Tujuh tahun menanti kelahiran seorang bayi, Kevin & Vyolin akhirnya memiliki seorang anak. Akan tetapi, Kevin malah curiga kalau anaknya itu bukan darah dagingnya sendiri karena ia divonis sulit memiliki keturunan. Namun, Kevin merahasiakan penyakitnya tersebut dari sang istri, sehingga hanya bisa memendam kecewa karena merasa telah dikhianati. Sementara itu, Vyolin pun merahasiakan kasus pelecehan yang sempat menimpanya ketika berlibur bersama teman-temannya di Bali. Vyolin terlalu takut rumah tangganya akan hancur jika ternyata anak ini bukanlah anak dari suaminya. Lantas, apakah anak itu benar-benar hasil dari sebuah hubungan terlarang? Atau justru keajaiban Tuhan sehingga Kevin diberikan keturunan meskipun dokter telah memvonisnya mandul?
Lihat lebih banyakHampir satu jam sudah, Kevin belum merasa siap untuk keluar dari toilet rumah sakit yang dimasukinya. Matanya semakin berair, setiap kali teringat janji setia yang selalu diucapkan Vyolin padanya.
Dua jam yang lalu, ketika langit Jakarta sedang begitu cerah. Kevin merasa seperti telah tersambar petir, saat menemukan perempuan yang sangat dicintainya itu tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi rumah mereka."Saya baru saja pulang dari bekerja, dan saya melihatnya sudah terbaring tak sadarkan diri di lantai kamar mandi," ungkap Kevin pada seorang dokter perempuan yang memintanya datang ke sebuah ruangan khusus.Sejak tiba di rumah sakit, Kevin merasa begitu ketakutan. Selama ini Vyolin, istrinya itu selalu memberinya kejutan yang menyenangkan. Tidak pernah terbesit dalam pikiran Kevin bahwa kejutannya kali ini akan berada di rumah sakit."Anda tidak perlu terlalu khawatir, Tuan Kevin Durrel. Istri anda baru saja melewati masa kritisnya. Kami menemukan bahwa istri anda terlalu banyak meminum pil tidur. Jantungnya sempat melemah, tapi syukur lah anda tidak terlambat membawanya ke sini. Tidak seharusnya ibu yang sedang hamil meminum obat-obatan tinggi dosis," ucap Dokter dengan tanda nama Lucy di jas putihnya itu."A-apa yang baru saja anda katakan, Dokter? Hamil? Vyolin sedang hamil?" tanya Kevin ragu dengan kedua matanya yang seketika membulat."Ya, apakah anda belum mengetahuinya?" Dokter balik bertanya dengan tatapan tak biasa."Dia belum cerita, Dok," jawab Kevin cepat."Kami sudah melakukan pemeriksaan, bayi kalian sudah berusia dua puluh satu minggu," lanjut Dokter Lucy."Dua puluh satu minggu?" tanya Kevin lagi."Ya, memasuki usia kehamilan lima bulan. Saya berharap kejadian ini tidak terulang kembali. Mohon lebih memperhatikan dan menjaga istri anda. Perempuan yang sedang hamil, sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang-orang terdekatnya," jawab Dokter meyakinkan.Dokter Lucy merasa bingung dengan reaksi yang ditunjukkan Kevin. Dia pun menyerahkan bukti-bukti pemeriksaan pada Kevin. Raut wajah Kevin pun semakin terlihat buruk saat harus mempercayai semuanya.Belum habis rasa terkejutnya tadi, kali ini kejutannya sampai membuat Kevin merasa akan mati. Seperti badai petir yang begitu dahsyat baru saja menimpa langit senja di Jakarta.Dengan langkah kaki gontay, Kevin akhirnya keluar dari toilet. Kembali menyusuri lorong rumah sakit untuk menuju tempat di mana Vyolin dirawat inap. Setibanya di depan pintu ruangan perawatan Vyolin, Kevin mengusap wajahnya dengan keras lalu menghembuskan napas lemas. "Sayang, bagaimana keadaan kamu?"Begitu memasuki ruang rawat, Kevin langsung meraih tangan Vyolin yang terkulai lemas. Mengusap kening Vyolin dengan penuh kelembutan.Vyolin hanya menatap Kevin sebentar, lalu kembali memejamkan matanya. Wajah Vyolin begitu pucat, dengan tatap mata yang nampak lelah."Maaf, karena aku gak cukup baik menjaga dan memperhatikan kamu. Kalau saja aku tahu, ini pasti gak perlu terjadi. Kamu pasti kelelahan sendirian," ucap Kevin yang tak berhenti menggenggam dan menciumi tangan Vyolin.Vyolin membuka matanya, lalu tiba-tiba saja dua bola mata indah itu berkaca-kaca. "Apa dia masih di sana?" tanya Vyolin dengan suara yang hampir tak terdengar."Siapa? Bayi kita? Tentu saja, dia sangat kuat seperti kamu, Sayang," jawab Kevin dengan senyuman mengembang.Dada Vyolin tiba-tiba saja kembang kempis, lalu melepaskan pegangan tangan Kevin dan membalikkan badan. Memunggungi Kevin."Kamu butuh banyak istirahat, tidur aja, ya. Aku mau keluar sebentar beli makanan," ucap Kevin.Kevin berlalu pergi dari ruang perawatan Vyolin, hanya berbalik sebentar untuk memastikan lagi keadaan Vyolin. Lalu benar-benar pergi menjauh dari ruang perawatan yang begitu sepi.Beberapa saat setelah kepergian Kevin, tangisan Vyolin pun pecah. Dia meremas-remas perut dengan penuh kemarahan, lalu menjerit di dalam selimut."Kenapa kamu gak bisa mati? Kenapa!" jerit Vyolin, lalu terus menangis hingga sesenggukan di atas tempat tidurnya.…Kevin Durrel kembali ke kamar rawat inap Vyolin, dengan membawa pizza toping sosis dan keju berlimpah kesukaan isterinya itu. Namun, usaha Kevin membujuk Vyolin untuk makan telah gagal. Vyolin memilih untuk menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam selimut.Kevin tahu betul, mengapa kehamilan Vyolin bukan hal yang membahagiakan mereka. Meski selama tujuh tahun ini mereka berdua pun selalu menunggu hadirnya malaikat kecil di tengah-tengah mereka.Apa yang mereka nantikan, telah diberikan. Namun, Kevin tak menyangka ini adalah buah dari sebuah pengkhianatan. Vyolin mengkhianatinya dan bahkan memberinya calon bayi itu.Kevin merasa dadanya kembali sesak, segera saja dia pergi lagi dari kamar. Laki-laki dengan tubuh tak terlalu berisi itu pun terduduk lemas di kursi depan ruang rawat inap. Mengusap wajahnya berkali-kali, juga meremas-remas rambut hitam ikalnya yang semakin terlihat berantakan."Kevin!" Sayup terdengar suara seseorang memanggil dari kejauhan, Kevin pun melayangkan pandang ke lorong rumah sakit. Sosok tak asing yang lama tak ditemuinya itu pun segera saja tiba di hadapannya."Julia," lirih Kevin, saat perempuan berperawakan tinggi langsing dengan rambut pirang potongan pendek itu berdiri di depannya."Aku tadi mau ke rumah kamu, dan petugas keamanan di sana bilang kalau kamu membawa Vyolin ke rumah sakit. Apa yang terjadi, Kevin?" tanya Julia dengan wajah penuh kecemasan."Vyolin sakit, Julia. Tapi, dia sudah enggak apa-apa, sekarang sedang istirahat di dalam," jawab Kevin."Syukurlah. Tapi kenapa reaksi kamu begini? Vyolin sakit apa?" tanya Julia lagi.Kevin terdiam, merasa ragu untuk menjawab pertanyaan Julia. Julia adalah Kakak sepupu Kevin, saudara terdekat Kevin satu-satunya. Julia bahkan mengetahui rahasia terbesar dalam hidup Kevin."Kevin? Bilang sama aku, apa yang sebenarnya terjadi? Jangan bikin aku cemas kayak gini!" ucap Julia sambil mencengkram lengan Kevin dengan keras."Duduk dulu, Julia," sahut Kevin.Kevin dan Julia pun duduk di kursi panjang depan ruang rawat inap, tak mempedulikan lalu lalang orang di depan mereka. "Buruan cerita, Kevin," ucap Julia dengan tatapan penuh kecurigaan."Julia, dokter yang memeriksa Vyolin bilang kalau … Vyolin hamil," ungkap Kevin dengan suara super pelan."Ya ampun, serius?" tanya Julia dengan tatapam membulat."Ya," jawab Kevin lesu.Julia sumringah, lalu berdiri dari tempat duduknya. Julia kehilangan kontrol gerakan tubuhnya, terlihat begitu terkejut dan bahagia mendengar pernyataan Kevin."Ya ampun, Kevin. Ternyata kamu sengaja ngasih aku kejutan ini. Akhirnya, setelah tujuh tahun. Kalian bakal punya bayi!" seru Julia dengan mata berkaca-kaca.Kevin hanya diam, setelah beberapa saat memperhatikan Julia yang tampak begitu bersyukur."Kenapa, Kevin? Kenapa kamu malah gak bersemangat? Bukannya ini yang sangat kalian inginkan?" Julia kini menatap Kevin dengan tatapan heran."Apa kamu sudah lupa, Julia? Tentang penyakitku yang gak bisa memberikan keturunan," lirih Kevin sambil mengusap sudut mata.Langit seketika mendung, saat Vyolin dan Kevin baru saja membawa Vyona memasuki mobil. Mereka berencana untuk makan malam di sebuah restoran mewah, bertepatan dengan hari jadi pernikahan mereka yang ke delapan tahun. Karena khawatir pada cuaca takut semakin buruk, Vyolin pun mengatakan pada Kevin untuk di menunda rencana mereka."Aku sudah booking mejanya, Sayang," ucap Kevin menyesal."Gak apa-apa, Mas. Mungkin bukan rejeki kita," sahut Vyolin."Jadi? Gimana?" tanya Kevin sambil menggendong Vyona masuk ke rumah."Kamu bawa Vyona ke kamar, aku akan siapkan makan malam," jawab Vyolin sambil lalu menuju dapur.Kevin membawa Vyona ke kamar, memberikan susu dan menggendong bayi kecilnya itu sampai akhirnya tertidur. Saat Vyona telah tertidur, Kevin pun langsung pergi ke dapur.Area makan tampak gelap, hanya ada penerangan dari tiga lilin yang menyala di meja makan. Asap masih mengepul dari dua piring berisi spagheti dengan saus tomat bertoping keju. Kevin tersenyum, melihat hasil kerja Vy
Pukul delapan pagi, tepat di pertengahan musim dingin. Masjid Jami Tokyo, tampak ramai menggelar acara pernikahan Tomo dan Donita. Keluarga inti Tomo datang, juga beberapa teman lamanya yang asli tinggal di Jepang. Donita hanya mengundang Hendrik dan Brandon, sedang pernikahannya akan diwakilkan wali hakim.Menggunakan gaun pengantin serba putih, Donita terlihat begitu cantik. Dengan kerudung warna senada berhiaskan renda-renda rajutan sederhana, Donita menjadi pusat perhatian semua yang datang. Tomo terus tersenyum melihat gadis cantik yang kini duduk di sampingnya, sosok yang akan mendampinginya menjalani sisa waktu seumur hidup."Nih, tissu," ucap Brandon menjulurkan sebungkus kecil tisu saku."Ish, kain serbet aja kalau ada," sahut Hendrik ketus."Hahaha. Gak nyangka, ya. Donita akan nikah ngeduluin kita," ujar Brandon sembari menikmati kue cemilan manis yang disediakan keluarga pengantin."Cewek kan memang gitu, selalu pengen ngeduluin," sahut Hendrik."Kita pulang dari sini, har
Sebulan setelah melalui perawatan intensif di rumah sakit, Ayah Mike telah sadarkan diri dan bisa kembali ke rumah. Shock berat membuatnya tak lagi bisa bergerak bebas seperti dulu. Air matanya tumpah lagi, saat mengetahui menantu dan calon cucunya telah tiada.Ibu Mike menyimpan nomor ponsel Vyolin, dan sering meminta Vyolin untuk datang berkunjung. Seperti hari ini, Vyolin membawa Vyona datang ke rumah keluarga besar Baskoro Group. Menghibur orang tua Mike yang masih merasa berduka."Kalian orang-orang yang baik," ucap Ayah Mike saat Vyolin mengupaskan buah jeruk untuknya."Anda juga, Pak," sahut Vyolin lalu tersenyum."Di mana suamimu?" tanya Ayah Mike. Sudah beberapa kali dia menanyakan Kevin. "Masih di kantor, Pah. Sudah dibilang dari tadi," sahut Ibu Mike dengan raut kesal karena Ayah Mike terus mengulang pertanyaan.Sesuatu terjadi pada saraf otak Ayah Mike, membuatnya sulit konsentrasi dan mudah lupa. "Ah, iya. Mau kah suamimu melanjutkan bisnis kami?" tanya Ayah Mike tiba-t
Kembali ke dalam sel, Mike disambut wajah duka teman-temannya. Hampir semua orang di sel juga sudah mengetahui perihal nasib malang yang dideritanya. Mike langsung membaringkan tubuhnya ke pojokan sel, menghadap dinding. Tidak ada yang berani mengajaknya bicara. Dalam tatapan kosongnya, Mike terus bertemu dengan bayang-bayang Rianti. Senyum istrinya, bahkan keributan-keributan yang dulu terjadi, Mike merindukan masa-masa itu."Apa kurangnya aku, Mike? Sampai kamu harus begitu ingin mendapatkan anak dari istri orang lain!" Mike kembali teringat pertengkaran mereka saat itu.Mike kembali menyalahkan dirinya sendiri, tentang mengapa semuanya terjadi. Dia langsung beranjak duduk, dan perlahan-lahan membenturkan kepalanya ke dinding. Semakin lama semakin keras."Bos, berhenti, Bos," ucap seorang teman Mike di sel yang langsung mencoba menghentikan Mike.Mike tak bergeming, terus mencoba membenturkan kepalanya dengan keras ke dinding. Semua orang akhirnya menahan tubuhnya, hingga menjauhi
Rianti masih berada di kamar jenajah, tepatnya di sebuah lemari pendingin khusus. Jasadnya telah dibersihkan dari peluru, hanya tertinggal bekas luka yang membuat merinding siapa saja yang melihatnya.Ibu Mike mengumpulkan keberanian dan kekuatan untuk pergi ke penjara, tempat Mike ditahan. Bersama dengan dua orang pengacara keluarga mereka. Sedangkan Ayah Mike masih dirawat karena koma, serangan jantungnya tak pernah sehebat ini sebelumnya.Mendengar kedatangan Ibunya, Mike merasa senang. Orang tuanya belum pernah datang sebelumnya, walau selalu menanyakan kabarnya pada Rianti. "Mamah, senangnya aku lihat Mamah mau datang," ucap Mike dengan senyum lebar."Ma-maaf, Mamah baru sempat datang," sahut Ibu Mike dengan suara yang begitu berat."Gak apa-apa, Mah. Mamah apa kabar?" tanya Mike.Ibu Mike langsung merasakan sesak di dadanya, mengingat kabar buruk yang saat ini menimpa keluarganya. Segera dia beranjak dari kursi, meninggalkan meja pertemuan dengan Mike dan menangis di luar ruang
Rianti begitu marah dengan sikap Andrew yang diterimanya pagi ini, tak menunggu waktu lama dia pun segera pergi ke kediaman Ayah mertuanya, CEO Samudera."Mungkin dia pikir, aku gak akan berani mengadu!" ucap Rianti saat melangkah keluar rumah.Sopir pribadi pun langsung melajukan mobil, mengantarkan Rianti ke rumah CEO Samudera. Dengan perasaan gugup,.Rianti mencoba menyusun kalimat yang akan disampaikannya nanti di hadapan Ayah mertuanya.Meski pun kinerja Andrew bagus untuk perusahaan, nyatanya Andrew punya attitude yang buruk. Andrew bahkan sudah berani merendahkan Mike di hadapan Rianti."Menantu, tumben datang ke sini," ucap CEO Samudera yang kebetulan sedang bersantai minum teh di taman depan rumah. Rianti langsung menuju ke sana setelah diberitahu pelayan."Ada apa, Rianti? Perut kamu sakit?" tanya Ibu Mike yang juga ada di sana."Bu-bukan, Mah. Bukan perut yang sakit, tapi hati," jawab Rianti dengan mata berkaca-kaca.Rianti langsung duduk di kursi kosong sebelah Ibu Mertuany
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen