Share

Dia dan Lelaki Masa Lalu (4)

Rachel Carlo berdiri bersama wanita muda cantik, wanita itu adalah artis yang baru-baru ini menjadi pembicaraan panas, yang juga sepupunya, Barbara Carlo. Mata mereka sama-sama tertuju pada Kimberly Miro dengan pandangan iri serta bermusuhan. 

"Aku tidak tahu mantan suamimu bisa begitu protektif. Lihat saja tangannya yang terus menggenggam pinggang Kimberly dan aku juga tidak tahu bahwa dia cukup sabar untuk menghadiri acara pesta yang membosankan ini " komentar sepupunya berbisik si dekat telinga Rachel Carlo agar hanya mereka bisa mendengarnya, komentar asal asalan yang makin menyulut api kemarahan dalam diri Rachel Carlo. 

Rachel Carlo dahulunya satu sekolah dengan Kimberly Miro, bahkan menjadi sahabat dekat ketika SMA. Tapi persahabatan mereka hancur karena pria.

Sungguh, serapuh itu pertemanan di antara wanita.

Banyak orang mengatakan mereka duo kecantikan sekolah. Dua wanita paling populer sekolah. Tapi hanya dirinya yang tahu bahwa sebenarnya dia sangat membenci Kimberly Miro. Dia sangat membenci wanita yang selalu tebar senyum dan pesona kepada siapa saja dan dimana saja. Wanita yang selalu merapat tubuh ke pria manapun yang ditemuinya.

Rachel carlo selalu merasa dia sama sekali tidak kalah dari Kimberly Miro dalam segi apapun. Tapi mengapa semua orang hanya suka berteman dengan Kimberly, memujanya, dan mengejarnya dengan gila? Bahkan lelaki yang disukainya selama bertahun-tahun, malah berakhir di pelukan Kimberly Miro.

Dia berusaha lebih keras, belajar hingga bergadang sampai lupa makan dan menderita mag, les sana sini, mengikuti kegiatan ini dan itu, berusaha sebaik mungkin menjadikan dirinya lebih baik dari Kimberly Miro. Tapi semakin kuat usahanya semakin Kimberly tidak melakukan usaha apa-apa. Kontras yang sangat besar diantara mereka.

Kimberly sangat malas, sering bolos di kelas, sering tidak mengerjakan tugas. Dari pada membaca buku pelajaran, dia lebih memilih membaca novel di bawah mejanya ketika guru menjelaskan di depan, dan banyak hal menyebalkan tentangnya, tapi selalu menjadi lebih baik dari dimata orang lain.

Kimberly Miro tidak perlu melakukan apa-apa, tapi para guru selalu mengikutsertakannya dalam kegiatan ini itu, mulai MC di acara sekolah hingga lomba-lomba penting di luar sekolah.

Dia yang berusaha mendaftarkan diri ikut serta ini itu, namun selalu tersisih dari Kimberly Miro yang hanya akan menyapa para guru dengan 'Selamat siang, Miss. cantik', 'Kau tampak luar biasa hari ini Miss. itu' atau sapaan ramah lainnya yang membuat siapa saja bahagia oleh perkataan basa basi Kimberly sang jalang penggoda itu.

"Lihat, Dewi Kim memang dekat dengan Pangeran Jay, berpasangan dengan tuan Stanford, akrab dengan Max Merwe. Sungguh membuat banyak wanita iri" komentar seorang wanita bergaun panjang indah di kelompok mereka berdiri.

"Betapa kerennya. Cantik, baik dan disukai banyak orang" disambut wanita lainnya yang juga berdandan dengan indah, bahkan rambut dipenuhi kristal yang berkelap-kelip.

"Wanita cantik memang punya banyak keberuntungan, meski begitu Dewi Kim tidak pernah sombong, ia benar-benar seperti seorang dewi" tambah lainnya.

"Irinya"

Sejumlah komentar tetang Kimberly Miro terdengar mampir ke telinga Rachel Carlo, membuatnya mengepalkan tangan geram. 

Dirinya lebih cantik, karirnya lebih bagus, keluarganya lebih bergensi, tapi mengapa ia selalu kalah dibandingkan Kimberly Miro?

Kenapa wanita itu lebih bahagia darinya? Lihat saya senyum dan tawanya yang begitu bahagia dan tanpa beban, itu sangat menyebalkan. 

Mengapa? 

Mengapa semua lelaki selalu meliriknya? 

Mengapa banyak orang menyukai karakternya yang centil dan langsung? 

Mantan suaminya yang acuh tak acuh, pendiam dan dingin berubah menjadi lelaki protektif penuh kasih terhadap Kimberly Miro.

Mengapa Jamie Stanford tidak pernah seperti itu saat bersamanya? Dia kaku, serius, dan sama sekali tidak berusaha mendekati atau menyatakan kepemilikan yang begitu kuat.

"Dia memang orang yang seperti itu, hanya saja jarang menunjukkan kepada orang lain" balas Rachel Carlo berbisik kepada Barbara Carlo, mencoba mempertahankan harga dirinya yang ada "Itu pantas saja, Kimberly yang centil harus diperlakukan protektif, kalau tidak sudah pasti ia berganti suami malam ini" Lanjutnya dengan suara rendah, agar hanya mereka berdua yang bisa mendengar perkataannya.

Sepupunya tahu sedikit kisah cinta Rachel Carlo yang bersaing dengan Kimberly Miro demi satu lelaki, dan akhirnya dimenangkan Kimberly "Benar-benar, lihat saja senyumnya. Siap menggoda siapa saja yang terlihat. Yah orang cantik benar-benar menjadi pusat perhatian. Jika ia jadi selebriti, sudah pasti aku kalah saing" kata Barbara Carlo mendukung Rachel Carlo. Tapi, tidak tahu apa sebenarnya yang dia pikirkan.

Rachel Carlo mengertakkan gigi. Ia tidak lagi ingin memperhatikan interaksi penyihir Kimberly Miro dengan banyak orang. Senyum licik tergantung diwajahnya saat ia mencari keberadaan Harry Kaminsky. 

Kimberly Miro pasti akan hancur saat melihatnya bersama mantan pacarnya, pria yang sangat dihargai dan dicintainya.

Memikirkan itu, Rachel Carlo tersenyum penuh kemenangan. Rasakan penyihir Kim, lelaki paling kau cintai sekarang terikat denganku, berada di pelukanku. 

Dulu aku bisa merebutnya dan sekarang aku merebutnya sekali lagi.

Rachel Carlo mulai membayangkan wajah terdistorsi Kimberly Miro, wajah sedihnya, dan wajah yang tertekan, sungguh dia sangat senang hanya dengan memikirkannya. 

___

Kimberly Miro menyesap sampanye berwarna kebiruan di tangannya dan mengedarkan pandangan ke sekeliling, berusaha keras mengabaikan pandangan mematikan dan mencacah Jamie Stanford yang serasa mencekiknya.

Ruangan pesta yang mereka hadiri didekorasi warna cokelat emas dipadukan dengan warna putih. Di setiap meja yang bertaplak berwarna putih dari linen terdapat candelabra peandim kristal lima kepala yang elegan dan serbet berwarna emas. Dia mencoba memfokuskan pikiran pada venue yang bersuasana klasik modern itu karena panas tubuh seorang pria dewasa membakar bahunya yang telanjang, sayangnya gagal total.

"Sykes atau Max, darimana kau menjelaskan?" suara berat dan serak terdengar tepat di telinganya.

"Menjelaskan apa?" tanya Kimberly mengalihkan pandangannya dari lampu hias kristal elegan di langit-langit venue, menatap ke arah Jamie Stanford tapi masih menghindari matanya "Menjelaskan bagaimana kita berdua jadi komplotan penjahat? itu mudah, kau curi hatiku, aku curi hatimu. Atau menjelaskan bagaimana aku mengorbankan semua kebahagiaan yang diberikan penghuni haremku hanya untuk bersamamu?" tanyanya dengan senyum main-main.

Meski amarah Jamie Stanford telah terasa dilunakkan, dia tetap menatap tajam pada Kimberly Miro "Kau tahu maksudku!" tanya dengan penuh penekanan.

"Tidak! aku tidak tahu apa yang kau maksud! Bisakah kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya?" tanya Kimberly masih berkilah "Misalnya tentang bagaimana aku gagal menjadi wakil rakyat, karena perjuangan dan kerja kerasku hanya untuk mendapatkan hakmu bukan rakyat"

"Kimberly Miro"

"Harus benar-benar di jawab?" tanya Kimberly Miro sekali lagi.

Jamie Stanford tidak menjawab, humor melintas dimata ambernya, dan dia menjawab pertanyaan Kimberly Miro dengan tindakan mencengangkan.

"Ah!" Kimberly Miro menutup mulutnya dengan telapak tangan, mencoba meredam teriakan kagetnya dan melototi Jamie Stanford dengan kejam "Kau... Kau..." dia benar-benar tidak tahu harus mengutuk atau marah, karena seorang Jamie Stanford yang kaku dan tanpa sentuhan manusia benar-benar mengigit cuping telinganya dan kembali duduk dengan tenang setelahnya, seolah-olah bukan dia pelakunya tindakan tak tahu malu barusan.

Jamie Stanford mengangkat alis "Ingin lebih?" tanyanya.

"Kau berani?" tanya Kimberly Miro, tapi melihat keyakinan yang tak main-main di mata Jamie Stanford, dia menelan ludah dan mengigit bibirnya gugup "Baik-baiklah, dari mana kita mulai?" tanya Kimberly Miro.

Jamie Stanford yang hemat bicara hanya menatapnya sebagai pertanda silakan dimulai.

Kimberly Miro menyesap sampanye-nya lagi dan mencoba melonggarkan tenggorokan sebelum menjelaskan "Max, dia, um, siapa sih dimasa mudanya yang tidak punya mimpi mengencani selebriti, jadi aku yang muda dan naif mencoba rasanya. Untuk Jay Sykes, sebenarnya itu bukan cinta atau benar-benar pacaran sih, kau tahu kan reputasiku sebagai gadis penggoda di lingkaran, jadi ibunya membayar untuk menghibur Jay Sykes yang depresi karena ditinggal dua istrinya, satu kabur hamil, dan satu lagi dibawa pergi saudaranya. Cukup puas dengan penjelasannya pak?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status