Beranda / Romansa / ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany / 6. Nyonya Emily Mencoba Menghibur Putrinya

Share

6. Nyonya Emily Mencoba Menghibur Putrinya

last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-21 18:50:29

Saat Tuan Frank marah kepada putrinya, Stefany, dan melarangnya keluar rumah selama seminggu. Nyonya Emily, ibu Stefany, ternyata sedang berada di depan pintu kamar anaknya dan mendengar semua perkataan yang diucapkan oleh suaminya. Hatinya terasa hancur karena melihat anaknya yang sedang dimarahi.

Dengan hati yang berat, Nyonya Emily menunggu Tuan Frank keluar dari kamar Stefany sebelum memasuki kamar tersebut. Pintu kamar dibanting dengan keras, oleh suaminya yang menggema di seluruh rumah.

Setelah tahu sang suami telah pergi dari kamar putri mereka.

Nyonya Emily masuk ke dalam kamar Stefany dengan hati yang berat. Dia melihat putrinya duduk di tepi tempat tidur, wajahnya dipenuhi oleh air mata yang mengalir deras. Hatinya terasa hancur melihat anaknya seperti itu.

Nyonya Emily duduk di samping Stefany dan memeluknya erat.

"Stefany, Mommy ada di sini untukmu. Mommy tahu betapa sulitnya situasi ini bagimu," ucap Nyonya Emily dengan lembut, mencoba menghibur anaknya yang sedang bersedih.

Stefany menangis semakin keras, mencurahkan semua kesedihannya kepada ibunya.

Gadis itu lalu menoleh ke arah ibunya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Mommy, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Daddy sangat marah padaku. seolah-olah aku tidak pernah melakukan apapun yang benar di matanya,” ucap Stefany di antara tangisannya.

Nyonya Emily mengelus punggung Stefany dengan lembut.

"Dear, dengarkan Mommy. Daddy mungkin marah sekarang, tapi itu bukan berarti kamu tidak berharga. Kamu adalah anak yang luar biasa dan Mommy sangat bangga padamu," ucap Nyonya Emily dengan penuh kasih.

Stefany hanya terdiam. Lalu sang ibu berkata lagi,

"Apa yang dikatakan Daddy kepadamu, Dear?”

Stefany berkata dengan pelan, "Daddy mengatakan jika aku tidak boleh keluar rumah selama seminggu. Daddy selalu seperti itu, Mommy. Kenapa Daddy tidak pernah mengerti aku?”

Nyonya Emily dapat merasakan kesedihan yang mendalam melihat anaknya yang begitu rapuh saat ini. Sang ibu mencoba memahami, tapi hatinya juga penuh dengan pertanyaan yang sama.

"Stefy, Mommy tahu ini sulit. Tapi, percayalah pada Mommy, kita akan melewati ini bersama-sama. Apapun yang terjadi, Mommy akan selalu ada di sampingmu. Mommy akan coba berbicara dengan Daddy."

Stefany mencoba menghapus air mata di wajahnya.

"Terima kasih, Mommy. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa Mommy."

Nyonya Emily tersenyum lembut.

"Kita akan cari jalan keluar bersama, Dear. Sekarang, bagaimana kalau kita berbicara lebih dalam tentang ini? Apakah ada yang ingin kamu tanyakan pada Mommy?” tanya sang ibu kepada putrinya.

Mendengar perkataan ibunya. Stefany pun ingat pada satu hal. Dia pun bertanya kepada Nyonya Emily,

“Mommy, aku ingin bertanya.”

“Kamu ingin bertanya tentang apa, Dear?” sahut sang ibu.

Stefany mengangkat kepalanya, matanya masih penuh dengan air mata.

“Mommy kenapa Daddy tidak pernah menyukai Daniel? Padahal dia sangat baik kepadaku dan selalu menjagaku dari Pablo dan Abner yang suka jahil kepadaku,” ucap Stefany.

Lalu sang ibu menjawab dengan napas berat,

“Daddy tidak suka kepada Daniel karena dia adalah keturunan Keluarga Alexander. Sejak dulu keluarga kita selalu berselisih dengan mereka. Mommy juga kurang mengerti kenapa Daddy sangat membenci keluarga itu,” tutur sang ibu.

Stefany kembali terdiam mendengar perkataan ibunya.

“Sepertinya akan susah untuk bicara dengan Daddy kali ini. Tapi, Mommy akan terus mencoba,” serunya lagi.

"Tapi, Mommy. Sepertinya aku akan merasa begitu kesepian. Daddy mengatakan jika aku tidak bisa keluar rumah selama seminggu. Bagaimana jika teman-temanku menanyakan tentang aku? Caroline, Marsha, terutama Daniel. Dia pasti akan semakin merasa bersalah," ucapnya dengan suara gemetar.

Nyonya Emily menggenggam tangan Stefany dengan erat. "Dear, teman-temanmu itu, anak yang baik, dan sahabat sejatimu.

Mereka pasti tidak akan melupakanmu hanya karena kamu tidak bisa keluar rumah. Ketiganya akan tetap ada untukmu, dan mommy bisa menghubungi mereka melalui telepon," jelas Nyonya Emily dengan penuh keyakinan.

Stefany menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Aku hanya tidak tahan dengan amarah Daddy. Apa yang harus aku lakukan, Mom?" tanyanya dengan ragu.

Nyonya Emily tersenyum lembut.

"Kita akan melalui ini bersama, Dear. Mommy akan selalu ada untukmu. Mommy akan mencari cara untuk menjaga hubunganmu dengan Daddy tetap baik. Mommy akan berbicara tenang dan saling mendengarkan, dengan Daddy," ucap Nyonya Emily dengan penuh harapan.

Stefany menatap ibunya dengan mata yang penuh harap.

"Terima kasih, Mommy. Aku sangat beruntung memilikimu sebagai ibu," ucapnya dengan suara lembut.

Nyonya Emily lalu memeluk Stefany erat.

“Dan Mommy juga sangat beruntung memilikimu sebagai anakku. Kita akan melewati masa sulit ini bersama-sama, Dear," ucap Nyonya Emily dengan penuh cinta.

Mereka pun berdua duduk di atas ranjang Stefany, saling mendukung satu sama lain dalam keheningan yang penuh kasih.

Setelah Stefany tidur, Nyonya Emily keluar dari kamar putrinya dengan hati yang berat. Dia merasa sedih dan khawatir tentang keadaan putrinya yang dibatasi untuk keluar rumah oleh Tuan Frank, suaminya selama seminggu. Dengan langkah hati-hati, Nyonya Emily berjalan menuju lantai bawah rumah mereka, tepatnya di ruang keluarga.

Di ruang keluarga, Tuan Frank terlihat sedang duduk di sofa sambil asyik mengisap cerutu favoritnya. Wajahnya terlihat masih tegang dan tampaknya dia sedang menahan emosinya.

Nyonya Emily sepertinya tahu jika inilah saat yang tepat untuk berbicara dengan suaminya mengenai kekhawatirannya tentang pembatasan yang diberlakukan pada Stefany.

Nyonya Emily memutuskan untuk pergi ke dapur terlebih dahulu untuk membuatkan kopi bagi suaminya. Dia berharap dengan memberikan secangkir kopi, suasana akan menjadi lebih santai dan mereka bisa berbicara dengan lebih baik.

Sambil menyiapkan kopi, Nyonya Emily mulai berpikir tentang bagaimana dia akan mengungkapkan perasaannya tanpa menyinggung perasaan Tuan Frank.

Setelah kopi siap, Nyonya Emily membawanya ke ruang keluarga. Dia duduk di sebelah Tuan Frank dan memberikan secangkir kopi kepadanya. Mereka berdua diam sejenak, menikmati minuman itu sambil melihat tayangan film dokumenter tentang dunia binatang di layar televisi.

Akhirnya, Nyonya Emily memulai percakapan dengan lembut,

"Darling, aku ingin membicarakan sesuatu tentang Stefany. Aku merasa khawatir dengan pembatasan yang kita berlakukan padanya. Dia masih muda dan perlu ruang untuk tumbuh dan belajar dari pengalaman di luar rumah."

Tuan Frank menoleh ke arahnya, wajahnya masih tegang.

"Aku hanya ingin melindungi Stefany, Emily. Dunia di luar sana tidak selalu aman. Aku tidak ingin dia terluka atau terkena pengaruh buruk dari Daniel, keturunan Keluarga Alexander!"

Nyonya Emily menggenggam tangan Tuan Frank dengan lembut.

"Aku mengerti kekhawatiranmu, Darling. Tapi kita juga harus memberinya kesempatan untuk menjalani kehidupannya. Dia perlu belajar bagaimana menghadapi tantangan dan mengambil keputusan sendiri."

Tuan Frank menghela nafas panjang.

"Aku tahu, jika aku terlalu protektif. Tapi aku tidak ingin kehilangan dia. Apa lagi masa depan Stefany telah kita tentukan sejak kecil! Makanya aku harus menjauhkannya dari Daniel!"

Nyonya Emily tersenyum lembut.

"Kita bisa memberikan batasan yang lebih longgar, tapi tetap mengawasi dan membimbingnya. Kita bisa memberikan kepercayaan kepadanya dan membiarkannya belajar dari kesalahan. Dia adalah anak kita, dan kita harus memberinya kesempatan untuk tumbuh. Stefany dan Daniel hanyalah teman masa kecil, seharusnya kamu juga tahu itu."

Tuan Frank merenung sejenak, namun hatinya masih keras.

“Aku tidak mau dibantah Emily!” hardiknya keras.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    10. Larangan Dari Tuan Frank

    Keesokan harinya, di sekolah, Daniel, Hugo, dan Filbert menunggu dengan cemas kabar dari Marsha dan Caroline. Mereka berharap Stefany merasa lebih baik setelah kunjungan itu.Saat bel istirahat berbunyi, Marsha dan Caroline mendekati mereka di lapangan sekolah. Wajah keduanya terlihat ceria, memberikan harapan kepada Daniel dan yang lain.“Bagaimana keadaan Stefany?” tanya Daniel dengan nada penuh harap.Caroline tersenyum. “Dia sangat senang dengan kunjungan kami dan pesan-pesan dari kalian. Stefany tidak sakit, hanya dilarang keluar rumah oleh ayahnya sebagai hukuman.”Daniel menghela napas lega meski merasa sedikit marah pada Tuan Frank. “Jadi dia baik-baik saja?”Marsha mengangguk. “Ya, Stefany baik-baik saja. Dia hanya merasa kesepian karena tidak bisa bertemu dengan kita. Tapi dia sangat terharu dengan pesanmu, Daniel. Stefany benar-benar merindukanmu.”Daniel merasa hatinya hangat. “Aku juga sangat merindukan Stefany. Aku berharap dia segera bisa kembali ke sekolah.”Hugo m

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    9. Menjenguk Stefany

    Saat bel sekolah berbunyi menandakan telah berakhirnya pelajaran hari ini. Daniel, Hugo, dan Filbert berdiri di bawah pohon besar di sudut halaman sekolah bersama Marsha dan Caroline. Mereka berkumpul untuk membahas rencana menjenguk Stefany di rumahnya. Semua tampak bersemangat untuk melihat keadaan sahabatnya.Namun, sebelum mereka mulai berjalan, Marsha berbicara. “Kalian tahu kan, ada satu masalah yang harus kita perhatikan. Ayah Stefany, Tuan Frank, tidak suka jika Stefany berteman dengan anak laki-laki. Ini bisa jadi masalah kalau kalian ikut.”Daniel terlihat cemas.“Aku ingat itu. Stefany pernah cerita. Aku tidak mau membuat situasi menjadi lebih sulit untuknya.”Hugo mengangguk setuju.“Ya, kita tidak mau menambah masalah. Mungkin memang lebih baik kalau hanya Marsha dan Caroline yang pergi.”Filbert menambahkan,“Kita bisa menunggu di dekat sini, sambil bermain.”Marsha dan Caroline saling pandang, lalu mengangguk. “Baiklah, kami yang akan pergi,” ucap Caroline. “Kami akan

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    8. Ternyata Stefany Bolos Ke Sekolah

    Pagi hari yang cerah menyambut desa Bibury, Cotswolds, Inggris. Matahari terbit dengan gemilang, memancarkan sinar hangat yang memperindah pemandangan sekitar. Hari ini, Daniel begitu penuh semangat untuk pergi ke sekolah, karena dia tak sabar ingin bertemu sahabatnya, Stefany.Daniel begitu terburu-buru sehingga dia bahkan melahap sarapannya, sepotong pie selai kacang, dengan cepat. Ibunya, Nyonya Miriam, lalu menegurnya dengan lembut."Daniel, santai saja. Makanlah dengan tenang, jangan terburu-buru begitu," seru sang ibu."Maaf, Mommy. Aku hanya sangat bersemangat untuk bertemu dengan Stefany hari ini."Akan tetapi Tuan Carlos, ayah Daniel, memberikan nasihat kepada anaknya sebelum pergi ke sekolah."Daniel, ingatlah untuk berhati-hati dan bijak dalam bergaul dengan Stefany. Keluarga Madison memiliki reputasi yang buruk di desa ini," tegur sang ayah. "Tidak perlu khawatir, Daddy. Aku tahu bagaimana menjaga diri sendiri," sahutnya kepada Tuan Carlos.Berbeda jauh dengan sikap ayahn

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    7. Daniel Turut Dimarahi

    Setelah mencoba berbicara dengan Tuan Frank, Nyonya Emily merasa frustasi dan sedih. Dia berharap suaminya akan mendengarkan kekhawatirannya tentang pembatasan yang diberlakukan pada Stefany, akan tetapi sayangnya, usahanya gagal.Setelah memberikan secangkir kopi kepada Tuan Frank, Nyonya Emily mencoba lagi untuk membicarakan masalah tersebut. Dengan suara lembut, dia berkata, "Darling, aku mengerti kekhawatiranmu tentang Stefany. Tapi kita juga harus memberinya kesempatan untuk menjalani kehidupannya di luar rumah. Dia perlu belajar sungguh-sungguh. Apalagi sampai bolos sekolah selama seminggu. Stefany akan ketinggalan mata pelajaran."Tuan Frank menatap sang istri dengan pandangan tajam. "Aku sudah bilang, Emily. Stefany tidak boleh keluar rumah selama seminggu! Aku tidak ingin dia terkena pengaruh Daniel di luar sana."Nyonya Emily merasa putus asa. "Tapi Darling, Stefany perlu mengalami hal-hal di luar rumah. Dia perlu belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, mengh

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    6. Nyonya Emily Mencoba Menghibur Putrinya

    Saat Tuan Frank marah kepada putrinya, Stefany, dan melarangnya keluar rumah selama seminggu. Nyonya Emily, ibu Stefany, ternyata sedang berada di depan pintu kamar anaknya dan mendengar semua perkataan yang diucapkan oleh suaminya. Hatinya terasa hancur karena melihat anaknya yang sedang dimarahi.Dengan hati yang berat, Nyonya Emily menunggu Tuan Frank keluar dari kamar Stefany sebelum memasuki kamar tersebut. Pintu kamar dibanting dengan keras, oleh suaminya yang menggema di seluruh rumah.Setelah tahu sang suami telah pergi dari kamar putri mereka.Nyonya Emily masuk ke dalam kamar Stefany dengan hati yang berat. Dia melihat putrinya duduk di tepi tempat tidur, wajahnya dipenuhi oleh air mata yang mengalir deras. Hatinya terasa hancur melihat anaknya seperti itu. Nyonya Emily duduk di samping Stefany dan memeluknya erat. "Stefany, Mommy ada di sini untukmu. Mommy tahu betapa sulitnya situasi ini bagimu," ucap Nyonya Emily dengan lembut, mencoba menghibur anaknya yang sedang bers

  • ROMANSA DESEMBER Season 1 : Daniel and Stefany    5. Kesedihan Stefany

    Di dalam kamarnya, Stefany duduk sendiri di tepi tempat tidurnya. Wajahnya basah oleh air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Suara tangisnya yang tersedu-sedu memenuhi ruangan itu, mencerminkan kesedihan dan keputusasaan yang mendalam. Dia sangat kasihan melihat sahabatnya, Daniel, yang baru saja dimarahi oleh ayahnya, Tuan Frank.Stefany merasa hatinya hancur melihat bagaimana Tuan Frank memarahi Daniel dengan keras. Dia sangat mengerti jika sahabatnya itu tidak bermaksud membuatnya dalam bahaya atau melanggar aturan. Keduanya hanya ingin menghabiskan waktu bersama dan menikmati momen indah di bukit belakang sekolah, mereka sampai sore menjelang.Namun, Tuan Frank tidak mengerti atau menerima penjelasan itu. Dia terlalu protektif dan khawatir akan keselamatan putrinya. Tapi, Stefany merasa bahwa Tuan Frank tidak melihat sisi lain dari cerita ini, yaitu persahabatan yang kuat antara dirinya dan Daniel.“Daniel, semoga kamu kuat menghadapi amarah ayahku,” harapnya dalam hati.Stef

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status