Share

Dia dan Lelaki Masa Lalu (5)

Satu-satunya penyesalan dalam hidup Harry Kaminsky adalah membuat Kimberly Miro menunggu, dan pada akhirnya wanita itu menyerah untuk terus menunggu. Sekarang wanita itu telah menjadi milik orang lain. Berada di pelukan orang lain dengan senyum yang memanjakan.

Senyum yang pernah menjadi miliknya, milik ekslusif, sekarang telah menjadi milik orang lain, gelak tawa yang ia lakukan sekarang demi orang lain juga, bukan dirinya lagi. 

Meski Kimberly Miro telah merubah diri menjadi sosok yang amat dibencinya, berselingkuh, berambut pendek, wanita penggoda dan menikahi seorang duda, tapi tetap saja Harry Kaminsky harus mengakui bahwa dia sama sekali tak bisa membenci wanita itu.

Kebenciannya hanya bertahan selama satu tahun setelah mendapati dan mendepak Kimberly Miro yang bepergian dengan laki-laki lain, anehnya sekarang ia menyesal.

Dia pernah mengkhianati Kimberly Miro sekali, tapi dia sama sekali tidak bisa terima pengkhianatan Kimberly. Dan sekarang dia menyesal.

Jika saja di waktu itu dia menganggap mereka impas, saling memaafkan dan sekarang mungkin akhirnya mungkin berbeda.

Sayangnya penyesalan datang di akhir, karena yang dia awal namanya pendaftaran.

Waktu telah merubah Kimberly Miro bagaikan anggur, semakin berusia semakin pekat dengan aroma makin harum dibandingkan dahulunya. Begitulah Kimberly sekarang.

Rambut sebahunya membuat ia tampak awet muda, wajahnya makin cantik dan lebih bersinar dari dahulu, dan tak perlu munafik, lekuk tubuhnya bahkan lebih indah. 

"Harry, hei..." 

Sebuah suara lembut terdengar di telinganya, Harry Kaminsky mengerjap, kembali ke rohnya "Maaf, apa tadi?" tanyanya pada wanita di sampingnya, Rachel Carlo. 

Rachel Carlo dahulu gadis yang pernah ia suka suatu waktu, juga sahabat Kimberly Miro di sekolah mereka. 

"Kau nampak tidak fokus, apa yang mengganggumu?" tanya Rachel Carlo yang sedari tadi telah gelayutan disekitarnya "Tidak terlalu lelah, kan?"

"Maaf, proyek museum yang kutangani akhir-akhir ini tidak berjalan baik" jelas Harry Kaminsky berbohong "Ngomong-ngomong, aku tadi melihat mantan suamimu, katanya dia sudah menikah lagi"

"Ah, itu" Kata Rachel Carlo, pertanyaan Harry menyulutkan api kemarahan dalam dirinya "Kau tidak liat siapa istrinya?" tanyanya.

Harry Kaminsky menggeleng. Ia hanya melihat mantan suami Rachel sekilas pandang di kerumunan banyak orang, karena matanya fokus satu orang. 

Fokus pada Kimberly Miro. 

Ia tidak menyangka akan bertemu wanita itu lagi disini. Yang membuatnya linglung sepanjang waktu. 

"Istrinya mantan pacarmu yang tukang selingkuh itu" kata Rachel Carlo dengan penuh penghinaan "Pelacur itu memang suka laki-laki yang terlibat denganku"

Harry Kaminsky langsung terperangah "Ma...maksudmu Kimberly?" tanyanya berusaha membuat nada biasanya nampak tenang.

Tapi hanya dia yang tahu betapa besar goncangan jiwa yang harus dia terima.

"Siapa lagi?" tanya Rachel Carlo memupuskan semua harapan Harry Kaminsky.

Harry Kaminsky baru akan mengatakan sesuatu saat Rachel Carlo menariknya, semakin jauh mereka melangkah semakin jelas tujuan mereka menuju Kimberly Miro yang bercakap-cakap dengan beberapa wanita cantik di pesta. 

Dari kejauhan terdengar suara Kimberly Miro yang jatuh, lalu kelompok itu kompak tertawa.

Kimberly Miro masih seperti itu, menjadi penghangat suasana dimana saja. Membuat siapa saja nyaman disekitarnya dan tertawa dengan leluconnya.

"Arsitek Harry, benar?" seorang wanita di kelompok Kimberly tiba-tiba bertanya saat melihat kehadiran pasangan itu. 

Perhatian kelompok wanita itu beralih pada kehadiran mereka. 

Kimberly Miro juga menoleh, dan menatap mereka berdua dengan pandangan datar, seakan mereka berdua hanya orang asing, yang membuat jantung Harry serasa diiris pisau.

"Halo, Kim, lama tidak berjumpa" sapa Rachel Carlo dengan senyum lebar diwajahnya. 

Kimberly Miro balas tersenyum singkat, pandangannya sedikit diturunkan pada lengan mereka yang saling terhubung "Hai, Rachel... Oh, Harry lama tidak jumpa" katanya. 

Tidak ada kesedihan, tidak ada kejutan. Hanya seperti tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka. 

"Wah, seperti yang diharapkan dari seorang dewi Kim"

"Benar, dewi Kim, kenalkan kami pada desainer tampan ini"

"Lingkaran sosial Dewi Kim tidak bisa diragukan lagi"

"Dewi Kim, berapa banyak lagi lelaki tampan yang kau sembunyikan? Kenalkan pada kami, please"

Komentar kagum dan iri wanita-wanita disekitar Kimberly Miro membuat senyum lebar Rachel Carlo beku. 

Bukan. 

Bukan ini efek yang ia inginkan. 

Harusnya Kimberly Miro nampak sedih, tertekan dan cemburu. 

Mengapa penyihir itu bisa berakting seperti tidak terjadi apa-apa? 

Tidak. Tidak. 

Rachel yakin Kimberly pasti bersedih. 

_

Kimberly Miro memandang pantulan dirinya yang cantik dan menawan di cermin tapi matanya berisi keputusasaan dan rasa sakit, perlahan hatinya terasa kosong. 

Apakah dia terluka melihat mantan pacar dan mantan sahabatnya bersama? Jawabannya sangat sangat terluka. Hatinya remuk resan dan serasa hancur bercerai-berai, tubuhnya penuh nestapa dan jiwanya amat sengsara. hancur, sakit, pedih, pilu dan segala macam perasaan menyerangnya dari setiap sudut yang bisa mengenainya.

Dia mengenal Harry Kaminsky di usia dua belas tahun, ketika menjadi murid baru di SMP Bilingual, satu-satunya sekolah paling bagus di tempatnya berada.

Dia adalah orang yang tidak bisa diam, baik mulut atau tangan kakinya tidak bisa tenang dan berdiam sebentar saja, sedangkan Harry Kaminsky adalah orang yang sangat pendiam, hemat bicara dan tidak banyak berlarian sana sini sepertinya. Mereka sangat bertolak belakang dan seperti hidup di dunia berbeda. Dua orang yang mungkin tidak akan pernah bersama.

Dia adalah nona yang bebas dan liar, meski berada di kelas terbaik, dia lebih suka berteman dengan anak-anak berandalan kelas 'terburuk'.

Sedangkan Harry Kaminsky bagaikan pangeran tampan pendiam, jenius dan patuh yang lebih memilih berada di perpustakaan untuk membaca, di bandingkan dirinya yang lebih suka kelayapan dan melakukan kenakalan.

Mereka selalu berada di kelas yang sama hingga mereka masuk SMA yang sama, entah mengapa mereka menjadi teman dekat, mungkin karena berasal dari SMP yang sama, dan pertemanan itu hari demi hari semakin mendekat entah mengapa.

Mulai dari sapa menyapa, mengerjakan tugas bersama, pergi ke sekolah bersama hingga berbagi cerita bahkan pada akhirnya berbagi perasaan cinta dan kasih sayang masa muda.

Mereka menjalin hubungan cinta monyet yang begitu indah, manis dan naif di usia muda. Hingga mereka kuliah di tempat yang sama dan bekerja di lokasi yang sama, cinta yang naif dan manis berubah menjadi cinta yang serius dan lebih mendalam.

Jiwanya terpaut pada Harry Kaminsky, tubuhnya terpikat oleh senyumnya, bersama, mereka di selimuti kehangatan, kasih sayang dan asmara yang menggebu-gebu.

Jika saja kenyataan kejam itu tidak memisahkan mereka, menghantamnya dengan begitu kuat, mungkin sekarang ceritanya akan berbeda. 

Dia melepaskan karena dia sangat mencintainya. Dia juga pihak yang sangat sedih dan terluka dalam kandasnya hubungan mereka.

Mereka dulu tidak pernah terpisahkan. Dulu, ketika mereka masih satu hati, satu pikiran dan satu tujuan serta impian.

Tapi sekarang?

Mereka hanya dua orang asing. Dua orang asing yang dahulu pernah bersama dan pernah memiliki mimpi yang sama.

Kimberly Miro tersenyum, tersenyum mengejek dirinya sendiri yang sekarang tersengat penyesalan.

Hatinya remuk, tapi akankah ada yang peduli?

Jiwanya sudah lama terlunta-lunta, adakah yang akan berjalan menggenggam tangannya dan memberi arah?

Melihat lelaki itu lagi, Harry kaminsky, membuat hatinya terkoyak-koyak hingga dia tak bisa lagi menyatukan utuh atau memberikan kepada orang lain. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status