Share

Gorilla’s Kafe.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2024-07-11 10:52:17

Duduk di dalam mobil BMW Seri 5 yang masih berbau baru, Xander meresapi aroma jok kulit yang berpadu sempurna dengan dinginnya hembusan udara dari pendingin.

Selama hampir satu jam perjalanan menuju Gorilla’s Kafe, tempat dia bekerja, dia tetap diam, membisu. Xander duduk kaku, seolah-olah setiap gerakannya bisa mencemari kemewahan jok mobil yang mengkilap ini.

Di sebelahnya, Grace Song juga tak bersuara.

Bukannya tak ingin menyapa, tapi Grace yakin diamnya Xander karena masih merasa marah akibat perbuatan tercela Lidia, yang merendahkan dirinya dengan menyebutnya hanya seorang penjudi online rendahan.

Keheningan itu akhirnya pecah ketika mobil BMW Seri 5 yang dikendarai sopir pribadi Grace berhenti dengan halus.

Xander menghela napas lega, bergegas berkata, “Ibu Grace, terima kasih atas kebaikan Anda, mengantarkan saya ke Gorilla’s Kafe.”

Xander menunduk hormat, kemudian berjalan cepat menuju tempat kerjanya yang terlihat cukup ramai dari luar. Dia berusaha menyelinap, menyembunyikan diri di balik keramaian dan tahu-tahu sudah berada di dapur.

“Syukurlah… Dimas tidak ada,” batinnya lega.

Namun, keberuntungannya tak berlangsung lama. Suara Dimas yang menggelegar terdengar dari arah belakang, mengejutkannya.

“Xander! Sudah jam segini dan kau baru datang?”

Xander berbalik, melihat Dimas sang manajer kafe menatapnya dengan tatapan tajam, seolah-olah ingin menelannya hidup-hidup. Lemak di pipinya terguncang ketika dia berbicara dengan marah.

“Aku... aku...” Xander menjawab terbata-bata.

“Sudahlah. Langsung ke meja kerja barista. Ada banyak pelanggan siang ini. Tapi jangan senang dulu! Aku akan membuat perhitungan denganmu setelah semuanya selesai!” kata Dimas, masih dengan pipi berlemak yang berguncang. Sekarang bahkan lehernya yang gemuk ikut berguncang.

Xander buru-buru menggosok gigi, lalu mencuci wajahnya dengan sabun di kamar mandi. Ia menyisir rambutnya dengan cepat agar terlihat rapi.

"Sempurna," bisik Xander sambil menatap wajahnya di cermin, merasa puas dengan penampilannya.

Sebagai sentuhan akhir, ia menyemprotkan parfum murahan yang meniru aroma parfum desainer terkenal ke beberapa bagian tubuhnya. Meski murah, aroma parfum itu cukup menyegarkan dan membuat penampilannya pantas untuk berada di front office.

Xander memasang apron berlogo Gorilla’s Kafe dan langsung menuju area kerja. Di sana, Hannah Laksa, seorang barista perempuan, terlihat sudah mulai kewalahan menghadapi serbuan pelanggan siang ini.

"Darimana saja kau?" tanya Hannah dengan nada kesal. Tangannya sibuk meracik minuman dengan takaran dan resep yang tepat, wajahnya fokus pada gelas yang dipegang, namun jelas-jelas pertanyaan itu ditujukan pada Xander.

Xander diam dan tidak menjawab. Namun pertanyaan susulan menyusul, memberondongnya tanpa henti.

"Aku menonton video itu. Apakah benar Lucy..."

"Tolong, tidak perlu bertanya sekarang. Aku akan menceritakan padamu kejadiannya nanti. Sekarang kita fokus pada pekerjaan barista ini dulu, oke?" kata Xander singkat.

Hannah mengangguk tanda setuju. Keduanya larut dalam kesibukan meracik minuman kopi sesuai pesanan yang diberikan oleh kasir.

Namun tiba-tiba seorang pria berteriak keras. Ia membanting kopi yang dipesannya ke lantai dan memaki dengan suara lantang.

"Minuman macam apa ini? Mengapa pahit sekali?"

Dia menatap Xander dengan tajam dan menunjuknya dengan penuh kesombongan.

"Heh, kamu! Apakah kamu sengaja mempermainkanku? Mengapa kamu tidak memberi gula barang setetes pun di minuman ini? Kamu ingin aku muntah-muntah dan mempermalukanku?"

Suara pria itu semakin menggelegar, membuat semua mata di kafe tertuju pada Xander, seolah meminta penjelasan.

"Tapi itu adalah Americano. Tak ada gula di dalam minuman itu," kata Xander berusaha tetap sopan. "Jika Anda ingin minuman yang manis, Anda bisa menambahkannya sendiri di counter yang tersedia."

Xander menunjuk dengan sopan menggunakan telapak tangannya ke arah counter. Di sana terdapat sirup gula, gula pasir, dan brown sugar yang siap digunakan pelanggan.

Meski merasa malu karena sudah marah-marah, pelanggan pria itu terus-menerus mengomel tanpa henti. Ia meninggalkan Gorilla’s Kafe dengan langkah terburu-buru, diiringi sorakan para pengunjung lain yang ikut merasa kesal dengan perbuatan kasarnya tapi bodoh itu.

Beberapa di antara mereka bahkan berteriak keras ketika pria kasar itu sudah keluar dari Gorilla’s Kafe, menghinanya dengan penuh emosi.

"Orang kampungan! Tidak tahu apa itu minuman Americano tapi sok memesannya!"

"Dasar udik pedesaan!"

Di tengah-tengah keriuhan sorak-sorai itu, Xander termenung, pikirannya melayang jauh.

"Aku memiliki uang sebanyak satu kuadriliun. Mengapa tidak bersenang-senang sedikit saja? Bukankah akan menyenangkan jika aku membeli Gorilla’s Kafe ini dan memulai kerajaan bisnis sendiri?"

Xander membayangkan dirinya memulai perjalanan sebagai orang kaya, dengan memiliki Gorilla’s Kafe sebagai langkah awal yang sangat menarik.

Namun, di balik ambisinya itu, ada rasa dendam yang menyala.

Xander tidak hanya ingin sukses, dia juga ingin membalas dendam pada Lucy yang berselingkuh dan menghancurkan Kevin Ng, kekasih gelap Lucy.

"Ini akan menjadi awal yang luar biasa," pikir Xander dengan senyum kecil di bibirnya. Dia merasakan semangat baru mengalir dalam dirinya. Membangun kerajaan bisnis, sekaligus membalas dendam, adalah dua hal yang sangat menyenangkan dan memuaskan.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Endang Purwati
tunjukan pesona mu Xander ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pernikahan Di Hutan Tropis.

    Ternyata, perasaan Lisa Nuya sama sekali tidak berdasar.Nyonya pemarah itu, mengenakan mantel bulu cerpelai mewah yang mengkilap, tampak seperti seseorang yang terbiasa dengan perhatian. Ia adalah seorang anggota Dewan Kota, dengan pengaruh yang tak perlu dipertanyakan. Kepergiannya menggunakan pesawat Diamond Air bukan hanya sekadar perjalanan biasa.Itu adalah ujicoba—kesempatan langka untuk menguji kecepatan dan pelayanan pesawat baru yang menghubungkan Kota Air dengan dunia luar, membuka pintu bagi semua yang ingin merasakan sensasi bepergian dengan layanan eksklusif.Di dalam pesawat, wanita eksklusif itu memanfaatkan momen dengan sangat baik.Dengan gaya khasnya, dia mulai mengambil gambar dari berbagai sudut, berusaha menangkap setiap detil yang menunjukkan kemewahan pesawat tersebut.Setelah beberapa kali mengambil gambar, ia akhirnya mengunggahnya ke akun media sosial pribadinya, seperti yang sudah diprediksi banyak orang.“Semua pemirsa, Pesawat Diamond Air ini benar-benar

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Di Konter Check In Diamon Airlines.

    Akhirnya, David Li mendapatkan masa percobaan selama tiga bulan.Jika dalam periode itu ia gagal mengubah kepemimpinan di perusahaan penerbangan yang sebelumnya lemah dan kurang pengawasan, maka kali ini Xander, sebagai pemilik perusahaan, menegaskan bahwa ia harus bersikap lebih tegas."Setelah tiga bulan, saya akan melakukan evaluasi terhadap kinerja Anda.” Jangan salahkan saya jika kali berikutnya saya terpaksa mengambil keputusan tegas, bahkan mungkin memecat Anda," ancam Xander, tatapannya tajam dan dingin."Mengerti, Tuan Sanjaya. Saya paham..." jawab David Li, sembari mengusap keringat dingin yang mengucur deras dari keningnya—padahal suhu ruangan itu sangat dingin."Saya akan bekerja lebih keras dan meningkatkan pengawasan di perusahaan. Terima kasih, Tuan Sanjaya, telah memberi saya kesempatan untuk terus menjadi direktur utama," tambah David Li dengan suara yang penuh kekukuhan.David Li menjabat tangan Xander dengan kuat.Xander hanya melempar senyum tipis kepada sang direk

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Drama Diamond Air.

    Di dalam kantor Direktur Utama, Michael Chen duduk sendiri dengan tubuh gemetar dan pikiran kalut.Rasa takut terus menghantuinya sejak pertama kali menyadari kemungkinan mengerikan—pemuda yang ia anggap remeh itu ternyata benar-benar Tuan Sanjaya.Keyakinannya semakin kuat ketika melihat bagaimana Direktur Utama, David Li, memperlakukan pemuda sederhana itu dengan penuh hormat, nyaris seperti seorang abdi pada majikannya."Apa yang harus kukatakan untuk menyelamatkan diri?" pikir Michael, berulang kali, seperti mantra yang terus menggema di dalam kepalanya.Pikiran itu menggerogoti ketenangannya, membuat waktu terasa berjalan sangat lambat, bahkan hingga pendingin udara di ruangan yang terlalu dingin membuat tubuhnya menggigil.Akhirnya, setelah penantian panjang yang terasa seperti siksaan, pintu ruangan terbuka.Xander masuk lebih dulu, berjalan dengan tenang namun penuh wibawa.Di belakangnya, David Li mengekor seperti anak ayam yang patuh pada induknya.Dua perempuan yang sebelum

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kehancuran Sang Pelakor.

    Sophia adalah seorang influencer. Meskipun pengikutnya tidak lebih dari lima ribu orang, dia tetap rutin mengadakan siaran langsung.Setiap sesi ia manfaatkan untuk fleksing gaya hidupnya yang terlihat mewah dan glamor.Mayoritas kontennya hanya pamer, mulai dari tutorial makeup dengan produk-produk mahal yang ia beli dari uang hasil memeras Michael Chen, hingga tips berpakaian “stylish” dengan barang-barang dari butik premium.Sophia sangat cerdik memanfaatkan pengikutnya yang berasal dari masyarakat kelas bawah.Dengan manipulasi halus, ia membangun citra sebagai wanita karier sukses, meskipun kenyataannya jauh berbeda.Sebagian besar biaya hidup Sophia dibiayai Michael Chen. Liburan ke tempat-tempat terkenal yang biasa dikunjungi pasangan bulan madu, hingga biaya operasi plastik untuk mengubah hidungnya yang dulu pesek menjadi menjulang seperti puncak Gunung Himalaya, semua dibiayai oleh pria itu.Dengan cermat, Sophia menutupi fakta di balik kemewahan hidupnya, menciptakan citra

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Lawan Yang Setimpal.

    Sophia berjalan dengan langkah genit yang dipenuhi kepercayaan diri, mendekati Direktur David Li.Tatapannya sempat melirik David Chen yang melangkah lesu ke arah pintu, tetapi ia tidak menunjukkan niat untuk menghentikannya.Fokusnya kini telah berubah. "Jika aku bisa menguasai Direktur Li, bukankah ini berarti aku akan menjadi nyonya sejati di kantor Diamond Air ini?" pikirnya sambil tersenyum tipis."Michael Chen terlalu lemah. Memang dia direktur, tapi tak mampu memecat karyawan tetap!"Dengan pemikiran dangkal itu, Sophia mendekat sambil mengadopsi sikap yang dibuat-buat."Pemimpin Li, apa yang terjadi? Anda memarahi Direktur Chen? Apakah Anda memerlukan bantuan profesional saya?" tanyanya dengan nada prihatin.Tapi setiap kata yang meluncur dari bibirnya terasa mengandung racun tersembunyi.Tatapan Sophia berbinar saat ia menghela napas, menikmati momen yang menurutnya adalah langkah awal menuju kemenangan.Dalam benaknya, David Li sudah berada dalam genggamannya.Dengan tatapan

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Mempermalukan Michael Chen.

    Sementara itu, di depan pintu lift, Direktur David Li menahan langkah Xander yang baru akan turun mengikuti instruksi Hani, si petugas keamanan.“Tuan Sanjaya...” suara David Li terdengar ragu. Ia mencoba menghentikan aksi keempat orang itu.“Direktur utama...” sapa Hani buru-buru membungkuk dalam-dalam, hampir mencium lantai. Sebuah tindakan menjilat yang parah tak terselamatkan.Amy Liu dan Jessica Huang mengikuti dengan hormat, meskipun sikap mereka jauh lebih wajar.Namun, David Li tidak memedulikan ketiga orang itu. Fokusnya sepenuhnya tertuju pada Xander.“Anda adalah...” suara David Li menggantung, seolah mencoba memastikan apa yang ia pikirkan. Sorot matanya bertemu dengan Xander, yang mengedipkan mata santai, memberi sinyal jelas bahwa identitasnya sebaiknya tetap tersamarkan.“Panggil saja aku Xander. Xander Sanjaya...” ujar Xander dengan nada acuh tak acuh, seolah nama itu tak berarti apa-apa.Meski sudah jelas menyebutkan nama “Sanjaya,” Amy Liu dan Jessica Huang tidak men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status