Rachel Carlo berdiri bersama wanita muda cantik, wanita itu adalah artis yang baru-baru ini menjadi pembicaraan panas, yang juga sepupunya, Barbara Carlo. Mata mereka sama-sama tertuju pada Kimberly Miro dengan pandangan iri serta bermusuhan.
"Aku tidak tahu mantan suamimu bisa begitu protektif. Lihat saja tangannya yang terus menggenggam pinggang Kimberly dan aku juga tidak tahu bahwa dia cukup sabar untuk menghadiri acara pesta yang membosankan ini " komentar sepupunya berbisik si dekat telinga Rachel Carlo agar hanya mereka bisa mendengarnya, komentar asal asalan yang makin menyulut api kemarahan dalam diri Rachel Carlo.
Rachel Carlo dahulunya satu sekolah dengan Kimberly Miro, bahkan menjadi sahabat dekat ketika SMA. Tapi persahabatan mereka hancur karena pria.
Sungguh, serapuh itu pertemanan di antara wanita.
Banyak orang mengatakan mereka duo kecantikan sekolah. Dua wanita paling populer sekolah. Tapi hanya dirinya yang tahu bahwa sebenarnya dia sangat membenci Kimberly Miro. Dia sangat membenci wanita yang selalu tebar senyum dan pesona kepada siapa saja dan dimana saja. Wanita yang selalu merapat tubuh ke pria manapun yang ditemuinya.
Rachel carlo selalu merasa dia sama sekali tidak kalah dari Kimberly Miro dalam segi apapun. Tapi mengapa semua orang hanya suka berteman dengan Kimberly, memujanya, dan mengejarnya dengan gila? Bahkan lelaki yang disukainya selama bertahun-tahun, malah berakhir di pelukan Kimberly Miro.
Dia berusaha lebih keras, belajar hingga bergadang sampai lupa makan dan menderita mag, les sana sini, mengikuti kegiatan ini dan itu, berusaha sebaik mungkin menjadikan dirinya lebih baik dari Kimberly Miro. Tapi semakin kuat usahanya semakin Kimberly tidak melakukan usaha apa-apa. Kontras yang sangat besar diantara mereka.
Kimberly sangat malas, sering bolos di kelas, sering tidak mengerjakan tugas. Dari pada membaca buku pelajaran, dia lebih memilih membaca novel di bawah mejanya ketika guru menjelaskan di depan, dan banyak hal menyebalkan tentangnya, tapi selalu menjadi lebih baik dari dimata orang lain.
Kimberly Miro tidak perlu melakukan apa-apa, tapi para guru selalu mengikutsertakannya dalam kegiatan ini itu, mulai MC di acara sekolah hingga lomba-lomba penting di luar sekolah.
Dia yang berusaha mendaftarkan diri ikut serta ini itu, namun selalu tersisih dari Kimberly Miro yang hanya akan menyapa para guru dengan 'Selamat siang, Miss. cantik', 'Kau tampak luar biasa hari ini Miss. itu' atau sapaan ramah lainnya yang membuat siapa saja bahagia oleh perkataan basa basi Kimberly sang jalang penggoda itu.
"Lihat, Dewi Kim memang dekat dengan Pangeran Jay, berpasangan dengan tuan Stanford, akrab dengan Max Merwe. Sungguh membuat banyak wanita iri" komentar seorang wanita bergaun panjang indah di kelompok mereka berdiri.
"Betapa kerennya. Cantik, baik dan disukai banyak orang" disambut wanita lainnya yang juga berdandan dengan indah, bahkan rambut dipenuhi kristal yang berkelap-kelip.
"Wanita cantik memang punya banyak keberuntungan, meski begitu Dewi Kim tidak pernah sombong, ia benar-benar seperti seorang dewi" tambah lainnya.
"Irinya"
Sejumlah komentar tetang Kimberly Miro terdengar mampir ke telinga Rachel Carlo, membuatnya mengepalkan tangan geram.
Dirinya lebih cantik, karirnya lebih bagus, keluarganya lebih bergensi, tapi mengapa ia selalu kalah dibandingkan Kimberly Miro?
Kenapa wanita itu lebih bahagia darinya? Lihat saya senyum dan tawanya yang begitu bahagia dan tanpa beban, itu sangat menyebalkan.
Mengapa?
Mengapa semua lelaki selalu meliriknya?
Mengapa banyak orang menyukai karakternya yang centil dan langsung?
Mantan suaminya yang acuh tak acuh, pendiam dan dingin berubah menjadi lelaki protektif penuh kasih terhadap Kimberly Miro.
Mengapa Jamie Stanford tidak pernah seperti itu saat bersamanya? Dia kaku, serius, dan sama sekali tidak berusaha mendekati atau menyatakan kepemilikan yang begitu kuat.
"Dia memang orang yang seperti itu, hanya saja jarang menunjukkan kepada orang lain" balas Rachel Carlo berbisik kepada Barbara Carlo, mencoba mempertahankan harga dirinya yang ada "Itu pantas saja, Kimberly yang centil harus diperlakukan protektif, kalau tidak sudah pasti ia berganti suami malam ini" Lanjutnya dengan suara rendah, agar hanya mereka berdua yang bisa mendengar perkataannya.
Sepupunya tahu sedikit kisah cinta Rachel Carlo yang bersaing dengan Kimberly Miro demi satu lelaki, dan akhirnya dimenangkan Kimberly "Benar-benar, lihat saja senyumnya. Siap menggoda siapa saja yang terlihat. Yah orang cantik benar-benar menjadi pusat perhatian. Jika ia jadi selebriti, sudah pasti aku kalah saing" kata Barbara Carlo mendukung Rachel Carlo. Tapi, tidak tahu apa sebenarnya yang dia pikirkan.
Rachel Carlo mengertakkan gigi. Ia tidak lagi ingin memperhatikan interaksi penyihir Kimberly Miro dengan banyak orang. Senyum licik tergantung diwajahnya saat ia mencari keberadaan Harry Kaminsky.
Kimberly Miro pasti akan hancur saat melihatnya bersama mantan pacarnya, pria yang sangat dihargai dan dicintainya.
Memikirkan itu, Rachel Carlo tersenyum penuh kemenangan. Rasakan penyihir Kim, lelaki paling kau cintai sekarang terikat denganku, berada di pelukanku.
Dulu aku bisa merebutnya dan sekarang aku merebutnya sekali lagi.
Rachel Carlo mulai membayangkan wajah terdistorsi Kimberly Miro, wajah sedihnya, dan wajah yang tertekan, sungguh dia sangat senang hanya dengan memikirkannya.
___
Kimberly Miro menyesap sampanye berwarna kebiruan di tangannya dan mengedarkan pandangan ke sekeliling, berusaha keras mengabaikan pandangan mematikan dan mencacah Jamie Stanford yang serasa mencekiknya.
Ruangan pesta yang mereka hadiri didekorasi warna cokelat emas dipadukan dengan warna putih. Di setiap meja yang bertaplak berwarna putih dari linen terdapat candelabra peandim kristal lima kepala yang elegan dan serbet berwarna emas. Dia mencoba memfokuskan pikiran pada venue yang bersuasana klasik modern itu karena panas tubuh seorang pria dewasa membakar bahunya yang telanjang, sayangnya gagal total.
"Sykes atau Max, darimana kau menjelaskan?" suara berat dan serak terdengar tepat di telinganya.
"Menjelaskan apa?" tanya Kimberly mengalihkan pandangannya dari lampu hias kristal elegan di langit-langit venue, menatap ke arah Jamie Stanford tapi masih menghindari matanya "Menjelaskan bagaimana kita berdua jadi komplotan penjahat? itu mudah, kau curi hatiku, aku curi hatimu. Atau menjelaskan bagaimana aku mengorbankan semua kebahagiaan yang diberikan penghuni haremku hanya untuk bersamamu?" tanyanya dengan senyum main-main.
Meski amarah Jamie Stanford telah terasa dilunakkan, dia tetap menatap tajam pada Kimberly Miro "Kau tahu maksudku!" tanya dengan penuh penekanan.
"Tidak! aku tidak tahu apa yang kau maksud! Bisakah kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya?" tanya Kimberly masih berkilah "Misalnya tentang bagaimana aku gagal menjadi wakil rakyat, karena perjuangan dan kerja kerasku hanya untuk mendapatkan hakmu bukan rakyat"
"Kimberly Miro"
"Harus benar-benar di jawab?" tanya Kimberly Miro sekali lagi.
Jamie Stanford tidak menjawab, humor melintas dimata ambernya, dan dia menjawab pertanyaan Kimberly Miro dengan tindakan mencengangkan.
"Ah!" Kimberly Miro menutup mulutnya dengan telapak tangan, mencoba meredam teriakan kagetnya dan melototi Jamie Stanford dengan kejam "Kau... Kau..." dia benar-benar tidak tahu harus mengutuk atau marah, karena seorang Jamie Stanford yang kaku dan tanpa sentuhan manusia benar-benar mengigit cuping telinganya dan kembali duduk dengan tenang setelahnya, seolah-olah bukan dia pelakunya tindakan tak tahu malu barusan.
Jamie Stanford mengangkat alis "Ingin lebih?" tanyanya.
"Kau berani?" tanya Kimberly Miro, tapi melihat keyakinan yang tak main-main di mata Jamie Stanford, dia menelan ludah dan mengigit bibirnya gugup "Baik-baiklah, dari mana kita mulai?" tanya Kimberly Miro.
Jamie Stanford yang hemat bicara hanya menatapnya sebagai pertanda silakan dimulai.
Kimberly Miro menyesap sampanye-nya lagi dan mencoba melonggarkan tenggorokan sebelum menjelaskan "Max, dia, um, siapa sih dimasa mudanya yang tidak punya mimpi mengencani selebriti, jadi aku yang muda dan naif mencoba rasanya. Untuk Jay Sykes, sebenarnya itu bukan cinta atau benar-benar pacaran sih, kau tahu kan reputasiku sebagai gadis penggoda di lingkaran, jadi ibunya membayar untuk menghibur Jay Sykes yang depresi karena ditinggal dua istrinya, satu kabur hamil, dan satu lagi dibawa pergi saudaranya. Cukup puas dengan penjelasannya pak?"
Satu-satunya penyesalan dalam hidup Harry Kaminsky adalah membuat Kimberly Miro menunggu, dan pada akhirnya wanita itu menyerah untuk terus menunggu. Sekarang wanita itu telah menjadi milik orang lain. Berada di pelukan orang lain dengan senyum yang memanjakan.Senyum yang pernah menjadi miliknya, milik ekslusif, sekarang telah menjadi milik orang lain, gelak tawa yang ia lakukan sekarang demi orang lain juga, bukan dirinya lagi.Meski Kimberly Miro telah merubah diri menjadi sosok yang amat dibencinya, berselingkuh, berambut pendek, wanita penggoda dan menikahi seorang duda, tapi tetap saja Harry Kaminsky harus mengakui bahwa dia sama sekali tak bisa membenci wanita itu.Kebenciannya hanya bertahan selama satu tahun setelah mendapati dan mendepak Kimberly Miro yang bepergian dengan laki-laki lain, anehnya sekarang ia menyesal.Dia pernah mengkhianati Kimberly Miro sekali, tapi dia sama sekali tidak bisa terima pengkhianatan Kimberly. Dan sekarang d
Kimberly Miro memang pihak yang mengkhianati cinta mereka yang terdalam, bukan karena mereka tidak cocok satu sama lain, atau lelaki itu tidak cukup baik untuknya, melainkan karena dirinyalah yang tak cukup baik.Kimberly Miro selalu mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ini lah yang terbaik untuk mereka berdua.Mencintai memang tidak harus memiliki, tingkat tertinggi dari mencintai adalah merelakannya demi kebahagian sosok yang kita cintai.Tapi semuanya terlalu menyakitkan, semuanya terlalu tak tertahankan.Bertahun-tahun hubungannya dengan Harry Kaminsky bukanlah cicilan mobil yang jika tidak selesai bisa dikembalikan ke showroom.Dia berusaha yang terbaik agar mencapai cita-cita mereka, terikat pernikahan, memiliki anak-anak dan hidup bahagia sampai ajal memisahkan mereka.Tapi semua mimpi indah itu hancur ketika dia terbangun.Mimpi sungguh tak seindah kenyataan."Seperti kau memang selalu suk
Langkah kaki Kimberly Miro tercekat sekali lagi.Panggilan itu.Panggilan akrab yang dahulu hanya milik Harry-nya. Panggilan penuh kasih sayang yang selalu membuatnya merasa hangat dan bahagia.Wanita itu berbalik, wajah cantiknya nampak acuh tak acuh meski hatinya terasa tertekan dan berat "Apa yang bisa saya bantu Tuan Kaminsky?" tanyanya dengan senyum yang jauh dan sopan.Mereka pernah bersama, tapi tidak untuk selamanya."Aku pernah bertanya-tanya, apa artinya bagimu delapan tahun diantara kita?" tanya Harry Kaminsky memandang wajah Kimberly Miro penuh harapan yang hanya ia yang memahami.Dia sangat berharap Kimberly Miro juga bernostalgia seperti dirinya. Menjadikan kenangan indah diantara mereka sebagai ingatan yang akan selalu ia kenang dan selalu ia rindukan. Sama seperti dirinya.Hanya melewati tempat mereka pernah duduk bersama, dia ingat masa mereka indah bersama, sebuah warna akan menjad
Ketenangan Kimberly Miro yang pura-pura tidak berhasil di pertahankan lagi, wajahnya langsung kaku, ketenangan itu hancur berantakan ketika ia melihat suaminya, Jamie Stanford, keluar dari toilet dan lelaki itu berjalan semakin mendekat kearah mereka. Langkah demi langkah, meski dia nampak tenang dan tanpa ekspresi, tapi mata amber dibalik kaca matanya menatap terlalu dalam dan tajam. "Hubby..." kata Kimberly Miro merasa bersalah, rasanya seperti baru saja tertangkap basah tengah bertemu lelaki lain dibelakangnya secara diam-diam. Dia tidak melakukan kesalahan sama sekali, tapi entah mengapa dia menjadi gugup dan bersalah. Mungkin disebabkan oleh penghianat perasaan itu sendiri. Berapa lama suaminya berada di sana? Apakah ia mendengar apa yang mereka bicarakan? Betapa memalukan. Harry kaminsky otomatis berbalik, terganggu dengan pandangan kaget Kimberly Miro yang melewati bahunya. Menatap lelaki itu hingga mata mereka saling
"Nyonya?" tanya Jamie Stanford yang baru keluar dari ruang kerjanya. Wajahnya masih datar seperti biasa, dan Ia mengernyitkan dahi saat melihat jam tangannya. Sudah lewat jam makan siang, tapi Kimberly Miro tidak memangilnya untuk makan seperti biasa atau menghentikannya dari pekerjaan seperti biasa, malah sekarang di gantikan oleh pembantu rumah tangga mereka."Nyonya pergi keluar bersama temannya yang artis terkenal itu, penyanyi ganteng Max Merwe" lapor pembantu rumah tangga itu dengan wajah penuh kekaguman dan kegembiraan yang tidak ditutupi sedikitpun."Hm" Jamie Stanford bergumam kecil seperti biasa dan melangkah turun menuju meja makan. Tidak ada perubahan di wajahnya dan tidak ada yang tahu bagaimana perasaannya.Jamie Stanford makan siang dengan sedikit linglung, hanya semalam, situasi hatinya telah jungkir balik bagai rollercoaster. Istrinya, Kimberly Miro, bukan lagi manekin hidup yang dipikirkan, tapi objek nya
Dmitri dan Cody terus mengolok, hingga pintu ruangan pribadi itu dibuka dan seorang lelaki muda masuk. Lelaki itu memiliki wajah menarik, rambutnya yang panjang di ikat, membuatnya nampak nakal dan membawa senyuman di wajahnya yang manis sehingga tampak sangat bahagia."Akhirnya, bintang keberuntungan kita telah berada disini" Sahut Cody, berhenti berdebat dengan Dmitri yang sampai dunia kiamat tidak akan pernah mengerti bagaimana indahnya sebuah pernikahan dan komitmen."Benar. Petra adalah bintang keberuntungan kita. Tapi karena dia terlambat, hukum tiga gelas" tambah Dmitri dengan ide-ide gila yang berkembang di otaknya."Bos, Bos dan Bos, maaf saya terlambat karena bertemu seseorang di luar" kata Petra dengan penuh maaf, tapi senyum bahagia itu tak tanggal di wajahnya.Mata Dmitri sedikit menyipit "Ho Ho, lihat adik kecil kita yang sedang jatuh cinta" untuk seorang playboy dengan seribu pengalaman perang, tentu saja ia tahu wajah-waj
Suara ruang pribadi di ruang pribadi lain yang tak kalah besar dan mewah, menjadi makin ribut saat Kimberly Miro masuk bersama Max Merwe dan lima asisten mereka, satu asisten laki-laki Max Merwe, sedang empat lainnya milik Kimberly, dua wanita dan dua lelaki.Ada yang bernyanyi, menari, bermain kartu, mengobrol dan bergulat di dalam ruang pribadi itu. Para asisten dan bawahan mereka berkumpul ditempat khusus tidak jauh dari tempat mereka berada, pengaturan yang seperti itu sudah terjadi dari dahulunya.Beberapa gadis 'Nyonya rumah' atau hostes duduk dipangkuan laki-laki yang menginginkannya, kebanyakan dari mereka merupakan artis-artis kecil yang mengharapkan menaiki tangga sosial, dan mereka berpakaian kehabisan bahan. Gadis-gadis cantik itu berusaha menyenangkan pelanggan mereka, memijat, menuangkan minum atau apa saja.Meski kelihatan liar dan tidak senonoh, tapi sudah biasa di lingkaran anak-anak orang kaya dan kelas atas seperti mereka. Wa
Dmitri dan Cody saling menatap dengan pemahaman diam-diam, saling bertanya-tanya, untuk seorang Jamie Stanford yang biasa tidak peduli badai topan disekitarnya, untuk membuat lelaki itu tertarik gosip, apakah besok akan kiamat? Cody berdehem canggung, meski ia mencoba mengabaikan wajah Jamie Standford yang mengelap dan penuh aura penindasan ia sama tidak bisa berpura-pura tidak melihatnya, jadi ia menyenggol lutut Dmitri. "Kenapa kau tidak undang temanmu itu kesini" ujar Dmitri menyarankan penuh semangat, tidak menghiraukan sinyal dari Cody, karena sayang sekali jiwa gosipnya menghancurkan pemahaman diam-diam mereka selama bertahun-tahun. "Benar, Dmitri pasti butuh tanda tangan BadLyLy" kata Cody mendukung, tapi mata, tangannya dan lututnya, hampir semua bahasa tubuhnya terus menyiratkan kepada Dmitri bahwa ada yang salah dengan Dewa Patung mereka. "Tanda tangan apa? Kita mesti meneliti keaslian tubuhnya yang sempurna itu" gumam Dmit