Share

Bab 6.

RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 6. 

 

 

 

 

**

 

PoV Siska. 

 

 

Aku pergi saja ke acara desa. Aku diundang Bu Kades untuk menghadiri pertemuan dengan mentor kami. Yang kutahu kalau ikut undangan bisa jadi diundang juga ke rumahnya. Mentor kami itu juga tetangga baruku. Aku juga belum tahu tetangga kami itu siapa karena belum kenal dekat. 

 

Melihat dari rumah mewahnya yang berkelas dan minimalis. Aku ingin juga memiliki rumah seperti itu. Namun, sayang suamiku tidak bisa mengabulkan permintaanku. Dulu kami memang mempunyai rumah. Tetapi rumahnya sederhana sekali tidak sebagus rumah tetangga kami yang sekarang. 

 

Mengingat masa lalu, aku merasa entah kenapa terlalu bodoh. Tapi ya sudahlah ini sudah terjadi. Dulu mantan suamiku penurut sekali tapi dia miskin. Karena sebuah reuni sekolah aku akhirnya bertemu Mas Raka dan kami bernostalgia kembali dengan masa lalu.

 

Aku dan Mas Raka dulu pernah pacaran saat SMA. Memori itu kembali hadir saat kami berjumpa. Dia bekerja di Perusahaan yang bergengsi. Aku tergiur dan merasa bahagia kembali merajut lagi kemesraan bersamanya. Hingga akhirnya kami menikah dan meninggalkan pasangan kami masing-masing. 

 

Aku belum memiliki anak dari suamiku yang dulu. Sedangkan Mas Raka sudah punya anak. Tapi, aku tak rela Mas Raka membagi uangnya dengan anaknya karena nafkah anaknya terlalu banyak. Dengan berbagai cara aku pisahkan mereka.

 

Hingga aku yang mendapat nafkah utuh dari Mas Raka. Namun, kenapa Mas Raka malah di pecat. Kami bangkrut dan sekarang aku sengsara menikah dengannya. Dia tak lagi seperti dulu yang selalu bisa memenuhi gaya hedonis ku. Dia sekarang miskin dan aku kesal, dia tak juga bisa seperti dulu menjadi karyawan di perusahaan bergengsi dengan gaji tinggi. Sekarang pekerjaan Mas Raka malah tukang air keliling yang membawanya pakai becak. Malu-maluin aja!

 

Kembali lagi ke tetangga kami. Aku tiba-tiba teringat sesuatu yang membuat ku mau datang ke acara Desa itu. Yaitu kalau aku mengenal tetangga kami dan aku mendapatkan undangan ke rumahnya. Aku bisa sok kenal sok dekat kepadanya. Mungkin aku bisa banyak mendapatkan keuntungan dari tetangga itu. 

 

Mengajaknya hangout bareng, makan-makan bareng atau menjadi motivator untuknya juga nggak apa-apa. Yang penting aku pasti mendapatkan kucuran cuan juga dari dia kalau dia menjadi temanku. Itu sih yang ku pikirkan. Kalau soal pertemanan aku milih-milih yang kaya dan bisa mendapatkan keuntungan darinya.

 

Mengharapkan suamiku juga tidak mungkin. Mas Raka selalu saja menyuruhku untuk bekerja tapi aku juga nggak tahu mau bekerja apa. Dia suruh aku jualan di samping rukonya. Di mana dia memproduksi air isi ulang dan aku jual gorengan untuk tambahan. Padahal ogah. Malu dong jualan gorengan. Mau di taruh di mana wajahku kalau teman-teman sosialita tahu aku jualan. 

 

Sekarang aku udah ada di balai desa dan kami sedang menunggu kedatangan mentor. Biasalah kalau orang penting memang datang terlambat dan kami semua sudah berkumpul. Penasaran dengan wajah tetangga baru yang jarang kelihatan itu. Yang ku dengar dia berteman dekat dengan Bu Kades. Kayaknya aku perlu masuk geng mereka. Geng orang-orang penting. Siapa tahu aku dapat keuntungan dari sana seperti halnya mentor kami yang diam-diam jadi teman Bu Kades. Dia mendapatkan undangan jadi mentor. Tentu gak gratis dan di bayar sama Desa. 

 

Saat Bu Kades memperkenalkan mentor kami. Jantungku berdegup kencang. Gak mungkin kan dia mantan istri suamiku. Nara, hanya nama itu yang kutahu sebagai nama mantan istri suamiku. Bu kades menyebutkan nama panjangnya. Wanita yang manjadi mentor kami itu mirip perempuan Korea dengan kulit putih bersinar. Sedangkan mantan istri suamiku dulu biasa aja. Tapi wajah mereka mirip. Hanya mentor kami lebih cerah sedikit dari yang dulu. 

 

Dia berbicara panjang lebar tentang usahanya tetapi aku tak mendengarkan. Lebih penasaran siapa dia. Aku ingin pertemuan ini segera selesai agar aku bisa bertanya kepadanya. Apakah dia benar-benar mantan istri suamiku? Kenapa dia ada di sini dan apakah dia tetangga kami? 

 

Akhirnya acara itu pun selesai. Dengan hati yang benar-benar bergemuruh. Aku tidak konsentrasi mendengarkan ucapan dia. Perkataannya tentang usahanya juga tidak terlalu kudengarkan. Aku lebih larut dalam pikiranku Kenapa sang mantan bisa sehebat ini. Kalau dia benar mantan istri suamiku yang dulunya j e l e k bisa berubah secantik ini tuh rasanya mustahil. 

 

"Mbak Nara," kataku mendekat setelah acara pertemuan itu selesai. 

 

"Iya," sahutnya tersenyum. 

 

Senyumnya hilang seketika saat dia menatapku. Matanya melebar melihatku. Namun, sejurus kemudian dia bersikap biasa saja. 

 

"Ada apa, Mbak?" tanyanya seakan mengejekku. Benar-benar mengesalkan. 

 

Bersambung

 

 

 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Widya Puspita S
...hahahhaahahahahahah
goodnovel comment avatar
Iwan DL
mbuat penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status