Home / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Kesalahan Sang Customer Service.

Share

Kesalahan Sang Customer Service.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-07-10 16:31:23

Suara langkah sepatu terdengar menggema di area banking hall lantai dua.

Seorang gadis tampak berjalan tergesa-gesa. Sesekali ia berhenti, membuka cermin kecil, dan memeriksa penampilannya.

Lidia, sang customer service, tersenyum lebar saat melihat riasan tebal yang masih menempel sempurna di wajahnya.

“Kosmetika produk Korea-Jepang ini sangat bagus. Menempel dan membuat kulitku seakan-akan kulit bayi tanpa bekas luka atau jerawat sedikit pun. Aku siap mendengar berita bahagia dari Ibu Grace Song,” gumam Lidia. Ia menutup cermin bundar kecil itu lalu menyembunyikannya di sakunya.

“Perfect!”

Baru-baru ini, seorang supervisor di Front Office yang membawahi customer service mengajukan permohonan pengunduran diri. Sudah dua minggu posisi itu kosong. Dengar-dengar, Lidia adalah kandidat yang paling diunggulkan, mengingat ia telah bekerja sebagai customer service di kantor cabang Bank Central Halilintar itu selama lebih dari dua tahun.

Dan dari semua kandidat yang diunggulkan, hanya Lidia yang memiliki gelar S2 dalam bidang Ekonomi dan Bisnis.

Mengingat status pendidikannya yang tinggi, tentu saja Lidia memandang rendah dua kandidat lain—Intan dan Tamara. “Mereka bahkan bukan tamatan S1. Hanya Diploma Tiga semata, jadi jelas-jelas akulah yang akan diangkat menjadi supervisor, karena secara kualitas aku di atas dua gadis kampung itu,” pikirnya dengan cibir.

Lidia melangkah panjang-panjang, seolah-olah ia sedang berjalan di panggung runway seperti supermodel. Dalam hatinya, ia sangat bersuka cita, menyangka kalau panggilan menghadap atasan—Grace Song—adalah momentum berharga. Dia akan menerima Surat Keputusan sebagai Supervisor di Front Office.

Tuk-tak-tuk-tak.

Bunyi sepatu hak tingginya bergema, memaksa pegawai lainnya di lantai dua diam-diam memanjangkan leher, mencari tahu siapa yang datang dengan langkah sedemikian keras. Suara itu terdengar seperti sepatu yang solnya sudah aus, menyisakan paku yang membentur lantai bertegel. Ketika mereka menyadari itu adalah Lidia, mulut mereka mengerucut, pertanda tidak senang melihatnya.

Memang, sepatu high heels setinggi dua belas sentimeter yang Lidia kenakan itu terlalu berlebihan untuk seorang customer service. Namun, dengan tubuh ramping dan tinggi semampainya, Lidia tampak tiada cacat cela saat melenggang dengan sepatu hak tinggi, seperti biduan yang akan mengikuti konser dangdut.

Tok -tok – tok

Pintu diketuk, dan sekali lagi Lidia menatap bayangannya yang tercermin di pintu kantor Branch Manager. Dia tertegun melihat sosoknya yang lebih mirip seorang gadis model daripada seorang customer di sebuah bank, lalu mengeluh pelan.

“Ah... mengapa aku harus begitu cantik?” batin Lidia gemes pada dirinya sendiri.

Namun suara dari dalam kamar kerja Branch Manager terdengar keras.

“Silakan masuk.”

Dengan penuh percaya diri, Lidia langsung masuk, membungkuk sebagai sikap sopan santun. Lalu dia tersenyum semanis yang ia bisa setelah berlatih berulang kali di cermin di wc umum. Merasa masih kurang manis, Lidia berusaha mengecilkan bibirnya agar terkesan imut dan rendah hati di hadapan Grace Song—sang Branch Manager.

Buru-buru Lidia mendekat dan bersuara dengan lembut, namun suaranya terdengar seperti cicitan tikus.

“Ibu Grace, Anda memanggil Lidia? Ngomong-ngomong... apakah ini sehubungan dengan SK pengangkatan saya sebagai...”

Lidia baru saja akan menyebutkan pengangkatannya sebagai supervisor, namun tiba-tiba dia merasa ada kehadiran lain di ruangan Branch Manager selain dirinya. Dengan hati-hati, ia memutar kepalanya dan sorot matanya bertemu dengan pria yang baru dikenalnya belakangan ini.

Pria itu menundukkan kepala setelah tatapannya bertabrakan dengan mata Lidia.

“Kamu! Hei... apa maumu datang ke ruang pimpinan? Apakah kamu ingin melaporkan aku, padahal aku sudah melayanimu dengan pelayanan prima di meja customer service tadi? Kamu benar-benar jahat!”

Dada Lidia berdegup kencang, dia merasa ketakutan.

Laki-laki itu adalah Xander Sanjaya, yang baru saja ia perlakukan tidak adil di lantai satu. Lidia sangat khawatir jika Xander ini melaporkan bahwa dia bersikap kasar padanya, dan melanggar aturan dan SOP di banking hall.

“Ibu Lidia, sebaiknya Anda jangan percaya pada pria ini! Dia seorang penjudi online. Bahkan buku tabungannya sudah terblokir oleh pihak berwajib, sehingga tidak dapat melakukan transaksi apapun. Ayo panggil Satpam dan giring dia ke polisi!”

Lidia menjerit histeris, memukul Xander seolah dia seorang petarung ulung. Bahkan, dia tak segan menjambak rambut Xander dan berteriak keras.

“Tangkap penjudi online ini!”

“Satpam, di mana satpam!”

Lidia berubah menjadi setan, bergerak begitu cepat sehingga pewarna matanya terlihat gemuruh karena keringat yang mengalir, melakukan gerakan bela diri yang terinspirasi dari pelatihan Line Dance.

Namun… pipi Lidia tiba-tiba terasa panas.

PLAK!

Sebuah tamparan keras menghantam pipinya, membuatnya terkejut.

Ketika Lidia belum melepaskan cengkeraman rambut Xander, tangan Grace Song tanpa ampun langsung menjambak rambut Lidia, membuatnya berteriak kesakitan.

“Tolong, lepaskan aku, Ibu Grace. Mengapa Anda malah menyakitiku?” Lidia merintih seperti harimau terluka.

Saat dua Satpam Bank masuk dengan dingin, Grace Song memerintah.

“Ikat pelaku ini. Bawa dia ke gudang. Dia telah mempermalukan perusahaan dengan melukai Nasabah Super VVIP!”

Lidia, sang Customer Service, terdiam seketika, tidak lagi berteriak. Di dalam hatinya, ketakutan tiba-tiba melanda. “Xander, si miskin itu, mengapa dia disebut Nasabah Super VVIP? Apakah aku sudah membuat keputusan yang salah?”

Yang dimaskud dengan gudang, itu adalah tempat bagian umum yang oenuh dengan tumpukan barang. Barang promosi peruahaan, segala macam kertas, dan slip penarikan maupun penyetoran ada disana.

Gudang di Bank Central Halilintar tidak berpendingin udara. Hanya ada kipas angin seadanya, sehingga udara sangat panas dan pengap didalamnya.

Lidia tertatih-tatih mengangkat satu demi satu barang permintaan dari bagian dalam di bank. Dandanannya luntur seketika. Bahkan, ia tidakperlu repot-repot mengenakan sepatu berhak tinggi disana. Tak akan ada yang bakal mengagumi dirinya yang melenggang seolah-olah gadis model disana. Sesekali hanya tikus menjijikkan yang menemani Lidia pada masa jam kerja.

Kecantikannyamenjadi pudar dan ia tidaklagi menjadi pusat perhatian seperti ketika bertugas sebagai customer service.

+++

Di dalam ruangan berpendingin udara yang sejuk, Grace Song dengan hati-hati bertanya pada Xander.

“Maafkan kekasaran karyawan kami, Lidia. Dia sudah diamankan, dan tidak akan pernah lagi muncul di bagian depan bank kami.”

Melihat Xander masih terdiam, Grace Song semakin cemas.

Sebagai seorang nasabah yang memiliki saldo di rekening sebesar satu kuadriliun, pemuda sederhana ini bahkan bisa membeli sepuluh bank besar di negara Konoya ini. Apalah artinya sebuah bank seperti Bank Central Halilintar? Jika ia mau, dia dapat menyingkirkan semua orang yang sudah menyinggungnya hanya dengan sekali kedipan mata.

Tangan Grace Song gemetar. Namun beruntung, pemuda itu bersuara pelan, tak terdengar marah.

“Apakah bisa Anda memanggil taksi online? Aku harus kembali ke Kafe Gorilla’s dan melapor pada atasanku,” jawab Xander pelan.

Mata Grace Song terbelalak. “Sebuah permintaan yang sederhana, yang keluar dari pemilik Black Card Bank Central Halilintar. Mengapa bukan aku sendiri yang mengantarnya? Bukankah ini kesempatan meminta maaf, sekaligus berbuat baik pada Tuan Xander ini?”

Tak lama kemudian, Xander sudah duduk di dalam sebuah mobil BMW Seri 5 yang mahal. Dia diantar langsung oleh Ibu Grace Song ke Kafe Gorilla’s tempat dia bekerja. Dalam hatinya, Xander bertanya-tanya, apa yang akan Dimas, sang manajer kafe, katakan saat ia melihat Xander turun dari sebuah mobil seharga hampir 2 miliar itu?

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Endang Purwati
masih teka teki ,uang tabunganya ,tp seruu
goodnovel comment avatar
Jimmy Chuu
haha sampe disini sis?
goodnovel comment avatar
Rai Seika
xixixixi xixixi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pernikahan Di Hutan Tropis.

    Ternyata, perasaan Lisa Nuya sama sekali tidak berdasar.Nyonya pemarah itu, mengenakan mantel bulu cerpelai mewah yang mengkilap, tampak seperti seseorang yang terbiasa dengan perhatian. Ia adalah seorang anggota Dewan Kota, dengan pengaruh yang tak perlu dipertanyakan. Kepergiannya menggunakan pesawat Diamond Air bukan hanya sekadar perjalanan biasa.Itu adalah ujicoba—kesempatan langka untuk menguji kecepatan dan pelayanan pesawat baru yang menghubungkan Kota Air dengan dunia luar, membuka pintu bagi semua yang ingin merasakan sensasi bepergian dengan layanan eksklusif.Di dalam pesawat, wanita eksklusif itu memanfaatkan momen dengan sangat baik.Dengan gaya khasnya, dia mulai mengambil gambar dari berbagai sudut, berusaha menangkap setiap detil yang menunjukkan kemewahan pesawat tersebut.Setelah beberapa kali mengambil gambar, ia akhirnya mengunggahnya ke akun media sosial pribadinya, seperti yang sudah diprediksi banyak orang.“Semua pemirsa, Pesawat Diamond Air ini benar-benar

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Di Konter Check In Diamon Airlines.

    Akhirnya, David Li mendapatkan masa percobaan selama tiga bulan.Jika dalam periode itu ia gagal mengubah kepemimpinan di perusahaan penerbangan yang sebelumnya lemah dan kurang pengawasan, maka kali ini Xander, sebagai pemilik perusahaan, menegaskan bahwa ia harus bersikap lebih tegas."Setelah tiga bulan, saya akan melakukan evaluasi terhadap kinerja Anda.” Jangan salahkan saya jika kali berikutnya saya terpaksa mengambil keputusan tegas, bahkan mungkin memecat Anda," ancam Xander, tatapannya tajam dan dingin."Mengerti, Tuan Sanjaya. Saya paham..." jawab David Li, sembari mengusap keringat dingin yang mengucur deras dari keningnya—padahal suhu ruangan itu sangat dingin."Saya akan bekerja lebih keras dan meningkatkan pengawasan di perusahaan. Terima kasih, Tuan Sanjaya, telah memberi saya kesempatan untuk terus menjadi direktur utama," tambah David Li dengan suara yang penuh kekukuhan.David Li menjabat tangan Xander dengan kuat.Xander hanya melempar senyum tipis kepada sang direk

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Drama Diamond Air.

    Di dalam kantor Direktur Utama, Michael Chen duduk sendiri dengan tubuh gemetar dan pikiran kalut.Rasa takut terus menghantuinya sejak pertama kali menyadari kemungkinan mengerikan—pemuda yang ia anggap remeh itu ternyata benar-benar Tuan Sanjaya.Keyakinannya semakin kuat ketika melihat bagaimana Direktur Utama, David Li, memperlakukan pemuda sederhana itu dengan penuh hormat, nyaris seperti seorang abdi pada majikannya."Apa yang harus kukatakan untuk menyelamatkan diri?" pikir Michael, berulang kali, seperti mantra yang terus menggema di dalam kepalanya.Pikiran itu menggerogoti ketenangannya, membuat waktu terasa berjalan sangat lambat, bahkan hingga pendingin udara di ruangan yang terlalu dingin membuat tubuhnya menggigil.Akhirnya, setelah penantian panjang yang terasa seperti siksaan, pintu ruangan terbuka.Xander masuk lebih dulu, berjalan dengan tenang namun penuh wibawa.Di belakangnya, David Li mengekor seperti anak ayam yang patuh pada induknya.Dua perempuan yang sebelum

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kehancuran Sang Pelakor.

    Sophia adalah seorang influencer. Meskipun pengikutnya tidak lebih dari lima ribu orang, dia tetap rutin mengadakan siaran langsung.Setiap sesi ia manfaatkan untuk fleksing gaya hidupnya yang terlihat mewah dan glamor.Mayoritas kontennya hanya pamer, mulai dari tutorial makeup dengan produk-produk mahal yang ia beli dari uang hasil memeras Michael Chen, hingga tips berpakaian “stylish” dengan barang-barang dari butik premium.Sophia sangat cerdik memanfaatkan pengikutnya yang berasal dari masyarakat kelas bawah.Dengan manipulasi halus, ia membangun citra sebagai wanita karier sukses, meskipun kenyataannya jauh berbeda.Sebagian besar biaya hidup Sophia dibiayai Michael Chen. Liburan ke tempat-tempat terkenal yang biasa dikunjungi pasangan bulan madu, hingga biaya operasi plastik untuk mengubah hidungnya yang dulu pesek menjadi menjulang seperti puncak Gunung Himalaya, semua dibiayai oleh pria itu.Dengan cermat, Sophia menutupi fakta di balik kemewahan hidupnya, menciptakan citra

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Lawan Yang Setimpal.

    Sophia berjalan dengan langkah genit yang dipenuhi kepercayaan diri, mendekati Direktur David Li.Tatapannya sempat melirik David Chen yang melangkah lesu ke arah pintu, tetapi ia tidak menunjukkan niat untuk menghentikannya.Fokusnya kini telah berubah. "Jika aku bisa menguasai Direktur Li, bukankah ini berarti aku akan menjadi nyonya sejati di kantor Diamond Air ini?" pikirnya sambil tersenyum tipis."Michael Chen terlalu lemah. Memang dia direktur, tapi tak mampu memecat karyawan tetap!"Dengan pemikiran dangkal itu, Sophia mendekat sambil mengadopsi sikap yang dibuat-buat."Pemimpin Li, apa yang terjadi? Anda memarahi Direktur Chen? Apakah Anda memerlukan bantuan profesional saya?" tanyanya dengan nada prihatin.Tapi setiap kata yang meluncur dari bibirnya terasa mengandung racun tersembunyi.Tatapan Sophia berbinar saat ia menghela napas, menikmati momen yang menurutnya adalah langkah awal menuju kemenangan.Dalam benaknya, David Li sudah berada dalam genggamannya.Dengan tatapan

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Mempermalukan Michael Chen.

    Sementara itu, di depan pintu lift, Direktur David Li menahan langkah Xander yang baru akan turun mengikuti instruksi Hani, si petugas keamanan.“Tuan Sanjaya...” suara David Li terdengar ragu. Ia mencoba menghentikan aksi keempat orang itu.“Direktur utama...” sapa Hani buru-buru membungkuk dalam-dalam, hampir mencium lantai. Sebuah tindakan menjilat yang parah tak terselamatkan.Amy Liu dan Jessica Huang mengikuti dengan hormat, meskipun sikap mereka jauh lebih wajar.Namun, David Li tidak memedulikan ketiga orang itu. Fokusnya sepenuhnya tertuju pada Xander.“Anda adalah...” suara David Li menggantung, seolah mencoba memastikan apa yang ia pikirkan. Sorot matanya bertemu dengan Xander, yang mengedipkan mata santai, memberi sinyal jelas bahwa identitasnya sebaiknya tetap tersamarkan.“Panggil saja aku Xander. Xander Sanjaya...” ujar Xander dengan nada acuh tak acuh, seolah nama itu tak berarti apa-apa.Meski sudah jelas menyebutkan nama “Sanjaya,” Amy Liu dan Jessica Huang tidak men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status