Defeat the Night

Defeat the Night

Oleh:  Kucing Gembul  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
9Bab
1.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Daniel seharusnya mulai mengerti sejak kematian misterius seorang siswa dia harus mulai mewaspadai lingkungan sekolah barunya itu. Tapi apa dayanya penyesalan selalu datang belakangan, dia sudah bergabung bersama segerombolan anak populer sekolah dan itu artinya hidupnya takkan pernah bisa setenang dan seaman dulu. Lalu, kemungkinan besar dia akan jadi korban selanjutnya, karena dia tahu apa yang sebenarnya terjadi...

Lihat lebih banyak
Defeat the Night Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
9 Bab
1. Sebuah Awal
Tidak seperti hari biasanya dimana Hutan Redwood yang sepi menjadi hutan yang ramai dengan beberapa orang dan polisi yang berjaga di sekitarnya.Aroma anyir semerbak di udara. Seorang anggota kepolisian setempat berjalan hendak memasuki sebuah garis polisi yang melingkar di antara pepohonan. Namun, belum sempat dia menjejakan kaki, sebuah tangan menghentikannya."Apa yang mau Anda lakukan?" Kayden menatap tajam polisi itu.Dengan kasar polisi bertubuh tambun itu menepis tangan yang menghalanginya itu."Hei! Kau tak tau siapa aku, ya!?" Memang dapat dilihat dengan jelas melalui emblem yang dia kenakan. Polisi itu mempunyai kedudukan yang tinggi.Namun, tampaknya Kayden sama sekali tak peduli. Dia bersama timnya meninggalkan pria paruh baya itu membentak-membentak kasar di belakangnya, sementara dia mulai mengamati TKP."Pak... sabar... dia dari tim forensik nasional." Seseorang  berbisik di telinga pria tua itu dan membuatnya menelan lud
Baca selengkapnya
2. Mereka
Beberapa anak SMA St. Louisa  tampak berdiri dari balkon asrama sekolah menatap sebuah pemandangan yang terjadi di hadapan mereka. Seorang anak lelaki dengan tubuh kurus dan baju yang telah kotor karena minuman itu masih tampak berusaha berdiri tegap dengan wajah menantang pada lelaki yang berbadan lebih besar darinya. Walaupun wajahnya telah babak belur dan lecet serta tulang rusuknya yang terasa sangat sakit lelaki yang tak lain adalah Daniel itu menatap tajam  James yang sudah tampak tak tertarik dengannya."Heh idiot! Sebaiknya kau tak usah ikut campur dengan urusanku." Jamie kembali mendekat pada Daniel dengan seringainya yang jahat.Sebagai seorang pendatang baru, Daniel telah berani untuk melawan ketidakadilan di sekolah asrama St. Louisa, dan itu membuat orang-orang tercengang. Akan tetapi hal itu sama sekali tidak bagus untu seorang James Robert, dia adalah kapten tim football sekaligus lelaki paling berkuasa di kalangan murid-murid sekolah.S
Baca selengkapnya
3. Kota Mistyfalls
Vampire.Apakah mahkluk mitologi itu benar-benar ada?Terdengar sangat konyol mungkin bagi sebagian orang-orang milenial abad ini yang otaknya telah sepenuhnya tercuci oleh teknologi-teknologi bodoh itu, dan bukankah bahkan mereka kini mempertanyakan keberadaan Tuhan? Bagaimana mereka akan mempercayai makhluk mitos itu?Akan tetapi tidak dengan Kayden. Dia percaya akan semua itu.Dan kalimat yang menjadi bahan lelucon dokter Gary dan Carter kembali tergiang di kepalanya."Meow..." Seekor kucing hitam entah dari mana muncul dan menjatuhkan beberapa buku yang tersimpan di dalam rak.Kucing hitam. Pembawa sial.Laki-laki itu menatap buku-buku kuno berdebu yang baru saja dijatuhkannya.Itu adalah peninggalan dari nenek buyutnya tiga belas tahun lalu."Simpan. Kau akan membutuhkannya jika waktunya telah tiba." Masih teringat jelas kalimat perpisahan yang diucapkan neneknya itu kala dia dan kedua orangtua angkatnya memutuskan
Baca selengkapnya
4. Di Kamar Asrama
Daniel berbaring dengan tak nyaman di kamar asramanya. Kini sudah pukul sebelas malam dan dia belum bisa tidur juga.Di antara keremangan ruangan, dia melirik sebuah ranjang kosong di sebelahnya. Itu ranjang milik George Water. Tiba-tiba dia merasa merinding. Lalu suhu ruangan itu seperti mendukung semua presepsinya karena udara sejuk menyerubunginya.Huh! Dalam hati dia mengutuk ketua OSIS sekaligus penjanga asrama putra si Hansel Brooklyn, salah satu tukang pukul dan preman sekolah yang mungkin dengan sengaja telah menjebaknya untuk tinggal di asrama berhantu ini.Daniel membuka ponselnya, ini adalah kali pertamanya membuka ponsel setelah kepindahannya ke sekolah ini. Tak ada pesan atau panggilan yang sepesial. Daniel mulai membaca beberapa pesan di chat nya. Ternyata dia sudah dimasukkan di grup sekolahnya. Sedikit mengejutkan.Dan... Tunggu!Apa ini?Daniel mengernyitkan alisnya begitu dia tahu sebuah pesan masuk dari grup lain.H
Baca selengkapnya
5. Salah Satu Rahasia Mereka
Hari ini matahari terlihat lebih terik dari biasanya.Vincent Everlasting duduk dengan bosan di pinggir lapangan, menatap anak-anak yang sedang berolahraga di tengah lapangan, ketika beberapa anak gadis menatapnya dengan terpesona.Mau dilihat dari sisi manapun Vincent adalah anak lelaki yang rupawan, bisa dibilang dialah yang paling tampan di sekolah asrama ini. Iris matanya yang sewarna scarlet menghiasi mata tajamnya, rambut pirang keemasannya dengan potongan mullet, kulitnya putih bersih. Sepertinya memang semua anggota keluarga Everlasting dianugerahi kecantikan Dewa-dewi.Kalau bukan karena dia selalu berdekatan dengan saudara-saudaranya yang suram mungkin anak lelaki itu sudah menjadi idola semua gadis. Gosip bahwa keluarga mereka mungkin dapat berubah menjadi tua dalam sekejap membuat tak ada yang mau mendekatinya. Terlebih dengan sikap dingin dan tatapan mematikan anak lelaki itu.Vincent menatap sebuah bola base yang menggelinding ke arahnya, de
Baca selengkapnya
6. Hutan Misterius
Sudah hampir satu minggu dan tak butuh waktu lama bagi seorang James Robertson untuk kembali sehat seperti biasanya. Menyugar rambut pirang gelapnya, sepasang netra hazelnya memerhatikan Daniel yang  dengan terburu-buru langsung keluar kelas seperti sedang dikejar hantu begitu jam kelas itu usai. Oh! Apa tikus itu ketakutan padanya? "Hei, Jams! Nggak ke kantin?" Sebuah suara yang sangat Jamie kenal berhasil membuatnya menoleh ke belakang. Anak lelaki itu memutar bola matanya. Bobby tersenyum lebar, bocah bertubuh subur itu rupanya satu kelas dengannya hari ini. "Males." Jamie malas sekali menghadapi bocah menyebalkan itu sekarang.  Dia sudah cukup kesal. Bohong sekali kalau dia tak ingin menghajar anak laki-laki cantik itu lagi. Dia sedikit lega anak itu segera menyingkir dari pandangannya atau kalau tidak, mungkin dia benar-benar akan kehilangan kendali.  James tak habis pikir kenapa Hansel Brooklyn sang
Baca selengkapnya
7. Di Bawah Sinar Rembulan
Mereka selalu mengatakan, 'Semakin besar rasa kau membenci seseorang, semakin banyak perhatianmu teralihkan untuknya.' Sebenarnya James sama sekali tak bisa menjelaskan kenapa dia begitu tertarik dan penasaran dengan Victoria Everlasting maupun keluarganya yang aneh. Sama sekali bukan rasa benci ataupun perasaan emosional lainnya. James lebih menyebutnya dengan rasa curiga. Entahlah, sesuatu dalam dirinya merasa harus mewaspadai mereka.  Dia sempat merasa rasa waspadanya selama ini tak beralasan dan mengabaikan eksistensi mereka di sekolah, hingga insiden beberapa hari lalu yang sama sekali tak masuk akal baginya. Tiba-tiba Jeremy Kim mengajaknya untuk memeriksa ulang apa yang sebenarnya terjadi pada saat perkelahiannya di rekaman CCTV. Sama sekali tak terpikirkan olehnya sebelumnya. Semuanya yang ada di rekaman CCTV itu terlihat jelas dan sesuai dengan apa yang diingatnya saat itu. Mulai dari adegan James yang membuat Daniel yang sedang berjalan tersand
Baca selengkapnya
8. Perkumpulan
Langit gelap perlahan berubah menjadi kemerahan bersama sinar bulan purnama merah. Perempuan itu tersenyum lebih lebar memperlihatkan gigi-giginya yang tajam. Air liur tak berhenti menetes dari mulutnya. Dia menatap Daniel dengan lapar. Daniel berkedip. Aroma kematian menguar di sekitarnya. Daniel merasa sesak nafas, dan tubuhnya membeku --tak bisa dia gerakkan sama sekali. Jantungnya berdetak lebih cepat, sampai rasanya akan meledak. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Mulut Daniel terkunci saat sepasang pupil hitam itu menelan iris merah dan perlahan mengisi seluruh rongga matanya dengan kegelapan tak berujung. Terdengar retakan tulang yang mengerikan, tubuh perempuan di hadapannya itu perlahan memanjang dan mulai terbalik-terpelintir dengan posisi yang aneh, kulitnya yang pucat perlahan mengelupas menjadi kebiruan, lalu lumer menjadi bentuk yang tak bisa dia jelaskan. Tubuh itu mulai merangkak mendekatinya seperti serangga. 
Baca selengkapnya
9. Petak Umpet
Victoria menatap tanpa ekspresi saat tatapannya bertubrukan dengan James Roberson beberapa saat sebelum anak laki-laki itu meninggalkan meja Daniel bersama kelompoknya. Victoria tentu juga melihat bagaimana perubahan wajah Daniel yang terlihat sepucat kapas sepeninggal gang Hades itu. Sebenarnya semua orang di kafetaria itu bahkan kini memusatkan perhatian pada anak laki-laki itu. Victoria tak tahu, apa yang dibicarakan oleh mereka hingga Daniel terburu-buru keluar dari kafetaria itu setelahnya dengan wajah yang seperti ingin menangis. Victoria tentu tak harus peduli dengan semua hal yang terjadi di sekitarnya apalagi yang berhubungan dengan manusia seperti sifatnya biasanya. Akan tetapi, entah mengapa sesuatu dalam dirinya membuatnya tak bisa lepas dan ingin mengetahui semua gerak-gerik seorang Daniel Zaire itu."Sial! Aku sudah menduganya, kita akan segera mendapat masalah besar. Bukankah sudah kukatakan lebih baik kita tinggal di kast
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status