RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 34. **Mata mereka semua melebar. Siapa yang datang ke rumah kontrakan Raka? Sementara itu Siska yang dicari masih tertidur. "Pak Polisi?" tanya Raka. "Ya, Kami sengaja kemari untuk mencari Ibu Siska karena ada laporan dari Ibu Nara tentang anaknya yang di sakiti Siska Wahyuni. Apakah di sini tempat tinggal Bu Siska?" tanya Polisi itu. Ibu dan Mira menelan salivanya sepertinya Nara tidak main-main terhadap ancamannya. Dia benar-benar melaporkan Siska ke Polisi. Nara yang lembut dan selalu bersikap tenang ternyata bisa menghanyutkan. Bahkan dia membuktikan apa yang dikatakannya. Begitu pula pikiran Raka yang tidak menyangka mantan istrinya bisa berbuat seperti ini melaporkan hanya kejadian kecil yang menimpa Ervan. Walau Raka juga kesal kepada Siska karena sudah menyakiti Putra kandungnya. Tetapi dia juga kasihan sebab Siska hamil. Meskipun dia merasa ragu, apakah itu benar-benar anak dia atau tidak. Tetap aja Siska itu sedang hamil dan tidak layak diperla
Siska menelan salivanya karena dia melihat ada senjata. Mungkin Polisi ini nggak main-main. Dia nggak menyangka kalau Nara bisa sekejam ini. Lihat saja Nara. Dia bisa lebih kejam dari ini kalau Nara melakukan ini kepadanya. Siska benar-benar kesal kepada perbuatan Nara yang hanya melakukan perbuatan kecil mencubit anaknya dengan sangat kuat bisa berimbas kemarahan Nara demikian besar kepadanya. Nara pikir dia siapa? Dia juga bisa berbuat lebih jahat daripada ini. Lihat saja Nara Siska tidak akan tinggal diam dengan semua yang sudah dilakukannya mempermalukan dirinya dengan cara membawanya ke Kantor Polisi ini sudah benar-benar keterlaluan. Akhirnya terpaksa Siska mengikuti Polisi tersebut membawanya ke kantor sedangkan ibu dan Mira tidak jadi pulang karena melihat kasus ini menjadi besar dan rumah tangga Raka berantakan apalagi Siska hamil Raka juga kepikiran masalah itu. Raka ikut ke Kantor Polisi bersama Siska untuk menemani Siska. Bagaimanapun Siska masih istrinya dan sekarang S
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 35. **PoV Nara. Aku sudah memikirkan konsekuensi ini dari jauh-jauh hari. Aku memang sengaja melaporkan Siska ke Polisi karena dia sudah sangat menyakiti anakku. Begitu terkejutnya aku melihat luka memar kebiruan di perut Ervan yang pasti dicubit dengan sangat kuat oleh Siska. Setega itu dia menyakiti anakku. Apakah karena dia nggak punya anak jadi dia bisa seenaknya melakukan ini kepada anak orang lain. Aku nggak peduli dengan Siska dan keluarganya, Mas Raka atau siapapun yang menghalang-halangiku untuk melaporkannya. Walaupun dia sendiri bakal nggak terima tetapi tetap kulakukan agar dia mendapat efek jera atas apa yang sudah dilakukannya kepada putraku.Ternyata Mas Adnan juga mendukung Apa yang kulakukan karena dia juga kesal ke Siska. Beberapa kali aku juga nggak suka ke Siska yang seakan-akan mencoba mendekati suamiku. Mengatakan suamiku sebagai suaminya. Itu membuatku nggak terima. Dia juga sebelumnya sudah pernah merebut suamiku dan aku mengikhlas
"Bukan salah kamu kok, Mas. Lagi pula aku semangat menghadapi masalah ini apalagi melihat Siska terpuruk seperti ini. Dia udah bener-bener melakukan kesalahan dengan memfitnah ku sehingga membuat aku jadi jatuh sakit berimbas karena pikiran yang besar ditambah lagi anakku tapi melihat keadaannya aku berbalik semangat menghadapi masalah ini." Mas Adnan memegang kepalaku lembut. Kamipun akhirnya sampai di kantor Polisi. Begitu sampai. Dibantu oleh polisi yang lain kami diantarkan ke salah satu ruangan di mana sudah ada Mas Raka, Siska dan juga dua atau tiga orang polisi di sana. Satu polisi lebih sering mondar-mandir keluar masuk. Mungkin mengambil sesuatu atau melakukan perintah sebelum akhirnya dia datang lagi. Kami pun berkumpul dalam suatu meja yang mungkin akan dibicarakan masalah ini secara baik-baik. Aku duduk santai bersama Mas Adnan. Aku memegang tangan suamiku dan aku melihat pancaran wajah Siska yang tidak menyukai itu. Aku sama sekali nggak peduli karena sekarang dia suam
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 36. **PoV NaraAku melihat mereka semua mendengarkan apa yang ku katakan. Sepertinya mereka menunggu ucapanku yang memberikan syarat ke Siska agar dia bisa dibebaskan dari tuntutan hukuman. "Syarat dariku, Saya ingin Siska menyesali segala perbuatannya dengan tindakan. Dia harus meminta maaf ke anak saya secara langsung dan mengakui kesalahannya serta tidak akan berbuat seperti itu lagi. Saya juga ingin Siska membuat pernyataan tertulis kalau dia tidak akan mengganggu keluarga saya. Kemudian saya ingin dia di balai desa mengungkapkan kesalahan dia yang sudah menyebarkan gosip ke saya dan keluarga saya. Itu syarat dari saya." Aku mengatakan apa yang harus dilakukan Siska. Wanita itu tampak tidak setuju dengan ucapanku. Dia memandangku sengit. "Kamu udah gila ya, Nara. Kamu minta aku di balai desa mengaku salah dan minta maaf? Emangnya aku ngapain kamu? Kamu nggak usah ngarang yang ku lakukan. Cuma kesalahan ke anak kamu yang sangat kecil. Aku nggak melaku
Siska menghela napas panjang. Aku tahu dia sedang berpikir, dia tidak bisa menolak lagi. "Baik, Pak. Saya terpaksa setuju asalkan saya tidak dipenjara dan kasus ini berakhir damai."Aku tersenyum penuh kemenangan Siska mau mengakui kesalahannya. Aku sudah cukup lega karena dia akan mengatakan di depan semua orang kalau tuduhannya terhadapku dan keluargaku itu tidak benar. Aku dan Mas Adnan tidak akan dituduh Siska sebagai pasangan selingkuh dan juga anakku tidak akan trauma lagi terhadap perbuatan Siska. "Alhamdulillah kalau seperti itu. Jadi kami akan membuatkan surat agar kalian damai dan masalahnya tidak diproses ke jalur hukum. Terima kasih atas perhatiannya dan kerja sama damai. Bapak dan Ibu sudah mau menyelesaikan masalah ini dengan baik."Akhirnya Polisi membuatkan surat ke kami untuk kami tanda tangani. Masing-masing aku dan Mas Adnan menandatangani. Begitu pula Siska dan Mas Raka. Polisi juga ikut menandatangani surat itu sebagai saksi. Akhirnya didapatkan jalur damai deng
RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 37. **PoV NaraAku sudah tahu kalau Siska akan datang ke rumah kami. Mas Adnan mempersilahkan Siska masuk. Dia bersama Mas Raka masuk dan duduk di depanku. Kami duduk di ruang tamu bersama. Beberapa saat kami larut dalam pikiran masing-masing. Kuperhatikan Siska yang melirikku kesal. Aku tahu sebenarnya dia nggak benar-benar menyesal atas apa yang dilakukannya. Lebih tepatnya dia kesal kepadaku atas apa yang ku lakukan padanya. Mas Raka menyikut Siska agar Siska mau buka suara karena ini permasalahan yang Siska buat. "Begini, Nara. Kalian tahu sebenarnya kedatangan kami kemari untuk apa. Saya datang kemari untuk meminta maaf ke kamu sekeluarga terutama anak kamu Ervan atas kesalahan yang saya lakukan," kata Siska datar. Mas Raka berusaha menyikut Siska lagi lebih keras. Siska menggerakkan tubuhnya tidak senang dengan perbuatan Mas Raka yang seakan-akan mengatur-atur dirinya. Mas Raka berusaha menyuruh Siska untuk sedikit lembut dan tidak datar serta ketu
Aku ambil susu itu darinya lalu ku minum setengah kemudian meletakkannya lagi di nakas. "Habisin susunya, Sayang. Jaga kesehatan kamu. Kamu terlalu lelah untuk memikirkan masalah ini." "Justru aku bersemangat, Mas. Aku semangat karena Siska mau mengakui kesalahannya datang ke rumah kita dan meminta maaf secara langsung ke Ervan. Belum lagi aku akan menyaksikan dia minta maaf secara langsung ke warga desa yang udah membuat tuduhan keji kepadaku."Suamiku mengambil susu di nakas kemudian menyerahkan padaku agar aku meminum sisanya. Aku kemudian meminum susu itu sampai habis setelah itu kuletakkan kembali di nakas. Mas Adnan mengelus rambutku perlahan. "Ya udah yang penting kamu bahagia aja. Kamu happy atas semua yang udah terjadi ini. Walaupun Ervan harus ke psikolog segala yang penting dia udah sehat dan sembuh. Siska juga udah menerima perbuatannya yang kurang baik terhadap kamu.""Menurut pendapat kamu gimana sih, Mas? Apa aku yang terlalu berlebihan? Aku cuma mau memberi pelajara