Short
Atasanku Menggodaku

Atasanku Menggodaku

By:  CitraniKumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
9Mga Kabanata
8views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Atasanku adalah pria yang genit! Saat rapat, dia mendapatkan remote yang bisa mengontrol nafsuku secara tidak sengaja, tapi dia malah menyetel ke tingkat maksimum. Seketika membuat diriku tidak bisa menahan.

view more

Kabanata 1

Bab 1

Atasanku benar-benar orang mesum!

Saat rapat, dia menemukan remot kecil milikku yang jatuh, lalu menekan kecepatan maksimal, membuatku tidak tahan!

Sebagai staf kecil di bagian administrasi, jika para bos rapat, tugasku hanya menyuguhkan teh dan air putih.

Tiba-tiba terdengar suara barang jatuh, sebuah remote kecil jatuh dari saku jas kerjaku.

Aku panik dan buru-buru ingin memungutnya.

Namun, sebuah tangan besar dengan jari-jari ramping lebih cepat dan mengambilnya terlebih dulu.

Ternyata itu adalah Direktur Pemasaran kami, Ben Darius, pria yang jadi bahan fantasi nomor satu di antara para wanita di kantor!

"Pak Ben .... Ah!"

Aku hendak bicara, tetapi seketika tubuhku terasa kesemutan dan gemetar.

Aku nyaris tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara.

Aku buru-buru menutup mulut dan merapatkan kedua kakiku.

Dengan ekspresi kesal dan sedih, aku menatap Ben yang tampak santai memainkan remote kontrol itu.

Di remote itu ada tombol bernomor dari satu sampai lima.

Itu menunjukkan lima tingkat kecepatan.

Sekarang, sepertinya dia sedang menekan tombol satu.

Untung saja saat itu ada orang yang sedang berbicara di ruang rapat, jadi suasananya agak bising.

Karena itu, tidak ada seorang pun yang menyadari adanya suara getaran aneh seperti suara lebah yang berasal dari dalam rok ketatku.

"Tolong, jangan pencet lagi."

Aku memohon dalam hati dengan putus asa.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Ben malah menekan tombol nomor dua sekali lagi!

Getaran yang ditimbulkan kali ini jauh lebih kuat.

Saking kuatnya, aku merasa seolah seluruh sarafku tersengat hingga tubuhku bergetar tak terkendali.

Aku sampai menggigit bibir sekeras mungkin agar tidak mengeluarkan suara.

Meski aku berdiri diam di tempat, kedua kakiku malah bergerak tanpa sadar, saling bergesekan dan ingin saling membelit.

Hanya dengan begitu, aku bisa merasa sedikit lebih nyaman.

"Bu Luna."

Ben tiba-tiba memanggil namaku. "Wajahmu kok merah? Apa AC-nya terlalu panas? Atau kamu sedang demam?"

Yang panas itu hatiku, oke?

"Nggak ... nggak apa-apa."

Aku hanya bisa menjawab dengan suara lirih nyaris tak terdengar.

"Tuangkan aku segelas air."

Ben menunjuk ke arah cangkirnya.

"Baik."

Dengan susah payah aku melangkah ke arahnya.

Aku mengangkat teko dan menuangkan air, bunyinya cukup keras.

Untung saja ada suara ini sebagai pengalihan, jadi orang lain tidak menyadari bahwa di dalam tubuhku ada sesuatu yang mulai berdetak pelan.

"Kenapa tanganmu gemetar?"

Ben bertanya sambil tersenyum tipis.

Tentu saja aku tidak mungkin jujur dan bilang ini semua salah dia.

"Tekonya agak berat."

Aku menjawab dengan gelisah.

"Kamu harus hati-hati, ya."

Ben tersenyum. Lalu, di depanku, dia ternyata sudah menekan tombol nomor tiga.

Astaga!

Level satu dan dua saja sudah membuatku sangat kacau, hampir tidak bisa menahannya.

Di atas level tiga semuanya adalah mode kecepatan tinggi!

Bukan cuma arus listriknya bertambah, frekuensinya juga meningkat, bahkan otomatis masuk ke mode gelombang kejut!

Aku dibuat kelabakan oleh rangsangan yang tiba-tiba meningkat tajam ini, rasanya seperti sedang berselancar.

Kadang aku melesat di puncak ombak, kadang terombang-ambing di lembahnya.

Terkadang seperti terjatuh ke kutub yang membekukan tulang, kadang seperti tercebur ke magma yang panasnya menggila.

Dalam naik turunnya perasaan itu, aku perlahan-lahan mulai kehilangan kendali.

"Ah!"

Tanganku gemetar, nyaris saja air panas dalam genggamanku tumpah ke wajah Ben yang luar biasa tampan itu.

Seberapa tampannya wajah itu?

Gosip yang sering kudengar adalah alasan Ben bisa menjadi direktur penjualan dengan prestasi yang luar biasa jauh di atas yang lain.

Itu karena dia 'menaklukkan' para klien wanita satu per satu.

Gigolo nomor satu di perusahaan!

"Hati-hati."

Ben sigap mengambil termosku dan meletakkannya di meja.

Tangan Ben sempat menopang pinggangku juga.

Sentuhan itu sungguh fatal!

Seluruh kehendak dan tenaga yang kumiliki saat ini tercurah pada perlawanan terhadap sensasi yang aneh, terkutuk, tetapi sungguh menggoda.

Tubuhku begitu rapuh dan sensitif.

Begitu Ben menahanku, tubuhku langsung lemas, aku tidak bisa mengontrol diri, bahkan sempat mendesah pelan sebelum jatuh ke tubuhnya!

Lelaki ini benar-benar kokoh!

Keras sekali!

Aroma hormon maskulin yang kental tercium di hidungku, membuatku sedikit lupa diri, bahkan merasa betah dan tidak ingin pergi!

Aku benar-benar tidak menyangka, meskipun terlihat kurus dari luar, tubuh Ben ternyata sangat bagus.

Bahkan melalui kemeja pun, aku bisa merasakan otot perutnya yang kencang!

"Kamu nggak apa-apa?"

Suara Ben terdengar di telingaku.

"Aku ... aku nggak apa-apa."

Aku ingin bangkit, tetapi tubuhku terasa lemas dan sama sekali tidak punya tenaga.

Aku sangat tergoda oleh aura maskulin yang menyelimuti Ben.

"Kamu benaran nggak apa-apa?"

Nada bicara Ben terdengar seperti sedang mengejek.

Dia bahkan menekan tombol ke level empat!

Aku tidak ingin ini terjadi!

Namun, aku sungguh tidak bisa mengendalikan diriku!

Tubuhku mulai dengan sendirinya mendekat dan bergesekan dengan tubuh Ben.

Meskipun aku tidak berani terlalu keras, tidak berani terlalu besar gerakannya, gesekan dan tekanan ini tetap membuat hasratku yang terus berteriak-teriak akhirnya sedikit terlampiaskan.

Aku merasa sangat bahagia sampai ingin menangis.

Namun, aku masih ingin lebih dari ini.

Akan tetapi, aku tidak berani!

Ini ruang rapat!

Awalnya, Ben duduk di pojok ruangan.

Peserta rapat semuanya sedang fokus melihat presentasi di layar besar, tidak ada yang memperhatikan aku dan Ben.

Namun, saat itu, aku langsung menelungkup di tubuh Ben dan langsung menarik perhatian.

Aku benar-benar ingin menghilang dari muka bumi!

Gila!

Aku benaran malu setengah mati hari ini!

Saat ini, Ben malah berbisik pelan di telingaku, "Celanaku kenapa basah?"

Aku benar-benar hampir gila karena malu dan kesal!

Namun, juga sangat merasa tidak adil!

Siapa suruh kamu iseng memainkan remote, bahkan sampai ke level empat pula.

"Bu Luna sedang nggak enak badan. Aku akan membantunya keluar sebentar."

Akhirnya, Ben mulai sadar diri dan memperlakukan orang lain dengan layak.

Dengan sangat sopan, dia berdiri dan membantuku berjalan keluar dari ruang rapat.

Aku benar-benar bersandar padanya, seperti hewan pemalas yang menempel di pohon.

Sebenarnya, aku sangat ingin merangkul leher Ben, mencari sandaran dan tempat bergantung.

Namun, aku malu.

Dalam kondisi tubuhku yang lemas dan kesemutan seperti ini, jika Ben hanya memapahku, langkahku akan sempoyongan ke sana kemari.

Seperti orang mabuk.

Saat aku merasa bingung dan tak tahu harus bagaimana, tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang hangat dan kuat, diam-diam menopang bagian bawah pinggulku.

Tangan itu tersembunyi di balik jasku, jadi orang lain tidak bisa melihatnya.

Hanya aku yang benar-benar bisa merasakan kekuatan yang diberikan tangan itu!

Kekuatan itu bahkan terasa mendominasi!

Meski aku malu, aku justru menikmati rasa dominan itu.

Bahkan aku ingin menyesuaikan diri, menerima, dan menyambutnya.

Untungnya, aku masih punya rasa malu.

Aku tidak berani terlalu berbuat semaunya sendiri, hanya bisa membiarkan Ben menggendongku keluar dari ruang rapat.

"Tolong antar aku ke kamar mandi."

Di seberang lorong, ada sebuah cermin besar, biasanya dipakai para karyawan untuk merapikan penampilan.

Aku melihat diriku sendiri di cermin itu.

Wajahku memerah, pakaianku berantakan, pandanganku kosong, dan napasku terengah-engah.

Astaga!

Apa yang sudah aku lakukan hari ini?

Citra perempuan muda polos dan anggun yang sudah aku bangun selama bertahun-tahun jadi hancur gara-gara satu alat ini!

Ben mengantarku sampai ke pintu kamar mandi perempuan.

Aku berpegangan ke dinding, melangkah pelan-pelan masuk ke dalam.

Aku tidak berani berjalan cepat.

Sebenarnya aku ingin mengingatkan Ben agar mencuci tangan, tetapi mulutku benar-benar tidak bisa berbicara.

Dengan susah payah, aku masuk ke bilik toilet.

Tubuhku langsung lemas begitu duduk di atas toilet.

"Bzzz!"

Suaranya makin keras!

Sekarang bahkan ada efek lampu berkedip pula!

Sialan!

Dasar Ben berengsek! Dia menekan tombol lima!

Kamu sebegitu inginnya bermain, ya?

Aku merasa malu dan marah pada saat yang bersamaan!

Namun, aku tidak sempat memikirkan hal lain. Aku buru-buru menekan tombol siram di toilet.

Menggunakan suara air mengalir dari toilet untuk menutupi suara rintihan kecil yang selama ini kutahan dan akhirnya bisa sedikit dikeluarkan.

Dengan tangan gemetar, aku membuka rokkuyang ketat, lalu melepas stoking mengkilap itu.

Seperti melampiaskan kemarahan, aku melemparkan benda kecil berwarna pink yang masih bergetar itu ke lantai.

Aku menghela napas panjang.

Akhirnya bebas juga!

Sahabat sialan, kamu benar-benar telah mencelakakanku!
Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
9 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status