Share

Bab 22

Tak terasa, sudah seratus hari Eyang meninggal. Anehnya, aku tak lagi mengalami gangguan apapun. Semua tampak normal dan biasa saja. Kehamilanku juga semakin besar, dan sudah mulai memasuki usia sembilan bulan. Tak lama lagi, akan ada tangis bayi di rumah ini.

Semakin hari, aku semakin betah di rumah Eyang. Orang-orang yang ramah, lingkungan yang masih segar dan asri bikin aku merasa sangat menyukai tempat ini.

Beberapa lukisan kembali kupajang. Agar rumah tampak lebih berwarna. Sebenarnya Zain melarangku, memajang lukisan itu, karena terlalu sempurna dan sangat mirip dengan aslinya. Menurut Zain, setan sangat suka bersemayam di balik lukisan yang sempurna seperti itu. Lain halnya kalau lukisan itu berbentuk karikatur, atau hanya sebagian. Namun, aku terlanjur suka. Sayang, lukisan bagus hanya disimpan di gudang.

Aku mendengar suara motor masuk ke halaman rumah. Aku segera keluar, ingin melihat siapa yang datang.

"Ayah!" Aku sangat senang, Ayah yang datang.

Aku langsung menghampi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status