Share

Bab 5.

RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 5. 

POV Raka

**

"Nara, apa hubungan kamu dengan Adnan?" tanyaku begitu saja saat dia membuka gerbang nya. 

"Bukan urusan kamu, Mas Raka. Lagian kamu ngapain di depan rumah orang. Kamu tahu gak kalau kamu menggangu!" katanya marah. 

"Aku cuma mau tahu aja karena kita tetangga dan kamu mantan istriku. Ingat, Nar, kita punya anak. Apalagi dia dekat sama Adnan dan itu gak baik," kataku lembut padanya. 

"Gak baik? Kamu tahu apa? Selama dua tahun cerai sama aku. Kamu yang gak baik! Kamu cuma mau buang-buang waktu aja!" katanya. 

Dia masuk ke dalam rumah dan beranjak pergi dengan sepeda motor. Tanpa menghiraukan ku dia pergi begitu saja. Aku tersentak, Nara bisa naik sepeda motor? Setahu ku dia gak bisa karena dulu memang ku batasi. 

Dulu aku takut motorku rusak jadi dia tak ku izinkan belajar naik motor. Dulu aku punya dua kendaraan satu mobil dan satu lagi motor. Qadarullah, bercerai dari Nara aku bangkrut yang tersisa hanya motor. 

Aku bergegas pulang ke rumah karena Nara sudah mengunci gerbangnya dan pergi. Karena penasaran mau kemana, akupun mengikuti dia dengan motorku dan ku kunci pintu rumah. 

Hingga sampailah dia di balai desa. Aku terhenyak. Rumah kami tak jauh dari balai desa, sekitar lima sampai sepuluh menit naik kendaraan sampai. Nara turun dari motornya dan masuk ke sana. Tentu saja aku penasaran. Dia mau apa di sana. Akupun mengikuti. Nara sudah di sambut Bu RT. Sementara aku di sambut staff yang bekerja di Desa. Aku pun hanya iseng bertanya tentang surat pindah biar tidak mencolok kalau aku mengikuti Nara ke sini. 

Staff itupun menjelaskan tentang membuat surat pindah dan aku hanya mendengarkan alakadarnya karena fokusku sebenarnya ke Nara. 

"Terima kasih, Pak," sahutku. 

"Sama-sama." 

"Maaf, sebelumnya mau bertanya sebentar tentang kegiatan yang dilakukan ibu-ibu PKK di balai desa ini. Kayaknya ibu-ibu PKK di sini ramai termasuk ada istri saya juga. Sebenarnya ada kegiatan apa ya, Pak? Tadi di rumah, istri saya juga sudah menjelaskan tapi penjelasannya kurang detail. Bisa nggak Bapak menjelaskan supaya saya lebih paham lagi tentang kegiatan desa yang dilakukan ibu-ibu PKK di sini," kataku bingung. Aku merasa tak cocok jadi detektif. Bicaraku panjang lebar gak jelas hanya supaya aku gak ketahuan men-stalker Nara. 

"Oh, itu Bu Kades mengundang tetangga baru yang buat rumah besar itu buat sharing usahanya. Katanya dia teman Bu Kades jadi memenuhi undangan. Sekalian mau bagi-bagikan undangan juga acara silaturahmi di rumahnya."

"Memangnya rumah itu rumah siapa?" tanyaku penasaran. 

"Itu yang tadi datang ke sini. Coba Bapak lihat kayaknya lagi kenalan sama Ibu-Ibu di sini." 

Aku benar-benar merasa sangat aneh. Yang datang ke sini Nara? 

"Nara, Pak?" 

"Iya, bukannya dia tetangga Bapak. Saya juga namanya gak tau. Coba lihat saja mereka pertemuan di dalam. 

"Oh, baik, Pak." 

Aku menurut dan melihat siapa yang di maksud dengan tetangga kami. Yang aku tahu kalau tetangga kami Adnan dan Nara hanya pembantunya. Tapi, apa mungkin, ah, entahlah. Aku gak berani berspekulasi. 

"Assalamualaikum, dan selamat pagi buat Ibu-Ibu yang berkenan hadir di acara PKK kita. Saya berencana membuat program usaha kecil-kecilan untuk para warga di sini agar mudah memperoleh penghasilan tambahan. Tapi sebelum kita membuat itu kita pastikan dulu apakah kita mendapatkan pelatihan yang tepat.

Untuk itu saya mengundang teman saya yang berbaik hati mau memberi usulan dan memberi masukan kepada kita semua bagaimana cara memulai usaha program kecil menengah dan membantu ibu-ibu sekalian mendapatkan penghasilan tambahan untuk membantu para suami dan menciptakan lowongan kerja bagi ibu-ibu yang memang tugasnya di rumah dan sebagai ibu rumah tangga. Siapa tahu berguna dan benar-benar mendapatkan penghasilan serta membantu perekonomian keluarga." 

Ibu Kades panjang lebar berbicara. Aku hanya mendengarkan saja dulu sembari mengintip. Aku berusaha agar Siska gak tau aku di sini. 

"Untuk itu biar cepat saja ya Ibu-Ibu karena saya juga gak bisa ngomong pembukaan yang bagus. Saya perkenalkan teman saya, sekaligus yang akan menjadi mentor kita Ibu Inara Anggraini." 

Aku terkaget. Benar ternyata dia mentor untuk Ibu-Ibu PKK. Artinya gak mungkin dia pembantu Adnan. Jadi apa hubungan mereka? Apakah Nara istri Andan dan selama ini mereka menutupi hubungan mereka di belakangku? Bukan aku saja yang bermain api dengan Siska tapi, Nara juga selingkuh dengan Adnan? 

Bersambung. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sitihasanah Titi
Si Raka salah tapi g mau disalahin.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status