Share

005

005. PRINCE'S WORRIES

FRNR00150

"Lalu, kau menyuruh ku menikahi Raja?" tanya ku, badan ku menghadap Hendery sembari meletakkan semangkok makanan di atas meja. *

"Tidak perlu, yang kau bantu itu aku, nikahi aku saja" aku sedikit terkejut dengan ucapan Hendery yang membuat jantung ku langsung berdebar. Bisa-bisanya kalimat seperti keluar dengan lancar dari mulutnya.

"Kau! Astaga.. " aku menyentuh dada ku, rasanya jantung berdegup kencang saat di goda oleh lelaki begini ya. Jadi, inikah yang di rasakan oleh Channie saat di goda oleh bangsawan kaya dulu? Gadis itu beruntung sekali.

"Ku pukul kau kalau berani menggoda ku lagi" ancam ku sebelum berlari memasuki kamar mandi.

---

Hendery tersenyum melihat tingkah Varose yang sedang berlari memasuki kamar mandi, gadis itu selalu saja memiliki cara yang aneh dan langka untuk membuat hatinya seakan di lupakan ketika menatap gadis itu.

Tiba-tiba pikirannya melayang mengarah istana, jika dirinya telah sampai di istana nanti, apa gadis itu merindukannya ya? Batin Hendery. Entahlah, tapi Hendery begitu nyaman berada di rumah ini.

Rumah ini terlihat luas untuk di tinggali tiga orang saja, bila di tambah dirinya mungkin tidak begitu sesak juga.

"Astaga!! Aku berpikir apa??" tanya Hendery kepada dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia memikirkan untuk membangun keluarga kecil bersama Varose.

"Tapi, menjadi pemimpin keluarga juga tidak masalah jika itu anak ku dan Varose haha" Hendery akui dirinya sedang gila saat ini.

Membayangkan masa depan yang indah, saat ia bangun pagi menatap Varose dan anak-anak mereka, lalu selalu makan bersama dan ia mengajak anak-anaknya keluar untuk bermain bersama. Bukankah itu memori yang indah? Bahkan kini Hendery tersenyum tidak jelas, sepertinya ia juga tidak merasakan kedua sudut bibirnya semakin tertarik ke atas.

Namun, senyum itu langsung lenyap ketika Hendery tidak sengaja mengingat kejadian siang tadi. Matanya sedikit berkaca seperti tidak ingin semua ini segera usai.

"Paman itu bisa di percaya, kan?" Hendery berbisik sangat kecil. Lelaki itu tidak ingin membuat khawatir Varose, bila dirinya telah tertangkap basah oleh salah satu pria di desa ini.

Flashback on

Hendery sama sekali tidak bisa tidur, meski matanya begitu melelahkan, namun di satu sisi pikirannya kalut. Setelah Varose tadi pergi dan mengunci rumah, gadis itu belum juga datang siang ini, seakan sengaja untuk menghindar.

"Memangnya berapa lama untuk meminjam buku? Bukankah, meminjam buku caranya sama, hanya mengambil buku, izin, lalu pulang" ocehnya kepada dirinya sendiri.

Lelaki itu juga terduduk gusar, di dalam rumah yang nyaman seperti ini kenapa tidak ada jam dinding? Setidaknya ia menemukan arloji, batinnya.

Ia jadi teringat dengan Tuan Teil, lelaki itu benar-benar sangat baik ketika mengobati neneknya yang sudah tidak di anggap oleh keluarga istana. Tentu saja Hendery melihat hal itu saat ia berkunjung ke kediaman neneknya, itu pun diam-diam. Ia beruntung memiliki Paman yang cukup cerdas dan tanggap.

"Keadaan Paman Julio di sana bagaimana, ya? Semoga baik-baik saja" katanya.

Untuk mengisi kekosongan waktu yang cukup lama, lelaki itu berjalan menuju rak buku yang letaknya dekat dengan meja makan. Terus terang saja, rumah ini sangat simple, ada banyak barang yang sangat penting, tapi semua tertata dengan rapi. Tidak seperti di istana, untuk menuju perpustakaan saja, harus melewati kamar wanita jelek itu, batin Hendery.

"Dia rajin sekali mengumpulkan banyak buku" tangan lelaki itu mulai menelisik jejeran buku dalam rak. Ia cukup terkejut ketika melihat banyak buku dari kota berada disini.

"Bahkan ada buku Ekatolia, ini susah sekali di dapat di kota"

Hendery meraih buku berjudul Ekatolia itu sebelum dalam genggamannya, tapi yang membuatnya penasaran adalah ada sebuah halaman yang kertasnya tidak begitu rata. Seperti halaman itu sedang di tandai oleh pembatas buku.

Setelah ia buka, senyumnya mengembang melihat pembatas yang di gunakan dalam buku itu. Seorang gadis kisaran umur sepuluh atau sebelas tahun sedang berdiri sembari membawa buku, hasil potretan seperti itu saja mampu membuat jantungnya berdegup kencang.

"Dia bahkan tidak tersenyum salam foto ini, tapi kenapa manis sekali" itu bukan sebuah pertanyaan, pernyataan yang di berikan olehnya langsung membuat insting di dalam pikirannya. Foto Varose mampu membuat suasana kembali menjadi jauh lebih baik.

Sedangkan di luar rumah, seorang pria berjalan memasuki sebuah halaman rumah. Pria itu membawa sepucuk surat yang harus dibaca oleh pemilik rumah itu, beruntung karena pria itu juga membawa kunci rumah.

Pria itu mulai memasukkan kunci itu ke dalam lobang pembuka pintu, setelah beberapa kali di putar, akhirnya pintu itu terbuka. Namun, siapa sangka, pria itu tidak mendapati sang pemilik rumah, melainkan seorang lelaki yang begitu ia kenal.

"Yang Mulia.. "

"Tuan John.. " ucap mereka bersamaan.

Bisa di bayangkan dari kedua belah pihak tersebut sama terkejutnya, bahkan John sendiri tidak kuasa melihat kejadian di dalam rumah itu.

Dengan terburu-buru, John segera menutup pintunya dan mengunci rapat-rapat sebelum membalikkan tubuhnya untuk melihat lelaki yang membuat pikirannya gundah.

"Yang Mulia, bagaimana anda bisa berada disini?" tanya John cepat, Hendery yang melihat keresahan dari sang lawan bicaranya sontak menutup buku sebelum mengembalikannya.

"Tuan John, tenang lah"

"Bagaimana aku bisa tenang, anda sedang berada di rumah anak kerabat saya, gadis itu tidak memiliki kesalahan apa pun yang mengharuskan dirinya-"

"Tuan John, saya bilang tenang!" John langsung terdiam mendengar perkataan dari sang majikan.

"Saya bertemu dengannya di hutan kemarin, Varose tidak memiliki masalah apapun, bahkan saya yang berhutang budi dengannya" kata Hendery memulai pembicaraannya.

Kemudian, John di giring perlahan untuk duduk di kursi meja makan. Hendery tidak ingin ada emosi di setiap pembicaraan mereka, apalagi ada orang kepercayaan di sisinya saat ini.

"Varose menyelamatkan saya dan memberi tumpangan, saya kabur di istana malam setelah pembukaan cuti di buka" Hendery menatap John yang kini tengah mendengar dengan seksama ceritanya.

"Hanya di malam itu saya bebas dari pengawasan, tapi tenang saja, Paman Julio mengetahui keberadaan ku"

"Tapi untuk apa anda kemari? " Hendery terdiam mendengar pertanyaan John, lelaki itu hanya bisa menelan ludah yang sedikit susah untuk di telan.

"Saya ada misi untuk mencari barang bukti tentang ibunda Selir, tolong jangan ceritakan ini kepada siapapun" kata Hendery membuat John seketika membola.

"Apa misi itu sudah selesai?" tanya John, pria itu menatap Hendery meminta kepastian. Sejujurnya, ia tidak ingin lelaki itu berada di daerah kawasan ini terlalu lama.

"Aku beruntung, dalam semalam semua bukti sudah ku kumpulkan"

"Ah iya, itu bagus, kapan anda akan pergi? " ucapan John memberi tanda tanya banyak kepada Hendery. Entahla, tapi Hendery tidak menyetujui perkataan itu.

"Bukannya saya mengusir anda, tapi jika anda berada disini terlalu lama, lalu pengawal kerajaan mengetahui keberadaan anda, nasib gadis itu bagaimana?" lanjut John.

"Itu urusan saya, anda bisa diajak bermain sebentar, kan? Saya juga ingin menguji sesuatu kepada Varose" kata Hendery di selingi senyuman di wajahnya. John hampir tidak bisa mengetahui arti senyuman itu, hanya saja, pertama kalinya ia melihat senyuman itu tertancap indah di wajah sang Pangeran. 

Flashback off

"Aku harap semua berjalan lancar, aku yakin Tuan John dapat di percaya"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status