RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 19. **"Sis, kamu kenapa? Kamu hamil?" tanya Raka. Siska terdiam sebentar. Hamil? Apa benar dia hamil. Enggak mungkin. "Enggak lah. Aku cuma gak enak badan dan pusing. Apalagi mendengar ocehan Ibu. Udahlah, Bu. Mending kalian pulang aja! Kalian di rumah ini cuma buat onar aja!" kata Siska mengelap kasar wajahnya setelah dia membasuhnya dengan air. "Heh, kamu ngusir Ibu. Yang harus pergi dari sini kamu!" Mereka mulai beradu pendapat satu sama lain. Siska kesal dan gak suka dengan kelakuan mertuanya yang mau ikut campur urusannya. Namanya masih muda dan wajar dia happy-happy. Mumpung belum punya anak. Bagi Siska dia ingin menikmati hidupnya dan gak mau di repotkan. "Udahlah daripada ribut-ribut mendingan Ibu pulang aja dulu tenangkan pikiran nanti biar aku yang bicara sama Siska. Dia memang kayak gini." Raka berusaha menjadi penengah di antara mereka dia pusing mendengarkan pertengkaran antara Ibunya dan Siska. Memang Siska tidak pernah akur dengan ibuny
Siska terdiam mendengarkan ucapan Raka. Tetapi untuk berhenti bergaul dengan teman-temannya Siska nggak bisa. Apalagi mengurus anak full time. Ini saja dia nggak tahu apakah dia benar-benar hamil atau tidak. Siska nggak suka diatur-atur oleh Raka kalau Raka sama sekali nggak punya uang yang banyak untuk mencukupi kehidupannya. Menjadi ibu rumah tangga yang menyusahkan diri sendiri itu bukan tipe Siska. "Kenapa mereka bisa sukses dan kita nggak, Mas? Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk merusak rumah tangga mereka. Bukankah itu lebih mudah daripada kamu harus nyuruh aku meninggal teman-teman ku dan aku berubah jadi istri penurut kayak wanita-wanita lainnya itu sulit. Apalagi ngurus anak. Aku nggak bisa. Kalau kamu mau aku hamil dan melahirkan maka sediakan pembantu rumah tangga seperti Adnan menyediakan Nara berbagai fasilitas baru aku mau melakukannya!""Astaga, Siska! Aku gak ngerti jalan pikiran kamu. Yang ada di pikiran kamu itu cuman uang dan uang. Kamu nggak berpikir bagaima
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 20. **Adnan tersenyum saat istrinya memberi dia sebuah kotak. Sepertinya ini adalah hadiah istimewa. Padahal dia belum berulang tahun dan ini tidak hari anniversary pernikahan mereka. Tapi istrinya memberikan kejutan untuknya. Adnan membuka kotak itu dengan penasaran yang luar biasa. Apa yang dihadiahkan istri untuknya. Berharap saja hal baik. Adnan yakin istrinya dengan senyuman yang begitu tulis di wajahnya nggak mungkin memberikan hal buruk kepadanya. Adnan tersenyum mengambil hadiah yang ada di kotak itu, sebuah testpack dengan garis 2. Dia tertawa bahagia serta terharu, tidak sangka hadiahnya begitu manis dan sangat indah. "Sayang, ini serius?" tanya Adnan. "Ya, Mas. Aku hamil," kata Nara. Adnan dengan sukacita langsung memeluk istrinya. Meluapkan semua kebahagiaannya kepada Nara saat itu. "Terima kasih, Sayang. Terima kasih sekali, kamu sudah melengkapi kehidupanku. Aku nggak tahu lagi bagaimana perasaanku sekarang. Yang penting aku sangat bahag
Sejujurnya Adnan nggak suka Raka itu sering datang. Tapi, mau bagaimana lagi. Ini adalah konsekuensi bagi Adnan, ketika menikahi Nara yang seorang janda dengan seorang anak, pasti mantan suami selalu mencampuri dan membayang-bayangi apalagi sekarang sudah tahu bagaimana Nara adalah berlian yang sesungguhnya. Mungkin saja Raka berharap bisa kembali memungut berlian yang pernah dia buang. "Aku sengaja datang kemari untuk bertemu Ervan dan juga Nara, ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan mereka," kata Raka santai. Sementara Adnan kesal melihat kesantaian dalam diri Raka. Saat ini dia sedang gusar. Untuk apa Raka mencari istrinya. Bahkan Adnan sudah menganggap Ervan sebagai anak kandungnya sendiri. Walaupun memang bukan anak kandungnya, dia sangat mencintai Ervan layaknya ayah kandung mencintai anak kandungnya, selama ini dia yang menafkahi Ervan dan Nara tanpa merasa keberatan melakukannya. "Kenapa kamu berani datang ke rumahku? Kalaupun kamu mau bertemu Ervan dan Nara, Buka
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 21. **PoV Author "Ada hal lain lagi yang penting mau ku sampaikan ke kamu," kata Raka. Nara mengernyitkan dahinya. Apa lagi yang mau Raka katakan. "Apa, Mas?" tanya Nara. Raka menatap manik mata Nara. Jantungnya berdegup tak karuan. Detakan ini sulit sekali disirnakan. Rasa ini bahkan lebih besar saat pertama kali mereka bertemu dan menikah. Rasa ini terlalu besar untuk Raka. Sayang, semuanya terlambat dan sia-sia. Penyesalan selalu datang terlambat. "Apakah ada hubungannya dengan Ervan. Soalnya dia mau sekolah?" tanya Nara. "Ada, Nar. Tapi, Ervan pergi sekolah aja dulu, Sayang. Ayah mau berbicara dengan Bunda masalah pribadi sekaligus masalah kita," kata Raka. "Masalah pribadi apa? Gak ada masalah pribadi lagi antara kalian. Nara istriku!" balas Adnan. Raka mendengkus mendengar ucapan Adnan. Dia mencibir tak suka. Sementara itu Ervan menyalami mereka semua. Raka juga di salaminya. Raka memeluk anaknya. Senang bisa memeluk lagi buah hatinya yang ter
"Bagaimanapun aku masih bisa bertemu keluargaku. Kamu gak ada hak melarang!" "Keluargamu? Hanya Ervan, Nara tidak ada hak. Dia istriku!" kata Adnan sengit. "Mas, udahlah, jangan bertengkar. Mas Raka sebaiknya pergi saja. Tolonglah ... Bukankah kamu udah ketemu Ervan. Gak enak tetangga dengar kita bertengkar!" ucap Nara bingung. "Nar, yang lebih dulu itu Adnan!" balas Raka membela diri. "Iya, aku tahu, tapi aku harus menjaga hati suamiku. Nanti atur lagi waktu kamu bertemu Ervan. Aku yakin bisa diatur waktunya!" kata Nara berharap Raka paham.Nara memegangi tubuh suaminya agar tidak tersulut emosi. Raka sedih melihat pemandangan yang menyesakkan dadanya. Dia kemarin melihat mereka berdua berpelukan di balkon. Kini, dia melihat sendiri Nara, sang mantan istri memeluk pria lain. Tak pernah Raka melihat Nara semesra ini dengan seorang pria. Rasanya sesak dadanya. Mungkin dia sudah gila berharap lagi bisa memiliki Nara. Tiba-tiba saja Nara pingsan. Dia gak bisa penopang tubuhnya. Lagi
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 22. **PoV Author. Siska heran melihat wajah Raka yang memar. Terlebih dia tahu Raka ke rumah Nara. Siska nggak terima, dia nggak diikutsertakan Raka ke sana. Kenapa Raka harus pergi sendiri? Apakah ada hal yang ditutup-tutupinya atau dia sengaja ke sana untuk melihat Nara?"Kamu harus minta ganti rugi wajah kamu yang memar itu, Mas!" kata Siska. "Udahlah, Sis. Aku nggak mau memperpanjang masalah ini. Lagi pula tadi Nara pingsan, aku dan Adnan bertengkar," kata Raka terduduk. Dia mengambil rokok. Tapi, sudah dua hari Raka tak merokok lagi. Semua dilakukannya untuk Nara yang meminta berhenti. Raka mengacak rambutnya gusar. Tak merokok lagi membuat dia sakit kepala beberapa hari ini. Tapi, untuk seseorang yang di cintai tak mengapalah. "Kamu kayak stress banget. Mas, kamu dengar aku. Kamu harus ngobatin luka kamu. Kalau masalah Nara pingsan ya itu bukan urusan kita. Yang penting kamu dapat ganti rugi!" "Apaan sih kamu Siska! Aku lagi pusing dan kamu sela
"Ya, dia mantan suami aku, asal Ibu tahu ya. Nara itu yang merebut suami ku. Dia rela merebut suami ku hanya untuk mendapatkan harta. Sakit hatiku, Bu. Belum lagi Mas Raka yang selalu menyalahkan ku. Dia berpaling demi Nara. Nara kayaknya gak puas, Bu Jagad. Dia mau memisahkan rumah tanggaku dengan Mas Raka. Supaya aku menderita. Gak tau apa motifnya. Huhuhu ..." dusta Siska memainkan peran.Dalam hati dia tertawa pasti gosip ini akan menyebar dan Nara akan dijadikan bulan-bulanan masyarakat untuk difitnah. "Ya ampun Siska kamu sabar ya. Selama ini kita nggak tahu kalau dia seperti itu. Nara itu mentor kita semua di desa. Belum selesai juga kegiatan desa yang mau dilakukan ternyata dia itu seorang pelakor. Nggak nyangka banget ya. Bagaimana reaksi bu RT dan Bu Kades kalau tahu dia seorang pelakor yang ngerebut suami kamu!" "Iya, Bu. Mohon doanya supaya saya bisa sabar. Makanya saya bertengkar dengan Mas Raka ya gara-gara Nara. Sebenarnya saya udah nggak sanggup lagi. Kadang Mas Raka