Dilla mengutuk mulut Bella yang begitu lantang memanggil Kania, dia cemas, dia takut pria itu bisa melihat Kania di belakang tubuhnya.
Untungnya tiga detik kemudian tubuh Kania sudah menghilang ke balik panggung.Dilla segera memberi tanda pada salah seorang anggota grup bandnya agar mengiringi Bella bernyanyi.Akhirnya keadaan mulai terkendali.Perlahan Dilla pun menghilang meninggalkan Bella dengan suaranya yang pas pasan, Dilla pergi mencari Kania yang telah bersembunyi terlebih dahulu.Dilla menemukan Kania, lalu mereka segera pergi melewati jalan darurat hingga akhirnya mereka tiba di tempat kosong di sebelah ruang kontrol.Dilla melihat ruang kontrol itu lalu timbul idenya untuk membuat kekacauan agar mereka bisa pergi dengan aman."Kita bisa pergi dengan lebih sukses jika rencanaku berhasil.""Rencana apa?" Tanya Kania."Ini." Kata Dilla sambil tangannya melambai menunjuk ke arah lemari yang penuh dengan panel kontrol.SeketikaKania berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai manajer keuangan di perusahaan outsourcing yang melayani segala keperluan PT Antampura.Bagi Kania saat orang HRD membacakan gajinya, tunjangannya dan berbagai bonus finansial yang bisa didapatkannya, semuanya menguap dan tidak penting saat Kania teringat satu lagi anak tangga yang berhasil didakinya membuat ia semakin dekat dengan rencana semula untuk membalas sakit hatinya, membalas perlakuan mereka yang membiarkan ayahnya terkapar sampai mati, dan yang paling penting mengambil kembali perusahaan dan rumah keluarga yang mereka rampas.Kania sangat senang hatinya.Dia mencoba setelan yang akan dia kenakan di hari pertama dia bekerja. Kania benar-benar tidak bisa menyembunyikan perasaan dan gairah besar yang melandanya. Hari pertama bekerja pun tiba, Kania sudah berada di depan gedung kantor tempatnya bekerja. Kania menatap dengan tatapan yang sangat serius dan memantapkan hatinya untuk sukses mencapai tujuannya.
Kania mematung dengan bingung, tak tahu harus berbuat apa.Pemuda tengil yang memanggilnya masih berada diposisinya dan menatap Kania dengan tatapan mata genit.“Ah kenapa kamu masih di sini?” tanya Pak Richard yang baru memperhatikan sekeliling. Kania menatap pak Richard dan pemuda tengil itu bergantian."Anda memanggil saya?" Tanya Kania berusaha sopan kepada anak muda yang dia tidak tahu itu siapa.Pemuda tengil itu mengerucutkan bibirnya. "Tidak, aku memanggilmu? Namamu saja aku tidak tahu." Kania memandang tajam, tahulah dia pemuda tengil itu sedang mengerjainya. “Kau boleh keluar, nanti akan aku periksa laporannya,” ucap Pak Richard yang kembali tenggelam dalam berkasnya.“Baik Pak, maaf sudah mengganggu,” ucap Kania dan berjalan keluar saat ia menyadari pemuda itu terus menatapnya.'benar-benar pemuda sialan,' batin Kania.“Bagaimana hari pertamamu bekerja di sini?” tanya Pak Richard tiba-tiba, membuat langkah Kania terhenti dan berbalik ke arah Bosnya.“Ah ... baik P
Hari berlalu dengan cepat, sudah beberapa minggu Kania beradaptasi dengan lingkungan kerja dan banyaknya pekerjaan yang harus ia handle. Beberapa hari terakhir Kania harus lembur untuk memperbaiki dan mengejar ketinggalannya, mengerjakan PR-nya.“Kania apa laporan minggu kemarin sudah kamu buat?” tanya Lisa.“Baru saja selesai, sudah aku kirim lewat email,” ucap Kania. "Untunglah." Lisa menggumam sambil menggeliat. "Eh..sorry ya Lis, kalau tahu sepenting itu kemaren aku bawa pulang berkasnya biar bisa kerjain di rumah.""Nggak apa-apa Nia, cuma itu kan laporan pertanggungjawaban kita kePT Antampura, jadi sebisa mungkin jangan terlambat, Bos Tampan sih nggak masalah tapi kita berusaha sebisa mungkin jangan terlambat biar performa kita excellent." Papar Lisa. "Karena Antampura perusahaan cukup besar?" "Karena Antampura perusahaan paling besar yang pernah kita layani.""Kalau PT Nikelindo?" Kania berusaha terlihat sambil lalu saat menanyakan PT Nikelindo walau dadanya sangat
Kania berusaha mengerjakan tugasnya sesempurna mungkin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya! Sampai-sampai Kania lupa untuk istirahat. Tiara datang dan memberikan sebungkus roti dan secangkir kopi.“Makanlah dulu, jangan terlalu serius bekerja sampai lupa makan,” ucap Tiara.“Terimakasih, aku memang lapar dari tadi tapi telepon tidak berhenti berdering,” ucap Kania menatap dengan penuh haru.“Itu cobaan hidup yang harus kau terima!”Sontak Kania tersenyum. "Nggak sampai segitu juga kali." Tiara pun kembali ke mejanya sambil tertawa, setelah memberikan semangat untuk Kania. Kania meminum kopinya dan memakan sepotong roti yang diberikan oleh Tiara, siap untuk meneruskan pekerjaannya. Hingga waktu berlalu cepat dan tidak terasa sudah cukup larut.“Ya ampun, aku hampir lupa pulang,” ucap Kania dan melihat ke sekeliling yang sudah sepi. Bahkan beberapa lampu ruangan pun sudah dimatikan.Kania mematikan komputernya dan bersiap untuk pulang. Ia berjalan dengan semangat walau jiwa r
Setelah menangis semalaman karena perasaan bersalahnya pada Nicho bercampur perasaan sedih dan merana, kini Kania sedang mendinginkan matanya agar tidak kelihatan bengkak dan sembab. Ia menaruh sendok yang baru saja ia ambil dari dalam kulkas. “Non mau sarapan apa? Biar Bibik siapkan,” tanya Bibik yang sudah sibuk di dapur.“Roti bakar aja Bik sama kopi. Kania harus berangkat lebih pagi karena ada acara penting hari ini,” ucap Kania masih pada posisinya berdiri.“Apa itu akan berhasil?” tanya Bibi sambil mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai strawberry.“Acaranya Bik? Yah pasti berhasillah Bik, semua orang yang kebagian tugas nggak berani main-main."Kania menjawab santai. Gerakan Bibik terhenti.Bibik menengadah lalu meletakkan ujung jarinya di mata. Tahulah Kania apa yang Bibik maksud. "Oalah sendok ini, Bik?”Kania tersenyum dalam hati, ya jelaslah Bibik nanya matanya yang bengkak...kan Bibik nggak tahu tentang acara besar yang ditanganinya.“Iya.”“S
"Aku sudah melihatnya, dia benar-benar tampan bak pangeran negri dongeng!” Sambil bekerja mereka bersenda gurau, bergosip tentang bos Antampura yang cakepnya minta ampun.“Aku baru lihat dari belakangnya saja, sudah merinding. Bahunya itu loh, kekar dan tegap oh ... dari luar saja penampakannya sudah begitu. Apa lagi kalau nggak pakai apa-apa?”"Polosan maksudmu?""Yap, polosan.""Tak terbayangkan."Para pegawai itu semakin heboh bergosip ria, Kania yang berdiri tak jauh hanya mendengarkan saja tanpa ingin tahu lebih lanjut karena baginya satu satunya pria tertampan hanyalah PRIA SEMALAM-NYA.Kania tertunduk dengan senyuman kecil di wajahnya, ingatannya melayang ke sosok kekar dengan tinggi lebih dari 180 cm yang begitu tampan dengan raut maskulin dan mata abu-abu cerdas, sosok kekar dan gagah perkasa yang begitu lembut di ranjang. Pria yang bisa melakukan banyak hal, memperkenalkan Kania pada kenikmatan.Jika hanya teringat tentang kenikmatan mungkin Kania akan membiarkan angannya
Hari sudah semakin siang, dan semua pekerjaan telah selesai dengan memuaskan. "Thank you semua." "Sama-sama, Bu. Kami permisi." "Permisi, Bu." Para pemuda yang telah menyelesaikan tugas itu pun berpamitan dan berlalu dengan senyum di wajah. Biasa mereka ditegur, disindir, dibentak dan sejenisnya, akan tetapi hari ini mereka sangat senang karena orang baru wakil dari CV SayOnTrack begitu menyenangkan. Sudah ramah, lembut, cantik pula.Nggak ada acara marah, negur pun dengan memanusiakan mereka. Sepanjang jalan mereka membahas tentang apa yang baru mereka alami.Sepeninggal mereka, sekali lagi Kania mengecek ulang.Kania berharap semoga semua yang mereka kerjakan bertahan hingga pesta usai. Kania segera mengganti pakaian kerjanya dengan gaun one piece yang akan lebih cocok saat dia membaur di tengah pesta untuk mengawasi jalannya acara dan mengawasi keadaan. Sengaja Kania mencari gaunnya yang paling sederhana. Akan tetapi t
Kania mengamati terus...dia merasa tidak asing dengan postur tubuh kekar pria itu, tapi dia tidak bisa memastikannya karena dari tempatnya berdiri dia tidak bisa melihat wajahnya.Kembali pria itu memalingkan wajahnya melihat sekeliling seperti sedang mencari sesuatu, membungkuk dan berbisik di telinga pria yang lebih pendek sebelum menegakkan badannya lalu melangkah menjauhi panggung.Kania pun ikut melihat dan mengawasi sekeliling, dia tidak tahu apa yang sedang dicari oleh Owner PT Antampura itu.Kania teringat tugasnya untuk memastikan dekorasi tetap pada tempatnya jadinya Kania kembali berjalan keliling ruangan. Pertama dia menuju ke arah pandangan Sang Owner, karena tidak melihat ada yang harus dibenahi, Kania meneruskan perjalanannya.Saat itulah dia melihat seorang nenek hampir saja terpeleset, jadi Kania memeluk bahu sang nenek, Kania lumayan kewalahan menjaga keseimbangannya karena tubuh sang nenek yang tidak kecil. Kania menahan keseimbang