RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 33.**Terjadi perdebatan diantara mereka. Kenapa tiba-tiba Siska bisa hamil? Padahal Raka selalu menggunakan alat kontrasepsi dan itu sama sekali nggak masuk akal. Raka nggak bisa menerima. Ibu dan Mira hanya menonton saja perdebatan mereka. Mau nyambung gak ranahnya. Jadi untuk sementara ketika berada di tempat umum seperti berada di bidan dan Siska sedang di periksa lebih baik mereka diam mendengarkan apa yang dikatakan Bidan. "Baik, Pak. Bapak mengatakan kalau selalu menggunakan alat kontrasepsi dan Bu Siska mengatakan ada beberapa kali tidak menggunakan alat kontrasepsi. Baiklah saya akan menjelaskan secara umum saja ya."Raka, Siska serta ibu dan Mira mendengarkan ucapan bidan. "Begini. Kesalahan pakai kondom yang menyebabkan Bu Siska hamil ini bisa terjadi karena gesekan meningkat sehingga kondom jadi semakin rapuh dan rentan robek. Jika kondom robek, alat kontrasepsi ini tidak akan bekerja dengan efektif. Itulah mengapa, pakai kondom robek menjadi
"Sayang, Bagaimana keadaan Ervan? Apakah dia sudah jauh lebih baik?" tanya Adnan ke Nara. Adnan baru saja pulang dari kantor dan banyak sekali hal yang diurusnya sesuai dengan perintah dan arahan Nara. Adnan melakukan apa yang diinginkan istrinya. "Alhamdulillah keadaannya sudah jauh lebih baik, Mas. Tetapi dia mungkin masih trauma kayaknya setelah ini aku harus mengajaknya ke psikolog juga untuk menghilangkan trauma dalam dirinya kalau memang bertambah parah."Adnan mengelus lengan istrinya. Ervan sengaja dirawat di rumah karena demam dan lemas. Ervan menggunakan infus dan Bidan desa datang untuk memantau keadaan Ervan yang sakit. "Iya apa yang terbaik aja buat Ervan dan kamu tadi ke rumah Raka, 'kan?" tanya Adnan. "Dari mana kamu tahu Mas aku ke sana?" "Aku tadi tanya sama Bik Narti, apakah kamu keluar dan Bik Narti mengatakan kamu memang keluar sebentar. Aku curiga kamu pasti ke rumah Raka dan ngelabrak Siska. Sayang itu terlalu berbahaya. Bukankah kita sudah berencana melakuk
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 34. **Mata mereka semua melebar. Siapa yang datang ke rumah kontrakan Raka? Sementara itu Siska yang dicari masih tertidur. "Pak Polisi?" tanya Raka. "Ya, Kami sengaja kemari untuk mencari Ibu Siska karena ada laporan dari Ibu Nara tentang anaknya yang di sakiti Siska Wahyuni. Apakah di sini tempat tinggal Bu Siska?" tanya Polisi itu. Ibu dan Mira menelan salivanya sepertinya Nara tidak main-main terhadap ancamannya. Dia benar-benar melaporkan Siska ke Polisi. Nara yang lembut dan selalu bersikap tenang ternyata bisa menghanyutkan. Bahkan dia membuktikan apa yang dikatakannya. Begitu pula pikiran Raka yang tidak menyangka mantan istrinya bisa berbuat seperti ini melaporkan hanya kejadian kecil yang menimpa Ervan. Walau Raka juga kesal kepada Siska karena sudah menyakiti Putra kandungnya. Tetapi dia juga kasihan sebab Siska hamil. Meskipun dia merasa ragu, apakah itu benar-benar anak dia atau tidak. Tetap aja Siska itu sedang hamil dan tidak layak diperla
Siska menelan salivanya karena dia melihat ada senjata. Mungkin Polisi ini nggak main-main. Dia nggak menyangka kalau Nara bisa sekejam ini. Lihat saja Nara. Dia bisa lebih kejam dari ini kalau Nara melakukan ini kepadanya. Siska benar-benar kesal kepada perbuatan Nara yang hanya melakukan perbuatan kecil mencubit anaknya dengan sangat kuat bisa berimbas kemarahan Nara demikian besar kepadanya. Nara pikir dia siapa? Dia juga bisa berbuat lebih jahat daripada ini. Lihat saja Nara Siska tidak akan tinggal diam dengan semua yang sudah dilakukannya mempermalukan dirinya dengan cara membawanya ke Kantor Polisi ini sudah benar-benar keterlaluan. Akhirnya terpaksa Siska mengikuti Polisi tersebut membawanya ke kantor sedangkan ibu dan Mira tidak jadi pulang karena melihat kasus ini menjadi besar dan rumah tangga Raka berantakan apalagi Siska hamil Raka juga kepikiran masalah itu. Raka ikut ke Kantor Polisi bersama Siska untuk menemani Siska. Bagaimanapun Siska masih istrinya dan sekarang S
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 35. **PoV Nara. Aku sudah memikirkan konsekuensi ini dari jauh-jauh hari. Aku memang sengaja melaporkan Siska ke Polisi karena dia sudah sangat menyakiti anakku. Begitu terkejutnya aku melihat luka memar kebiruan di perut Ervan yang pasti dicubit dengan sangat kuat oleh Siska. Setega itu dia menyakiti anakku. Apakah karena dia nggak punya anak jadi dia bisa seenaknya melakukan ini kepada anak orang lain. Aku nggak peduli dengan Siska dan keluarganya, Mas Raka atau siapapun yang menghalang-halangiku untuk melaporkannya. Walaupun dia sendiri bakal nggak terima tetapi tetap kulakukan agar dia mendapat efek jera atas apa yang sudah dilakukannya kepada putraku.Ternyata Mas Adnan juga mendukung Apa yang kulakukan karena dia juga kesal ke Siska. Beberapa kali aku juga nggak suka ke Siska yang seakan-akan mencoba mendekati suamiku. Mengatakan suamiku sebagai suaminya. Itu membuatku nggak terima. Dia juga sebelumnya sudah pernah merebut suamiku dan aku mengikhlas
"Bukan salah kamu kok, Mas. Lagi pula aku semangat menghadapi masalah ini apalagi melihat Siska terpuruk seperti ini. Dia udah bener-bener melakukan kesalahan dengan memfitnah ku sehingga membuat aku jadi jatuh sakit berimbas karena pikiran yang besar ditambah lagi anakku tapi melihat keadaannya aku berbalik semangat menghadapi masalah ini." Mas Adnan memegang kepalaku lembut. Kamipun akhirnya sampai di kantor Polisi. Begitu sampai. Dibantu oleh polisi yang lain kami diantarkan ke salah satu ruangan di mana sudah ada Mas Raka, Siska dan juga dua atau tiga orang polisi di sana. Satu polisi lebih sering mondar-mandir keluar masuk. Mungkin mengambil sesuatu atau melakukan perintah sebelum akhirnya dia datang lagi. Kami pun berkumpul dalam suatu meja yang mungkin akan dibicarakan masalah ini secara baik-baik. Aku duduk santai bersama Mas Adnan. Aku memegang tangan suamiku dan aku melihat pancaran wajah Siska yang tidak menyukai itu. Aku sama sekali nggak peduli karena sekarang dia suam
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 36. **PoV NaraAku melihat mereka semua mendengarkan apa yang ku katakan. Sepertinya mereka menunggu ucapanku yang memberikan syarat ke Siska agar dia bisa dibebaskan dari tuntutan hukuman. "Syarat dariku, Saya ingin Siska menyesali segala perbuatannya dengan tindakan. Dia harus meminta maaf ke anak saya secara langsung dan mengakui kesalahannya serta tidak akan berbuat seperti itu lagi. Saya juga ingin Siska membuat pernyataan tertulis kalau dia tidak akan mengganggu keluarga saya. Kemudian saya ingin dia di balai desa mengungkapkan kesalahan dia yang sudah menyebarkan gosip ke saya dan keluarga saya. Itu syarat dari saya." Aku mengatakan apa yang harus dilakukan Siska. Wanita itu tampak tidak setuju dengan ucapanku. Dia memandangku sengit. "Kamu udah gila ya, Nara. Kamu minta aku di balai desa mengaku salah dan minta maaf? Emangnya aku ngapain kamu? Kamu nggak usah ngarang yang ku lakukan. Cuma kesalahan ke anak kamu yang sangat kecil. Aku nggak melaku
Siska menghela napas panjang. Aku tahu dia sedang berpikir, dia tidak bisa menolak lagi. "Baik, Pak. Saya terpaksa setuju asalkan saya tidak dipenjara dan kasus ini berakhir damai."Aku tersenyum penuh kemenangan Siska mau mengakui kesalahannya. Aku sudah cukup lega karena dia akan mengatakan di depan semua orang kalau tuduhannya terhadapku dan keluargaku itu tidak benar. Aku dan Mas Adnan tidak akan dituduh Siska sebagai pasangan selingkuh dan juga anakku tidak akan trauma lagi terhadap perbuatan Siska. "Alhamdulillah kalau seperti itu. Jadi kami akan membuatkan surat agar kalian damai dan masalahnya tidak diproses ke jalur hukum. Terima kasih atas perhatiannya dan kerja sama damai. Bapak dan Ibu sudah mau menyelesaikan masalah ini dengan baik."Akhirnya Polisi membuatkan surat ke kami untuk kami tanda tangani. Masing-masing aku dan Mas Adnan menandatangani. Begitu pula Siska dan Mas Raka. Polisi juga ikut menandatangani surat itu sebagai saksi. Akhirnya didapatkan jalur damai deng