mengambil pisau didekatnya. "Reyza! Bawa lari adik-adikmu!"

Renjana kemudian menyerang para kepolisian bermodal pisau demi mengulurkan waktu agar anak-anaknya dapat pergi jauh dari rumah mereka.

DORRR!

"AYAH!!!" teriak ketiga anak

itu.

Sang kakak yang melihat kejadian dimana ayah mereka bertiga tertembak oleh anggota kepolisian sontak sangat syok namun ia berusaha menutupinya agar adik-adiknya tidak menambah kepanikan mereka.

Dengan cepat ia menuntun adik-adiknya berlari sejauh-jauhnya dari rumah mereka yang sudah dikepung anggota kepolisian karena kasus bandar narkoba.

Selama terus berlari dari kejauhan seseorang memantau mereka dari jauh.

                   ***

Tepat hampir tengah malam sang kakak dan kedua adiknya berdiri didepan sebuah pintu rumah.

Si kakak berjongkok menyamakan tingginya dengan adik perempuannya lalu mengelus pipi mulus adiknya itu.

"Dengar baik-baik, Abang minta maaf atas ini. Terserah kamu ingin melupakan kami apa tidak tapi yang jelas kami semua menyayangimu." Air mata sang kakak keluar seketika, sedangkan adiknya yang laki-laki sudah meneteskan air mata dari tadi.

"Jadilah gadis hebat, Abang gak akan marah jika kamu melupakan kami," ucapnya meski ia tahu adik perempuannya itu masih terlalu polos belum mengetahui apapun.

"Reyna mau main petak umpet?" tanya kakak pertama itu memaksakan diri untuk tersenyum.

Dengan polosnya adik perempuannya itu mengangguk cepat.

"Kalo gitu Reyna itung satu sampai sepuluh dulu boleh 'kan?" tanya sang kakak yang dibalas anggukan oleh adik perempuannya.

Anak perempuan itu pun menghitung sambil memejamkan matanya. Kakak tertua itu menekan tombol bel didekat pintu itu lalu berlari bersama adik laki-lakinya meninggalkan adik perempuannya itu. Sebelum pergi ia sempat membenarkan jepit rambut berbentuk kupu-kupu itu di rambut indah adiknya.

Cklek

"Iya ada ap-" Orang yang membuka pintu tadi terkejut melihat seorang anak perempuan kira-kira berumur 4 tahun.

"Hey kamu ngapain disini?" tanya wanita itu dengan lembut sambil berjongkok menyamakan tingginya dengan balita itu.

"Hai Bu, nama aku Reyna aku disini karena lagi main petak umpet sama abang-abang aku," jawabnya polos sambil menampilkan wajah riangnya.

Wanita tampak terkejut mendengar hal itu. Ia merasa kalau itu tak mungkin, mana ada anak-anak bermain di jam yang hampir tengah malam.

"Kamu mau makan gak? Ibu punya permen lho," ujar wanita itu.

"Mau!" serunya.

Wanita itu tersenyum lalu menuntun anak itu masuk.

---------------------------------------------------------

"Hiks...kenapa Abang meninggalkan Reyna?" ucapnya sambil menghapus air matanya.

Kakaknya menatapnya haru. Langkah mereka terhenti karena memang sudah sangat kelelahan.

"Aku gak mau Reyna menderita, Reyga," ucap sang kakak.

Si adik yang bernama Reyga itu mengepalkan erat-erat tangannya menatap tajam sang kakak.

"Aku akan pergi! Aku akan menjemput Reyna suatu saat ketika aku sudah punya uang!" ujar Reyga dengan matanya yang memerah.

"Reyga jangan buat tindakan bodoh, aku melakukan ini atas kemauan ayah," ucap sang kakak.

"Aku pergi Reyza," ujar Reyga tak memperdulikan kakaknya yang bernama Reyza itu.

Reyza menatap teduh adiknya yang perlahan menghilang dari pandangannya, mungkin memang ini yang terbaik bagi mereka. Hidup dengan berpisah, Reyza akan terus mengingat adik-adiknya itu meski ia ragu kalau mereka akan mengingatnya.

Di sisi lain Reyga tersesat, ia lupa kemana arah selanjutnya menuju tempat Reyna ditinggalkan tadi. Ia melihat warnet didepannya 'Warnet Meraki'. Bocah berumur 10 tahun itu berjalan memasuki warnet itu.

"Iya Ma, Jere-" Pria itu terhenti berbicara ketika melihat bocah bernampilan urakan masuk ke warnet yang sudah kosong pengunjung.

"Lo siapa?!" tanya pria itu terkejut.

Reyga juga ikut terkejut mendengar suara teriakan pria didepannya itu.

"Lo gak di cariin bapak lo keluar malem-malem?!"

Seketika air mata Reyga terjatuh karena mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. ia lalu menangis sambil terduduk lemas.

"A-ayah...dah...gak ada...hiks," lirih Reyga.

Pria itu langsung panik. "Waduh salah cakap gue!"

"Eh udah ya ntar gue beliin coklat lo," rayu pria itu namun Reyga tetap menangis keras.

Pria itu kemudian punya ide. "Aha gue ada ide!"

***

Dengan wajah datarnya pria itu menatap Reyga yang asik tertawa menonton kartun di komputer warnetnya.

"Seneng lo sekarang," sindir pria itu namun Reyga tak menggubris.

"Lo gak dicariin orang tua lo, bocah?" tanya pria itu hati-hati.

"Ayah udah ninggal, aku tersesat eh malah kesini hahahah," jawab Reyga masih fokus pada layar didepannya.

Pria itu terdiam, ada satu hal yang terlintas dipikirannya. "Lo gak punya rumah dong."

"Ada tapi udah diisi sama polisi banyaaakkkk," jawab Reyga polos masih fokus pada layar.

Pria itu kembali terdiam. Ada rasa iba dihatinya mendengarnya.

"Hey Bang."

Pria itu tersentak ketika dipanggil Reyga.

"Iya bocil?" tanya pria itu.

"Nama Abang siapa ya?"

"Jere, Jeremia Meraki."

Saat itu adalah pertemuan keduanya, calon pekerja dan calon bos.

***

"Buk Aira pengen liat bintangnya lebih dekat," ucap anak perempuan itu dengan riang sambil melompat-lompat menunjukkan bintang di langit malam.

Ibu dari anak itu tersenyum lalu mengelus lembut rambut anak semata wayangnya itu.

"Nanti kapan-kapan kalo ibu punya uang, Ibu akan belikan Aira teleskop," ujar ibu dari anak perempuan bernama Aira itu.

"Memangnya teleskop itu apa Buk?" tanya Aira polos.

"Teleskop itu teropong yang bisa liat bintang sama bulan lebih dekat."

"Wah kalo gitu Aira mau!"

"Tentu, kalo ibu dah punya banyak uang nanti ibu beli."

"Makasih Buk." Aira kemudian memeluk kaki ibunya.

"Sama-sama sayang."

•REYGA•

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status