Share

Pasangan Prom Night

"Sekarang kan, kamu kapten. Kamu harus punya cewek, Man! Maksudnya, buat jadi pasangan pas Prom Night. Kapten kan dapat undangan khusus. Karena anak cowok kelas dua enggak boleh datang. Kecuali kamu ... cewek! Hahaha ...."

Haikal tergelak. "Prom Night? Bukannya itu masih akhir tahun, ya? Masih lamaaa ... Masih banyak waktu," ucapnya santai.

"Tapi kalau enggak dari sekarang ... Kamu akan kehabisan cewek cantiknya!"

"Kamu pasti ngajak Anna, kan?" tebak satu temannya.

Haikal menggeleng pelan. "Hmmm ... Aku kayaknya akan ngajak Laila saja," akunya kemudian.

***

Anna terkesiap mendengar pengakuan Haikal itu. Bayangan mahkota Princess itu hancur berkeping-keping di atas kepalanya. 

Ugh! Apa kurangnya aku dibandingkan si culun? batin Anna geram. Hatinya semakin kesal kepada Laila. 

"Ini enggak bisa dibiarin! Aku enggak mau kehilangan mahkotaku!" jerit Anna gemas.

"Anna ...?" tegur sebuah suara meyadarkan Anna.

Haikal sudah berdiri di dekatnya. Teman-teman cowok itu sudah bubar entah sejak kapan. Sepertinya Anna kelamaan melamun.

"Ann ... Kamu kehilangan apa?" tanya Haikal lagi.

Ups!

"Apa kamu dengar ucapanku tadi?" Anna balas bertanya. Sementara dia memutar cepat otaknya.

"Emm ... Tentang kamu kehilangan sesuatu?" tebak Haikal. "Apa kamu kehilangan sahabat kita? Mana Laila? Harusnya dia juga di sini. Kalian berdua harus memberiku selamat ...."

"Laila lagi badmood," bohong Anna cepat. "Sebaiknya kamu jangan dekat-dekat dia dulu. Biasalah cewek ... Mungkin lagi PMS."

"Oh ...."

"Oya, selamat ya Kapten Tim Basket Sekolah! Haikal ... Kamu keren banget, Bro!" ucap Anna sembari meninju bahu cowok itu. Lalu ... Hup!

Anna memeluk Haikal erat.

"Makasih ...."

"Nah, aku ada hadiah untuk ini."

"Apa, apa ...?" tanya Haikal. "Eits, jangan bilang kalau hadiah itu yang hilang?"

Haikal memeriksa sampai ke belakang Anna. Kedua tangan cewek itu memang kosong.

Lalu Anna menunjuk ke dadanya sendiri. "Hadiahnya di sini ... Di hatiku," cetusnya kemudian.

Haikal mengerutkan dahi.

"Aku mau membuat pengakuan. Sebenarnya aku ... Suka kamu. Haikal jadi pacarku, ya?" kata Anna sembari meraih kedua tangan Haikal dan meremasnya penuh perasaan.

Sesaat Haikal membeliak. "Wow ...?!" serunya sambil menarik tangannya. Tapi tidak berhasil.

"Kamu mau, kan? Bukankah menurutmu aku cukup cantik untuk jadi kekasih Sang Kapten?"

Haikal menghela napas kemudian. Lalu menggiring Anna untuk duduk di bangku terdekat. Memang tersedia beberapa bangku di tepi lapangan basket itu di bawah pohon yang rindang.

"Anna, makasih sebelumnya. Aku menghargai keberanianmu," ujar Haikal hati-hati. "Tapi ...."

"Tapi? Aku enggak suka tapi!" Anna mulai merajuk. Lalu menyentakkan genggaman tangannya hingga tangan Haikal terlepas.

"Anna ... Maaf, aku ..."

"Kamu menolakku karena lebih memilih si culun Laila?" tukas Anna marah.

Haikal tampak tak bisa berkata-kata.

"Apa yang kamu lihat dari Laila, Kal? Dia ... Dia bahkan enggak bisa dandan! Rambutnya selalu dikepang dua kayak jaman Siti Nurbaya aja! Betah pakai kacamata bulat yang bikin wajahnya tambah jelek! Terus, kawat giginya enggak banget!"

"Anna ...."

"Kalau sama dia, kamu bisa malu!"

"Dia pintar ...," desis Haikal.

"Bodoh!" seru Anna lalu berdiri dan meninggalkan Haikal. Dia benar-benar kesal dan marah sekali.

Anna berniat membalas Laila atas sakit hati dan penolakan Haikal itu. Dia memikirkan sebuah cara agar Laila tak kembali lagi ke SMA Elite untuk selamanya!

***

"Anna pasti marah banget sama aku ...," gumam Ella setelah lama menunggu tetapi sahabatnya itu tak kembali ke kelas lagi.

Ella mengela napas lagi. Kelas tampak sepi. Teman-teman juga banyak yang keluar seperti Anna. Aktivitas awal tahun ajaran baru ya begitu, belajar-mengajar belum aktif sepenuhnya.

Sebenarnya Ella juga ingin keluar. Tapi ... Bayangan wajah seram Dony si kakak kelas itu langsung menghantui. Bagaimana kalau bertemu lagi nanti?

Ting!

Ponsel jadul Ella memberitahu sebuah pesan telah diterima.

Haikal: Lei ... Di mana? Ke kantin, yuk!

Ella: Malas. Emang ada apa?

Haikal: Belum tau, ya? Kamu wajib ngasih selamat sama aku! Haikal Sang Kapten tim basket sekolah sekarang!

Ella: Waaa ... Selamat, Bro!

Haikal: Buruan sini! Anna aja ngasih pelukan. Aku mau dari kamu juga, dong!

Sebelah alis Ella seketika terangkat membaca pesan Haikal tentang Anna. 

"Jadi ... Anna lagi di kantin sama Haikal sekarang," gumam Ella bicara sendiri. "Ucapan selamat dengan pelukan?"

Lalu, Ella kembali mengetik pesan balasan sambil menggelengkan kepala. Namun belum sempat terkirim, pesan dari Haikal masuk lagi.

Haikal: Kutraktir! Selamatan kecil-kecilan!

Ella meremas ponselnya. Melongok dengan gelisah ke arah jendela kelas. Pemandangan di luar sana tiba-tiba jadi semengerikan kuburan dan sebahaya Jurassic Park!

Ella: Maaf. Aku mau buru-buru pulang. Ada urusan.

Akhirnya pesan itu terkirim, dan tak ada balasan dari Haikal lagi. Ella yakin sahabatnya itu pasti mengerti dirinya. Dibanding Anna, Haikal memang lebih peka. Sayangnya, Haikal tidak mengetahui Ella menyimpan masa lalu kelam dengan cowok yang membuatnya masih trauma.

Persahabatan Ella dengan Anna dan Haikal cuma sebatas di sekolah saja. Hingga tahun kedua mereka ini, cewek berkacamata bulat itu masih merahasiakan jati dirinya yang sebenarnya. Bahkan baik Anna atau Haikal tak tahu di mana tepatnya tempat tinggal Ella.

Kriiinnnggg!

Tiba-tiba ponsel Ella berdering. Dia lega sekali saat membaca nama yang muncul bukan nama Haikal.

"Ya, Anna ..."

"Kamu jangan pulang dulu, ya!"

"Kenapa? Aku benaran harus pulang sekarang, nih!"

"Eh, tungguin sebentar! Begini, tentang tiga puluh juta itu ...."

"Kamu mau minjemin aku?" tebak Ella.

"Em ... Aku ke kelas sekarang!"

"Oke ..." 

Ella menghela napas lega. Masalah dengan Dony akhirnya selesai. Urusan mengembalikan uang tiga puluh juta kepada Anna akan lebih mudah. Dia bisa pura-pura mencicilnya nanti. Sahabatnya itu tak akan curiga. Sempurna!

"Ah, Lei ... Lei!" panggil suara Anna lagi.

"Ya?"

"Takutnya kelamaan! Kita ketemu di depan gudang sekolah aja, Lei! Kutunggu sekarang! Tut ...."

Loh? Ella terbengong menatap ponselnya dengan bingung. Padahal tak akan terlihat wajah sahabatnya di layar monochrome itu.

Akhirnya Ella mengemasi barang-barang. Termasuk baju seragam milik Dony dia jejalkan ke dalam tas selempang itu. Dia pun keluar kelas dan berjalan dengan langkah was-was. Semoga tidak bertemu muka si Dony lagi!

***

Ternyata Ella tidak melihat siapapun ketika sampai di gudang. Jangankan Dony, Anna saja tidak ada. Dia malah menemukan pintu gudang sekolah itu terbuka.

"Anna ...?" panggil Ella mengira sahabatnya ada di dalam sana.

Ella berjalan mendekati pintu gudang tersebut. Lalu melongokkan kepalanya dengan hati-hati. Dia masih ngeri untuk masuk ke dalam ruangan asing sendiri.

"Aaah ... Aduh!" pekik Ella kaget dan kesakitan.

Barusan tadi, tubuh Ella tiba-tiba terdorong keras sampai dia terjungkal ke lantai gudang yang berdebu. Siapa yang tega mendorongnya tadi? pikirnya.

Blam!

Di belakang Ella, pintu itu ditarik tertutup. Kemudian ... Cekrek! Ella mendengar suara pintu yang dikunci, lalu tapak kaki berlari menjauh.

"Anna?!" jerit Ella sambil berdiri dan segera mendekati pintu. Dia tidak bisa membuka pintu yang terkunci. 

"Tolong ... Buka pintunya!"

Ella tidak bisa menahan air matanya. Siapa yang menguncinya tadi? batinnya bertanya-tanya. Anna-kah? Tapi sahabatnya itu tahu, dirinya memiliki trauma terkunci dalam ruang asing. Apakah Anna setega itu kepadanya? Apa salahnya?

Ella pun disergap ketakutan saat menyadari keadaan sekelilingnya. Dia terkunci. Sendiri. Ruangan sepi. Tak ada jalan keluar. 

Lalu lantai seakan bergoyang-goyang di matanya. Ruangan itu bergerak mendekat seakan hendak menghimpit tubuhnya. Ella tersedot dalam kenangan masa lalu yang mengerikan. Dia tak sanggup mengulang semua itu. Tubuh Ella lemas tanpa tenaga. Dia ambruk dan ... Gelap.

(Bersambung)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status