Share

RHMD 143

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-07-26 20:00:55

“Kau akan mengatur semuanya,” jawab Sarah datar. “Mulai dari logistik, pengamanan jalur, hingga legalitas semu. Kau sudah pernah melakukannya dulu, Ethan. Ini hanya versi yang lebih besar. Lebih menguntungkan.”

Nio memutar gelas anggurnya, lalu mengangkatnya tanpa meminumnya. Ia bisa merasakan napasnya mulai menebal, tapi ekspresi wajahnya tetap terkontrol.

“Kenapa aku?” tanyanya.

Sarah menatapnya, ada kilatan tajam di matanya. “Karena kau tahu cara kerja dunia ini. Karena kau pernah berdiri di atas sistem, dan karena kau adalah satu-satunya orang yang bisa mengendalikan kekacauan sebelum meledak.”

Nio ingin menolak. Setiap bagian dari dirinya menolak. Ia memikirkan Ruby, senyumnya pagi tadi, sentuhan tangannya saat mereka sarapan. Ia memikirkan hidup yang ingin ia bangun kembali, bukan kehidupan yang dipenuhi darah, kesepakatan gelap, dan bayang-bayang masa lalu.

Namun, ia tahu. Sarah tidak akan melepaskanny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Elly Julita
mungkin kan ini ulah sarah lagi??,, kalian salahhhhh, Nio belum mati dan dia yg akan menghabisi kalian dgan caranya,,
goodnovel comment avatar
Novi M Q
baru saja kembali jadi Ethan, dan bahaya sudah mengintai dimana mana... tolong kali jangan jadi lemah lagi Nio, kau bisa tetep jadi Nio milik Ruby yang memiliki kekuatan seperti Ethan.
goodnovel comment avatar
Safitri Adibah
siapa lagi ini yg menginginkan nio m4ti, Gerry??
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 147

    Pagi tiba dengan cepat, cahaya matahari yang hangat menyusup masuk dari celah gorden kamar VIP rumah sakit. Nio perlahan membuka matanya, tubuhnya masih sedikit pegal namun terasa ringan, terlebih karena ia sadar Ruby ada di sisinya.Perlahan, ia menunduk dan menemukan kepala Ruby yang terlelap di lengannya, napasnya tenang dan wajahnya damai. Sesekali, rambut panjang Ruby menyapu pipinya yang terangkat karena posisi tidur miring.Dengan lembut, Nio menyibak helaian rambut Ruby dari wajahnya, membelainya perlahan. "Cantik sekali," gumamnya pelan, seolah tak ingin membangunkan wanita yang begitu ia rindukan selama ini.Namun, sentuhannya cukup untuk membuat Ruby mengerjap pelan dan membuka matanya.“Nio?” gumamnya dengan suara serak dan lelap. “Kau sudah bangun?”Nio tersenyum kecil. “Maaf… aku membangunkanmu ya?”Ruby menggeleng dan tersenyum sambil mengusap matanya. “Tidak apa-apa… aku juga sudah harus bangun.”Nio mendekat, menatap Ruby penuh cinta. “Boleh aku mencium istriku sekara

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 146

    Ruby hanya menggeleng pelan, lalu menyentuh pipi Nio dengan lembut, mengelus luka kecil di pelipisnya. “Kau mungkin penuh luka, tapi kau adalah satu-satunya rumah yang selalu ingin aku pulang.”Nio menatap wajah Ruby yang kini begitu dekat. Cahaya hangat dari lampu samping tempat tidur menciptakan bayangan lembut di pipi perempuan itu, yang tetap menatapnya dengan penuh kasih meski air mata masih membekas di sudut matanya.Tanpa berkata apa-apa, Nio menarik Ruby ke dalam pelukannya. Lengan kirinya yang masih kuat melingkar erat di punggung Ruby, sementara tangan kanan yang masih terasa nyeri hanya bisa bertumpu ringan di lengannya. Tapi pelukannya hangat… sangat hangat. Seolah mencoba menebus waktu yang hilang, jarak yang sempat tercipta, dan semua luka yang belum sempat sembuh.Ruby pun membalas pelukan itu, menundukkan wajahnya ke dada Nio yang berdebar pelan. Ia bisa mendengar suara jantungnya. Lembut, tapi penuh perasaan. Di tempat itu, ia merasa aman. Ia merasa utuh kembali."Aku

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 145

    Markus menatap Nio, bingung. “Apa?”“Jangan ke polisi. Bawa mereka ke markas. Aku ingin mereka bicara… tapi dengan cara kita.”Nada suara Nio sangat tenang, tapi ada bara di balik matanya. Markus mengenal tatapan itu, tatapan pria yang baru saja lolos dari kematian dan menuntut balas.Markus menunduk kecil. “Baik. Akan kami interogasi dengan prosedur internal. Tapi kau harus ke rumah sakit. Luka di kepalamu serius, Nio.”Nio sempat terdiam. Ia ingin langsung ke markas, ingin mendengar sendiri pengakuan mereka. Tapi tubuhnya mulai terasa berat. Luka di punggungnya nyeri, dan pandangannya sempat kabur beberapa detik.Markus melangkah lebih dekat. “Izinkan aku membawamu ke rumah sakit dulu. Setelah itu kita lanjutkan dengan kepala dingin.”Akhirnya, Nio mengangguk lemah. “Hanya sebentar. Jangan biarkan mereka disentuh sebelum aku datang.”“Kau punya jaminanku,” ujar Markus tegas.Salah satu anak buah Markus membuka pintu mobil van hitam dan membantu Nio masuk. Di dalamnya, seorang parame

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 144

    Udara malam terasa dingin menusuk kulit saat Nio melangkah keluar dari mobilnya yang ringsek. Asap masih mengepul dari kap mesin, dan bau bensin menguar tipis di udara. Luka di pelipisnya mengucurkan darah, menetes di sepanjang garis rahangnya, tapi matanya tetap tajam, awas, dan penuh perhitungan.Jalanan itu tampak kosong. Lampu jalan berkedip-kedip, menciptakan bayangan kelam yang meliuk di antara puing dan reruntuhan kecil akibat tabrakan. Namun tak lama, suara knalpot meraung kembali. Dua motor yang sebelumnya mengikutinya kini berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Dua orang pria turun, lalu disusul dua lainnya dari arah berlawanan, mereka datang dengan berjalan kaki, seolah sudah menunggu.Empat orang, semua berpakaian serba hitam, wajah tertutup helm dan masker kain. Mereka memegang tongkat besi panjang, berat, dan mematikan.Nio berdiri tegak, tubuhnya sedikit miring karena bahu kanannya memar akibat sabuk pengaman. Tapi langkahnya tetap mantap. Ia mengatur napas. Detak ja

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 143

    “Kau akan mengatur semuanya,” jawab Sarah datar. “Mulai dari logistik, pengamanan jalur, hingga legalitas semu. Kau sudah pernah melakukannya dulu, Ethan. Ini hanya versi yang lebih besar. Lebih menguntungkan.” Nio memutar gelas anggurnya, lalu mengangkatnya tanpa meminumnya. Ia bisa merasakan napasnya mulai menebal, tapi ekspresi wajahnya tetap terkontrol. “Kenapa aku?” tanyanya. Sarah menatapnya, ada kilatan tajam di matanya. “Karena kau tahu cara kerja dunia ini. Karena kau pernah berdiri di atas sistem, dan karena kau adalah satu-satunya orang yang bisa mengendalikan kekacauan sebelum meledak.” Nio ingin menolak. Setiap bagian dari dirinya menolak. Ia memikirkan Ruby, senyumnya pagi tadi, sentuhan tangannya saat mereka sarapan. Ia memikirkan hidup yang ingin ia bangun kembali, bukan kehidupan yang dipenuhi darah, kesepakatan gelap, dan bayang-bayang masa lalu. Namun, ia tahu. Sarah tidak akan melepaskanny

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 142

    Mereka mulai menyantap sarapan dengan obrolan ringan, mengingat masa-masa dulu. “Waktu kamu pertama kali tidur di sofa itu,” ujar Ruby sambil menunjuk arah ruang tamu, “kamu diam-diam bangun malam-malam dan ambil selimut dari lemariku.” Nio mengangkat alis, berpura-pura terkejut. “Kamu tahu?” “Tentu saja. Aku melihatmu dari celah pintu.” Mereka tertawa lagi, kali ini lebih lepas. Udara pagi yang masuk dari jendela membuat ruangan terasa hidup. Waktu seakan melambat, memberi ruang bagi keduanya untuk bernapas, untuk saling mengisi kembali ruang yang lama kosong. Selesai sarapan, Ruby menatap Nio lama. “Terima kasih, sudah kembali. Terima kasih sudah… memilih untuk bertahan.” Nio menjangkau tangannya dan menggenggamnya erat. “Aku belum selesai membuktikan cintaku. Tapi kalau kamu izinkan… aku akan terus mencoba. Setiap hari.” Ruby mengangguk dengan mata berkaca. “Kamu tidak perlu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status