"Apa maksud kamu? Apa kami telah berbuat kesalahan sama kamu selama liburan kita?" tanya Sarah cepat.
"Ya, tentu. Ini salah kalian! Kalian yang ngasih aku minuman malam itu, padahal kalian tahu aku gak pernah minum!" jawab Vyolin dengan wajah memerah."Ya, bukan kah itu bukan masalah besar?" tanya Sarah tanpa ekspresi terkejut."Itu sumber masalah besar, dan aku merasa akan benar-benar jadi orang gila sekarang!" jawab Vyolin dengan tiba-tiba saja menjatuhkan gelas jus ke lantai.Sarah begitu terkejut dan terperanjat dari kursinya, dia hanya bisa melihat saja pada pecahan kaca yang berserakan di hadapan mereka. Kini mereka menjadi perhatian setiap orang di cafe. Kevin yang sejak tadi hanya melihat dari luar kafe pun segera masuk menghampiri Vyolin.**Kevin segera membawa Vyolin pulang, setelah menyelesaikan masalah di cafe. Sepanjang perjalanan, Kevin terus memperhatikan Vyolin. Berpikir keras mengapa Vyolin yang sangat ramah dan lembut, tiba-tiba menjadi tak bisa ditebak.Sarah yang merasa bingung, segera menghubungi kedua sahabat mereka yang lain. Membuat rencana untuk segera bertemu membahas tentang Vyolin. Setibanya di rumah, Vyolin langsung saja berjalan cepat menuju kamarnya. Membanting keras daun pintu, lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut di atas tempat tidur.Kevin hanya bisa terheran-heran, merasa serba salah dan khawatir. Namun, akhirnya Kevin memilih untuk sejenak mengabaikan saja istrinya itu.…Saat ini, Kevin merasa baru menyadari bahwa suasana rumah mereka tak seperti dulu lagi. Sikap Vyolin berubah, hingga setiap sisi rumah pun terlihat berantakan.Baru sebulan ini, Kevin dipindahkan bekerja di tempat baru. Perlu penyesuaian dan banyak tugas-tugas baru, membuatnya hampir tak sempat memperhatikan keadaan rumah.Jari-jari yang biasanya hanya sibuk dengan tombol-tombol keyboard, sekarang harus berkutat dengan busa sabun untuk membereskan cucian perabotan kotor yang menumpuk di wastafel. Belum lagi pakaian kotor di mesin cuci. Juga lantai-lantai berdebu yang entah sudah berapa lama diabaikan Vyolin.Kevin merasa Vyolin telah menyimpan sebuah masalah besar sendirian, tak ingin membaginya dengan Kevin. Juga dengan sahabat-sahabatnya."Tapi apa?" gumam Kevin di sela gerakannya mengepel lantai."Apa karena perselingkuhannya? Dia merasa takut kalau aku mengetahui semuanya? Ya, pasti begitu!" lanjut Kevin, kembali berbicara dengan pikirannya sendiri.Kevin begitu mencintai Vyolin. Meski, saat ini dia merasa telah dikhianati. Rasa ibanya pada Vyolin begitu besar, tak mampu bila harus meninggalkan perempuan yang telah mendampinginya sejak awal itu. Satu-satunya perempuan yang selalu mendukungnya dalam suka dan duka.**Kelelahan membersihkan rumah, membuat Kevin tertidur di sofa ruang tamu. Sedangkan di tempat lain yang tak jauh dari kediaman mereka, Anne dan Selena sedang menunggu kedatangan Sarah di tepi jalan."Kita harus datang ke rumahnya dan bertanya langsung, apa yang sebenarnya terjadi!" Anna terlihat begitu berapi-api. "Kalian di sini? Sudah aku bilang kita gak usah ke rumahnya dulu!" Sarah baru saja turun dari mobilnya."Anna maksa aku untuk ikut sama dia, Sarah. Aku benar-benar tegang, ada apa sih sebenarnya? Sudah beberapa bulan Vyolin gak menghubungi kita kan," sahut Selena.Sarah adalah yang paling dewasa pemikirannya di perkumpulan persahabatan mereka, sedangkan Anna adalah yang selalu bersikap sesuai kehendaknya sendiri. Selena adalah yang paling muda, dan yang paling sensitif."Ayo, kita masuk dulu. Kita obrolin di dalam!" Ajak Sarah sembari berjalan mendahului menuju sebuah kafe kecil yang paling dekat dengan mereka.Ketiga perempuan cantik itu tampak tegang, hingga tak terpikir untuk memesan apa pun."Kevin bilang sama aku, kalau Vyolin sedang hamil," ucap Sarah.Anna dan Selena sontak saja saling berpandangan dengan kelopak mata melebar. Senyuman pun mengembang di wajah keduanya."Apa kamu serius, Sarah? Waw, kita harus ngerayain ini kan?!" Ucap Anna bersemangat."Kamu benar, Anna. Itu sebuah keajaiban dalam hubungan mereka," sambung Selena yang bahkan meneteskan air mata bahagia."Hey, Gaes. Dii sini lah letak masalahnya. Dari sikap Vyolin dan Kevin, aku rasa mereka gak sebahagia itu menyambut bayi mereka," ujar Sarah.Langit seketika mendung, saat Vyolin dan Kevin baru saja membawa Vyona memasuki mobil. Mereka berencana untuk makan malam di sebuah restoran mewah, bertepatan dengan hari jadi pernikahan mereka yang ke delapan tahun. Karena khawatir pada cuaca takut semakin buruk, Vyolin pun mengatakan pada Kevin untuk di menunda rencana mereka."Aku sudah booking mejanya, Sayang," ucap Kevin menyesal."Gak apa-apa, Mas. Mungkin bukan rejeki kita," sahut Vyolin."Jadi? Gimana?" tanya Kevin sambil menggendong Vyona masuk ke rumah."Kamu bawa Vyona ke kamar, aku akan siapkan makan malam," jawab Vyolin sambil lalu menuju dapur.Kevin membawa Vyona ke kamar, memberikan susu dan menggendong bayi kecilnya itu sampai akhirnya tertidur. Saat Vyona telah tertidur, Kevin pun langsung pergi ke dapur.Area makan tampak gelap, hanya ada penerangan dari tiga lilin yang menyala di meja makan. Asap masih mengepul dari dua piring berisi spagheti dengan saus tomat bertoping keju. Kevin tersenyum, melihat hasil kerja Vy
Pukul delapan pagi, tepat di pertengahan musim dingin. Masjid Jami Tokyo, tampak ramai menggelar acara pernikahan Tomo dan Donita. Keluarga inti Tomo datang, juga beberapa teman lamanya yang asli tinggal di Jepang. Donita hanya mengundang Hendrik dan Brandon, sedang pernikahannya akan diwakilkan wali hakim.Menggunakan gaun pengantin serba putih, Donita terlihat begitu cantik. Dengan kerudung warna senada berhiaskan renda-renda rajutan sederhana, Donita menjadi pusat perhatian semua yang datang. Tomo terus tersenyum melihat gadis cantik yang kini duduk di sampingnya, sosok yang akan mendampinginya menjalani sisa waktu seumur hidup."Nih, tissu," ucap Brandon menjulurkan sebungkus kecil tisu saku."Ish, kain serbet aja kalau ada," sahut Hendrik ketus."Hahaha. Gak nyangka, ya. Donita akan nikah ngeduluin kita," ujar Brandon sembari menikmati kue cemilan manis yang disediakan keluarga pengantin."Cewek kan memang gitu, selalu pengen ngeduluin," sahut Hendrik."Kita pulang dari sini, har
Sebulan setelah melalui perawatan intensif di rumah sakit, Ayah Mike telah sadarkan diri dan bisa kembali ke rumah. Shock berat membuatnya tak lagi bisa bergerak bebas seperti dulu. Air matanya tumpah lagi, saat mengetahui menantu dan calon cucunya telah tiada.Ibu Mike menyimpan nomor ponsel Vyolin, dan sering meminta Vyolin untuk datang berkunjung. Seperti hari ini, Vyolin membawa Vyona datang ke rumah keluarga besar Baskoro Group. Menghibur orang tua Mike yang masih merasa berduka."Kalian orang-orang yang baik," ucap Ayah Mike saat Vyolin mengupaskan buah jeruk untuknya."Anda juga, Pak," sahut Vyolin lalu tersenyum."Di mana suamimu?" tanya Ayah Mike. Sudah beberapa kali dia menanyakan Kevin. "Masih di kantor, Pah. Sudah dibilang dari tadi," sahut Ibu Mike dengan raut kesal karena Ayah Mike terus mengulang pertanyaan.Sesuatu terjadi pada saraf otak Ayah Mike, membuatnya sulit konsentrasi dan mudah lupa. "Ah, iya. Mau kah suamimu melanjutkan bisnis kami?" tanya Ayah Mike tiba-t
Kembali ke dalam sel, Mike disambut wajah duka teman-temannya. Hampir semua orang di sel juga sudah mengetahui perihal nasib malang yang dideritanya. Mike langsung membaringkan tubuhnya ke pojokan sel, menghadap dinding. Tidak ada yang berani mengajaknya bicara. Dalam tatapan kosongnya, Mike terus bertemu dengan bayang-bayang Rianti. Senyum istrinya, bahkan keributan-keributan yang dulu terjadi, Mike merindukan masa-masa itu."Apa kurangnya aku, Mike? Sampai kamu harus begitu ingin mendapatkan anak dari istri orang lain!" Mike kembali teringat pertengkaran mereka saat itu.Mike kembali menyalahkan dirinya sendiri, tentang mengapa semuanya terjadi. Dia langsung beranjak duduk, dan perlahan-lahan membenturkan kepalanya ke dinding. Semakin lama semakin keras."Bos, berhenti, Bos," ucap seorang teman Mike di sel yang langsung mencoba menghentikan Mike.Mike tak bergeming, terus mencoba membenturkan kepalanya dengan keras ke dinding. Semua orang akhirnya menahan tubuhnya, hingga menjauhi
Rianti masih berada di kamar jenajah, tepatnya di sebuah lemari pendingin khusus. Jasadnya telah dibersihkan dari peluru, hanya tertinggal bekas luka yang membuat merinding siapa saja yang melihatnya.Ibu Mike mengumpulkan keberanian dan kekuatan untuk pergi ke penjara, tempat Mike ditahan. Bersama dengan dua orang pengacara keluarga mereka. Sedangkan Ayah Mike masih dirawat karena koma, serangan jantungnya tak pernah sehebat ini sebelumnya.Mendengar kedatangan Ibunya, Mike merasa senang. Orang tuanya belum pernah datang sebelumnya, walau selalu menanyakan kabarnya pada Rianti. "Mamah, senangnya aku lihat Mamah mau datang," ucap Mike dengan senyum lebar."Ma-maaf, Mamah baru sempat datang," sahut Ibu Mike dengan suara yang begitu berat."Gak apa-apa, Mah. Mamah apa kabar?" tanya Mike.Ibu Mike langsung merasakan sesak di dadanya, mengingat kabar buruk yang saat ini menimpa keluarganya. Segera dia beranjak dari kursi, meninggalkan meja pertemuan dengan Mike dan menangis di luar ruang
Rianti begitu marah dengan sikap Andrew yang diterimanya pagi ini, tak menunggu waktu lama dia pun segera pergi ke kediaman Ayah mertuanya, CEO Samudera."Mungkin dia pikir, aku gak akan berani mengadu!" ucap Rianti saat melangkah keluar rumah.Sopir pribadi pun langsung melajukan mobil, mengantarkan Rianti ke rumah CEO Samudera. Dengan perasaan gugup,.Rianti mencoba menyusun kalimat yang akan disampaikannya nanti di hadapan Ayah mertuanya.Meski pun kinerja Andrew bagus untuk perusahaan, nyatanya Andrew punya attitude yang buruk. Andrew bahkan sudah berani merendahkan Mike di hadapan Rianti."Menantu, tumben datang ke sini," ucap CEO Samudera yang kebetulan sedang bersantai minum teh di taman depan rumah. Rianti langsung menuju ke sana setelah diberitahu pelayan."Ada apa, Rianti? Perut kamu sakit?" tanya Ibu Mike yang juga ada di sana."Bu-bukan, Mah. Bukan perut yang sakit, tapi hati," jawab Rianti dengan mata berkaca-kaca.Rianti langsung duduk di kursi kosong sebelah Ibu Mertuany