Home / Romansa / Rahasia Cinta / Harshad Alan Akandra

Share

Rahasia Cinta
Rahasia Cinta
Author: Rheena Cleopatra

Harshad Alan Akandra

last update Last Updated: 2021-11-02 16:00:37

Di apartemennya yang terletak di wilayah Park Avenue New York, Harshad membopong sendiri tubuh gadis yang tadi menabraknya, membawanya naik ke apartemen pribadinya. Dua orang yang berjaga di depan kamar menatap bingung kedatangan Harshad, mereka segera mendekat dan bergerak seolah ingin menggantikan posisi Harshad menggendong perempuan tersebut.

"Bukakan pintu!” ucap Harshad, dia tak mengindahkan gerak anak buahnya tadi.

"Baik, tuan,” jawab salah satu dari mereka.

Bryan, sekretaris pribadi Harshad yang sedang berbicara dengan seseorang di telpon langsung berbalik setelah menyadari ada suara derap sepatu yang beradu dengan lantai berjalan mendekat padanya.

"What’s wrong with you?” tanya Bryan setelah mematikan panggilannya. Harshad hanya menoleh sebentar dan memberikan tatapan singa miliknya. “Lo sehat kan?” tambah Bryan.

"Diem lu! Lo beresin semua rumor yang tersebar gara-gara nih cewek, cepetan!” balas Harshad sembari duduk di samping perempuan yang dia baringkan di ranjang miliknya. Bryan berusaha mengartikan sesuatu yang runyam di pikirannya, Harshad tadi keluar dari apartemen sendirian, dan tiba-tiba dia pulang bawa cewek mabuk.

“Ohhh, jadi bukan elu yang buat dia kek gini?” tebak Bryan yang langsung mendapat anggukan setuju dari Harshad. “Oke oke, gue bicarain sama pak Tanoe dulu,” sambung Bryan. Setelah Harshad mengangguk, dia baru keluar dengan hormat sebagai sekretaris pribadi Harshad, bukan sahabat kecilnya.

“Oh shit,” umpat Harshad pelan, dia memijit pelipisnya, setelah itu dia menoleh pada gadis yang tubuhnya sudah dia tutup dengan selimut. Ada apa dengan hari ini? Kenapa dia selalu bertemu dengan hal tak menyenangkan? Membuatnya pusing dan ingin segera beristirahat.

Harshad berlalu ke kamar mandi. Tak lama berselang, dua orang pelayan masuk sambil membawa piyama perempuan. Semua itu adalah perintah Harshad untuk mengganti baju perempuan asing tadi.

Malam ini terasa panjang bagi Harshad, ia baru saja mendapatkan telepon dari ibunya. Beliau mengatakan akan menikah lagi dan tidak menerima penolakan atas alasan apa pun. Bahkan ibunya rela melepaskan semua aset dan jabatannya di Akandra grup.

Harshad merasa ada yang janggal dari ibunya, tapi Bryan mengatakan kalau itu memang sifat asli ibunya, yang tak pernah tergila-gila oleh harta. Pewaris tunggal Akandra grup tersebut mengepalkan tangan dan memukul dinding kamar mandi. Begitu melelahkan.

Keluar dari kamar mandi, Harshad dikejutkan oleh kedatangan Bryan yang seolah tak ingin pergi dari ruang utama apartemen. Dia menunggu Harshad keluar dengan tatapan mematikannya.

“Gue dateng sebagai Bryan Alexis, bukan sebagai sekretaris lu,” ucap Bryan. Dia berjalan mendekati Harshad yang masih mematung di depan pintu kamar mandi.

“Ada apa sih sebenernya? Lu nggak percaya kalau gue nggak apa-apain tuh cewek?” tanya Harshad, sudah bisa ditebak apa yang ingin dikatakan Bryan.

“Heh, ini baru kali pertama elu pulang bawa cewek, bahkan para pelayan tanya sama gue, gimana gue balesnya?”

Harshad memutar bola matanya sembari mengambil minuman beralkohol, “Sejak kapan lu nggak bisa ngendaliin pertanyaan pelayan?”

“Sejak elu pulang bawa cewek, lu kira ini bukan hal yang baru buat gue? elu punya masalah sama orang tua tuh cewek? atau jangan-jangan lu hamilin dia?” Bryan menebak-nebak. Melayanglah tatapan tajam dari presdir Akandra grup.

“Jaga tuh moncong, gue bisa kapanpun tanda tangan di surat pengunduran diri lu,” kata Harshad pergi meninggalkan Bryan, dia masuk ke kamar yang lebih private lagi daripada kamarnya yang digunakan perempuan tadi.

"Eh Harshad, lu dengerin gue deh!” pekik Bryan,

***

Di rumah besar dengan cat tembok berwarna coklat sepasang orang tua sedang menyantap makan malamnya. Hidangan di depan mereka seolah tak membuat selera mereka tergugah. Tangan tuan Jane mengepal setelah mendengar kabar dari sekretarisnya tentang anak perempuannya.

“Tetap cari dia! Dia nggak boleh ninggalin Arnold seperti itu,” pekik tuan Jane. Dia berdiri pergi diikuti oleh sekretarisnya.

Nyonya Helen menghela nafas pelan, bukan pertama kalinya tuan Jane meninggalkan makan malam mereka, terlebih ketika mendengar kabar tentang putri mereka. Rumah yang hanya dihuni oleh dua orang pemilik dan beberapa pelayan tersebut selalu menjadi rumah yang layak untuk ditinggalkan ketika sang empu sudah beranjak pergi meninggalkan ruang makan.

Di sana hanya tuan Jane yang berhak memutuskan sesuatu, apapun itu. Entah di ruang makan, di dalam kamar manapun, hidup orang yang ada di dalam rumah, dan nasib para penghuni rumah.

“Tolong bereskan makanan ini!” ucap nyonya Helen yang juga akan pergi, dia tak jadi makan malam karena suaminya sudah pergi duluan.

“Nyonya, saya tidak bisa membereskan makanan ini karena anda belum makan sedikit pun,” balas pelayan paling tua di sana, nyonya Helen menoleh, itu pelayan yang paling dekat dengannya di rumah ini.

“Tidak apa-apa bi, nanti saya makan sama tuan di kamar.” nyonya Helen berlalu begitu saja, dia tidak ingin dipaksa makan. Konsekuensi meninggalkan suaminya makan malam adalah hal yang berat dan sudah dia lewati selama ini. Seharusnya dia bisa menjalankan peraturan itu.

***

Sekretaris Bryan berdiri tegak di depan kamar Harshad, dia sudah siap menjalankan tugasnya sebagai sekretaris pribadi presiden direktur Akandra grup. Beberapa penjaga juga berdiri di sekitar Bryan, ritual khusus Harshad ketika akan pergi ke kantor akan dimulai.

Harshad mengenakan jasnya, menyamakan warna jas dengan jam tangan. Dia suka keseimbangan, keanggunan dan kepercayaan. Dia menatap gadis yang masih tidur di ranjangnya dari pantulan cermin. Menatap tidur nyenyak seseorang membuatnya sedikit marah.

“Tuan muda, sekretaris Bryan sudah menunggu anda di luar,” ucap seorang pelayan, dia membungkukkan badan memberi salam. Harshad hanya mengangguk.

“Katakan pada Bryan, tunggu saja aku di bawah. Aku akan segera turun,” balas Harshad.

"Baik, tuan.” pelayan tersebut berlalu pergi meninggalkan Harshad sendirian di kamar. Sebelum dia keluar dari kamar, dia mendekati ranjang. Menatap intens gadis di depannya.

Bulu mata lentik milik gadis itu mengganggu pandangan Harshad, kenapa gadis ini punya bulu mata lentik? Dia selalu ingin menjadikan gadis berbulu mata lentik sebagai pendampingnya, entah karena apa, tapi itu keinginan Harshad sejak dia kuliah.

"Hah? Siapa lu?” teriak gadis yang ditatap Harshad. Spontan dia terkejut, dia sedang terfokus pada pikirannya. Harshad langsung duduk bingung, alisnya bertaut.

“Lo orang Indonesia?” tanya Harshad. Gadis yang menutupi dirinya dengan selimut itu mengangguk pelan. “Siapa nama lo?”

"Mau apa lo? Lo penjahat kan? Ngaku lo! Gue laporin polisi lo!” omel perempuan itu, dan mendapat kekehan kecil dari Harshad. Dia mendekati gadis tersebut, membisikkan sesuatu di telinga kanannya.

“Kalo lu bisa jaga kedua ginjel lu dengan aman, dengan senang hati gue akan ambil tuh ginjel sebelum anak buah gue yang ambil, paham lo!” bisik Harshad. Dia tersenyum licik sembari berjalan keluar kamar.

“Heh, lo siapa? Jawab gue?”

“Lo gak perlu tau siapa gue, yang perlu lu tau adalah gimana caranya elu bisa bayar kerugian yang udah gue tanggung gara-gara lu! Pikirin itu!” Harshad membenarkan dasi di depan cermin.

PRANKKKK,

Suara benda kaca pecah membuat sekretaris Bryan dan para penjaga yang dari tadi diam menunggu di depan pintu masuk paksa. Perempuan itu juga terukejut, begitu banyak orang yang langsung masuk, dan sigap menodongkan pistol.

“Tuan muda, anda baik-baik saja?” tanya Bryan yang otomatis langsung mendekati Harshad, Harshad yang terkejut hanya diam mematung. Berani-beraninya perempuan itu melempar guci kesayangannya, tangan Harshad terkepal, menahan emosi.

“Ayo keluar, jangan biarkan gadis itu pergi dari sini!” ucap Harshad menatap tajam gadis di atas ranjangnya. Beberapa orang yang masuk tadi mendapat isyarat dari Bryan, mereka segera membagi tugas.

Perempuan yang memakai piyama hitam itu hanya melongo sambil membulatkan mata. "Apa sih yang dipikirkan laki-laki tadi? Kalo emang mereka semua psikopat kenapa nggak langsung bunuh dia aja? Eh ya jangan dong, kalo mereka pelan gini kan pasti ada celah buat kabur, iya kan?" Itu yang dipikirkan olehnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
goodnovel comment avatar
Ryff
wih keren banget ceritanya. awal cerita udah bikin penasaran.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Cinta   Rencana Danu

    Beberapa mobil berhenti bersamaan di depan rumah almarhum Tuan Enrique. Banyak laki-laki mengenakan pakaian hitam dengan pistol kecil di saku atau di balik baju mereka. Rumah bernuansa bangunan kuno tersebut langsung ramai dan membuat orang-orang yang ada di rumah itu kalang kabut. Mereka juga berteriak dan mengancam. Tiga orang masuk paksa ke rumah itu, walaupun sudah dikunci oleh pemiliknya. Arnold baru saja turun dari mobilnya karena anak buahnya sudah ada yang berhasil masuk ke rumah tersebut. “Bagaimana?” tanya Arnold. Orang kepercayaannya hanya menggeleng. Lalu Arnold berjalan ke beberapa orang yang sudah didudukkan sambil berlutut. “Ke mana Nyonya Pemilik Rumah?”“Tidak tahu, Tuan. Dia tidak memberi tahu kami. Dia hanya pamit mau keluar dan dia juga minta ke kami agar menjaga rumah ini selama dia pergi.” Jawab seorang laki-laki yang terlihat paling tua di antara semuanya. Arnold berusaha berpikir, apakah ada yang salah? Atau memang ini sudah direncanaka

  • Rahasia Cinta   Pesan Tersembunyi

    Arose duduk sendiri di ruang meeting, menyandarkan punggungnya ke kursi kebesarannya yang ada di ruang meeting. Dia sedang tidak ingin di ruangannya. Ada banyak hal yang bisa membuatnya menyesal di ruang itu, dan juga nanti ada meeting, sekalian dia menyiapkan diri untuk meeting. Sekretaris Frans sedang mengurus berkas di ruangannya, sejatinya, pergi ke perusahaan hanyalah sebuah alasannya agar tidak terlalu memikirkan masalah yang terjadi beberapa hari lalu. “Huftttttt, udah Arose, fokus. Kamu harus fokus, tidak hanya Harshad yang terluka di sini, tapi juga Helen dan Anya,” gumam Arose mengingatkan dirinya sendiri saat mulai merasa down. Karena ketika ingat tiga orang tadi, semangatnya kembali muncul, ide tentang permintaan maaf juga seolah sudah antri di benaknya. “Mom’s,” panggil Harshad yang masih di luar pintu kaca, melihat ibunya menoleh dia langsung masuk ke ruang meeting. “Makan siang yuk, Mom’s,” tambah Harshad. Tidak ada yang bisa dijelaskan dari pe

  • Rahasia Cinta   Air Mancur di Rumah Arnold

    Air mancur di rumah Arnold terlihat lebih menyenangkan dari pada harus keluar rumah untuk bersenang-senang, itu bagi Arnold sendiri. Dia sedang memberi makan ikan-ikan yang dia pelihara di sana, anjing kecil kesayangan Arnold juga menemani di sekitar kakinya. Tak jauh dari air mancur, terlihat Gala sedang menikmati kopinya dengan camilan yang disediakan pelayan untuknya. Selama beberapa hari ini senyumnya tak hilang dari bibirnya. Arnold menoleh saat menyadari ada anak buahnya datang ke taman itu. Setidaknya ada empat orang yang menghampiri Arnold, dia berdiri setelah meletakkan kotak makanan ikan di pinggiran kolam ikan. Laki-laki yang mengenakan pakaian santai itu memastikan ayahnya tidak bisa mendengar percakapan mereka, tapi akhirnya dia tetap menyingkir dari taman. Dia beranjak pergi bersama dua anak buahnya, mencari tempat yang tidak bisa didengar ayahnya, sedangkan dua yang lain menemani Gala di kursi taman itu. “Ada apa?” tanya Arnold. Satu tangannya

  • Rahasia Cinta   Teman Berantem

    Bryan hanya diam di depan layar laptopnya, masih seperti biasa, dia berusaha menemukan kejanggalan atau petunjuk dari video pendek yang telah Danu kirimkan ke dirinya. Dia tidak keluar dari kamar sejak sarapan tadi, Bryan merasa kalau dia bisa menemukan petunjuk untuk kasus pembunuhan tuan besarnya. Juga hasil yang mungkin bisa membuat Harshad melupakan trauma yang sempat dia alami. Drrrt.. Drrrt.. Ponselnya bergetar dengan nada dering khusus milik Harshad. Ternyata pewaris tunggal itu mengirim pesan sekaligus meminta izinnya. Harshad Gue ke kantor, kalo ada apa-apa kabarin aja. “Serah lu, gue mah mending di rumah, bodo amat sama elu,” jawab Bryan menggunakan voice note, dan pastinya itu dusta. Dia langsung menghubungi Sekretaris Frans, orang yang bisa memantau apa saja yang terjadi di kantor dengan aman. “Iya, Tuan Bryan,” jawab Frans setelah menerima panggilan dari Bryan. “Harshad mau ke kantor, Tuan.” “Iya, Tuan. Saya yang mengatur hal

  • Rahasia Cinta   Baju Lucu yang Anya Pakai

    Anya menyusul Harshad yang sedang bermain dengan alat gym di lantai bawah. Dia melewati beberapa pelayan dan penjaga yang berdiri berjajar di jalanan menuju ke ruang olahraga. Dua orang pelayan sampai mendongak melihat apa yang menggantung di punggung Anya. “Astaga,” bisik pelayan itu pada pelayan lainnya. Melihat baju Anya yang memang ada boneka menggantung di belakangnya. Membuatnya seperti menggendong boneka, padahal boneka tersebut menempel di baju Anya. Mereka terkikik pelan, tapi Anya tidak menyadari sama sekali. Ditambah lagi, warna baju itu seperti pelangi, juga Anya yang mengenakan kaos kaki berwarna senada dan rambut yang dikuncir tinggi. Para pelayan tersenyum gemas, mereka langsung bubar setelah Anya masuk ke ruang gym, Bi Isah yang baru datang melihat ke tempat Anya masuk, lalu mengikuti pelayan untuk menata sarapan. “Harshad,” panggil Anya langsung melingkarkan tangan di pinggang Harshad. Harshad menoleh dan mengamati baju Anya, tersenyum lalu menyent

  • Rahasia Cinta   Setelan Jas Arose

    “Selamat datang, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?” tanya perempuan itu. “Ahh, iya, Nyonya. Apa Anda adalah Nyonya Mia? Istri dari Tuan Enrique?” tanya Exel ganti.Mata perempuan tua itu terbelalak lebar, dia melambaikan tangannya pada beberapa orang yang ada di sana sebagai tanda mengusir mereka. Baru setelah beberapa orang itu pergi, perempuan yang bernama Mia itu mempersilahkan Exel duduk. “Anda siapa?” tanya Mia. Wajahnya benar-benar menunjukkan raut takut, tangannya juga saling meremas di pangkuannya. “Apa Anda juga salah satu orang yang akan menagih hutang suami saya?”“Hutang?” “Iya, Tuan. Suami saya meninggal dan meninggalkan beberapa hutang yang jumlahnya tidak sedikit. Dan saya harus membayar itu semua,” jawabnya. “Ohh, bukan, Nyonya. Saya hanya ingin tahu, apakah benar mobil itu pernah dinaiki oleh Tuan Enrique dan ditinggal di daerah pertambangan?” tanya Exel to the point. Mia lebih terkejut lagi, dia terdiam dan berusaha mengangguk.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status