Dalam beberapa kata saja, informasi yang tersampaikan benar-benar mengejutkan.Aku nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar.Ternyata … mereka punya hubungan seperti itu?Aku berdiri mematung di tempat, tubuhku membeku, tak bisa bergerak. Seolah disambar petir tak kasatmata yang melumpuhkan seluruh kemampuanku untuk bergerak.Semua yang tadinya terasa janggal, tiba-tiba seperti terhubung satu per satu oleh benang-benang halus.Aku pun mengerti.Yang dimaksud caranya itu adalah memanfaatkan kaprodi untuk membantunya dapat jalan pintas!Benar-benar tidak tahu malu, aku harus membongkar kelakuannya!Dengan tangan gemetar karena emosi, aku mengeluarkan ponsel, menyelipkan kamera di sisi pintu, memastikan sudutnya pas untuk merekam kejadian di dalam, lalu menekan tombol rekam.Percakapan mereka masih berlanjut.“Kamu mau jadi kandidat di kompetisi itu? Bukannya pihak kampus sudah tentukan siapa yang akan jadi pesertanya? Kalau nggak salah … namanya Siska.”Begitu mendengar nama
Siska menghela napas pelan, “Meskipun aku mengundurkan diri, bukan berarti kamu yang otomatis dapat posisinya.”Namun, Tina hanya menyilangkan tangan di dada dan mengangkat dagunya.“Asal kamu mundur, aku punya caraku sendiri.”Aku ingat Siska pernah berkali-kali cerita soal itu. Itu adalah panggung impian semua penari balet dan dia sudah bekerja keras untuk sampai di tahap ini.Bagaimana mungkin aku melihatnya harus mengorbankan mimpinya hanya karena aku?“Siska, jangan mundur … itu mimpimu.”Siska mengepalkan tangannya erat, sampai-sampai kukunya hampir menusuk ke telapak tangan.“Iya, aku mundur.”Usai bicara, Siska menoleh padaku, mencoba memperlihatkan wajah kuat dan tegar, lalu dengan tegas berkata, “Mulai sekarang … kita putus.”Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, mereka langsung pergi tanpa menoleh lagi.Aku hanya bisa menatap Siska yang semakin menjauh dengan perasaan campur aduk.Aku tahu sebenarnya dia masih berat hati, tapi demi aku … dia memilih untuk mengalah pada
Tatapan Siska tampak tidak percaya dan terasa amarah yang luar biasa. Air matanya langsung menetes tanpa bisa ditahan.Jantungku seperti jatuh ke dasar jurang, ingin rasanya menjelaskan sesuatu, tapi otakku malah kosong. Aku kehilangan kemampuan untuk berpikir.“Sayang ….”Belum selesai aku bicara, Siska sudah menutup telinganya, tidak mau mendengarku lagi.“Jangan panggil aku seperti itu!”Setelah dijebak oleh Tina seperti ini, aku benar-benar tak bisa membela diri.“Percaya sama aku, aku nggak melakukan apa-apa ke dia ….”Tapi, Tina malah lempar batu teriak maling, dia menyela penuh emosi, “Siska, kamu sudah lihat sendiri, ‘kan? Semalam dia sudah coba perkosa aku, hari ini masih mengajakku ke tempat beginian!”Baru saja aku mau membela diri, Sella ikut-ikutan memperkeruh suasana dengan komentar pedasnya.“Dasar brengsek! Sudah punya Siska, masih saja godain Tina! Cih!”Siska terlihat sangat hancur. Dia memegangi telinganya dan terus menangis tanpa henti.“Tyson, awalnya aku nggak pe
Sesuai dengan alamat yang dikirim, aku tiba di sebuah taman terbengkalai pinggiran kota. Dia memintaku untuk mengikuti jalan setapak kecil menuju ke dalam hutan, katanya dia sedang menunggu di sana.Apa yang sebenarnya dia rencanakan? Kenapa harus semisterius ini?Aku menggerutu dalam hati.Begitu masuk ke hutan kecil itu, langsung tercium aroma samar yang harum, menyegarkan dan menenangkan.Aku berputar-putar beberapa kali, tapi tak melihat satu orang pun. Saat aku sedang bingung, tiba-tiba terdengar suara dari belakang.“Akhirnya, kamu datang juga.”Suara itu mengejutkanku sampai merinding. Aku menoleh dan entah sejak kapan, sosok Tina sudah berdiri di belakangku.“Apa yang sebenarnya mau kamu bicarakan sampai harus memanggilku ke tempat begini?”Tina tersenyum dingin.“Soal kejadian tadi malam, bagaimana kamu mau ceritakan ke Siska?”Entah kenapa, perasaanku jadi tidak tenang. Hatiku gelisah dan ada sensasi aneh yang muncul.“Itu salahku, aku yang terlalu impulsif. Anggap saja nggak
Tiba-tiba, sebuah suara langsung memudarkan semangatku.Ranjangku berada dekat pintu, jadi setiap suara sekecil apapun yang datang dari koridor bisa terdengar jelas.“Mbak, dia benar-benar sakit perut, kami nggak bohong ….”“Belakangan ini situasinya sangat ketat, nggak ada yang diperbolehkan keluar masuk sembarangan. Lagipula, ini juga sudah larut malam, klinik kampus juga tutup, lebih baik pulang dan minum obat saja ….”Itu suaranya Sella, tak salah.Mereka diusir kembali?Tentu saja, Tina juga menyadari hal ini. Dia berkata pelan, “Mereka sudah pulang!”Mendengar suara yang semakin mendekat, aku merasa alarm dalam diriku berbunyi keras.Aku masih tidur di ranjang Tina, jangan sampai Siska melihatnya!Aku tidak bisa tinggal di sini.Dengan terpaksa, aku segera melompat dari ranjang.Saat pintu hampir terbuka, aku dengan cekatan melompat keluar lewat jendela.Memang benar, akhir-akhir ini pengawasan sangat ketat. Ketika keluar dari asrama putri, aku sempat menoleh, terlihat ada orang
”Dia sakit?” tanyaku terkejut.Tina balik bertanya, “Kamu nggak tahu?”“Nggak tahu. Setelah lampu dimatikan, aku panjat jendela ke asrama buat melihat dia.”Aku langsung panik, sampai melupakan soal Sella.Beda dari kemarin, biasanya aku menyelinap dulu ke asrama putri, bersembunyi di ranjang pacarku. Setelah pengecekan kamar selesai, barulah kami bersenang-senang.Tapi setelah aku ketahuan pagi ini, penjagaan di asrama putri pasti semakin ketat. Aku tak mungkin bisa bersembunyi lagi di waktu pengecekan.Jadi, satu-satunya cara biar bisa tetap bermalam di asrama putri adalah … memanjat jendela.Begitu pengecekan selesai, aku langsung panjat teralis jendela di gedung asrama.“Cepat buka jendelanya!”Pacarku membuka jendela, sambil mengomel, “Kamu sudah gila? Ini lantai tiga, lho!”“Demi kamu, lantai tiga puluh pun aku bersedia!”Suasana di dalam kamar langsung penuh bisikan heboh. Tina dan temannya sampai menyeletuk gombalanku.“Sudah merasa lebih enak?” tanyaku.Pacarku kelihatan sanga