Share

Rahasia Pacarku dan Ibunya
Rahasia Pacarku dan Ibunya
Author: Goldhour

Bab 1

Author: Goldhour
Aku bernama Arya Perkasa, hasratku sangat besar.

Sejak punya pacar, aku ingin sekali pergi ke hotel setiap malam. Namun, karena biaya menginap yang lumayan besar, aku memutuskan untuk tinggal bersama pacarku.

Di malam pertama kami pindah ke rumah kontrakan, aku tidak bisa menahan diri dan langsung menindih pacarku, melampiaskan seluruh hasratku.

Sesuai dengan namaku, aku diberkahi kemampuan yang luar biasa di ranjang. Pacarku yang mungil dan ramping jelas tidak kuat menghadapiku. Tak lama kemudian, dia menangis memohon padaku, "Nggak mau lagi ... hiks, dasar bajingan!"

Melihat dia gemetar dan berkeringat dingin karena ulahku, entah mengapa, timbul rasa harga diri sebagai seorang pria di dalam diriku.

Tiba-tiba aku teringat pada calon ibu mertuaku yang berada di kamar sebelah.

Pacarku berteriak begitu kencang, apakah ibunya mendengar suaranya?

Kata orang, wanita usia empat puluhan seperti harimau. Jika mendengar keributan ini, mungkin malam ini dia tidak akan bisa tidur, ‘kan?

Memikirkan hal itu, tanpa sadar aku melihat ke arah pintu. Seketika, aku terpaku.

Pintunya ternyata sedikit terbuka. Dengan bantuan cahaya lampu yang redup, aku melihat sepasang mata sedang menatapku dan pacarku tanpa berkedip.

Tangannya berada di bawah, bergerak naik-turun tanpa henti.

Ternyata ibu pacarku tidak hanya mendengar, tetapi juga mengintip. Bahkan dia ....

Sensasi diintip ini membuatku bergairah.

Pacarku berteriak ketakutan melihat ekspresiku yang buas.

Aku mengabaikannya dan menepuk pantat pacarku dengan kasar. Aku berkata, "Kamu ini, dasar cewek cantik nggak berguna! Lebih baik ibumu saja yang menggantikanmu."

Aku melampiaskan hasratku seperti mesin gila, tetapi mataku terus tertuju pada pintu.

Ibu pacarku gemetar karena terangsang, seberkas cairan bening menyembur ke udara.

Setelah kami selesai, pacarku memukul dadaku beberapa kali dengan marah. Air matanya bercucuran, pacarku memakiku, "Dasar nakal, aku nggak mau bicara sama kamu lagi! Huh!"

Dia kemudian membalikkan badan dan tidur dengan wajah merengut.

Aku keluar untuk merokok. Begitu keluar, aku tidak berjalan dengan hati-hati dan jatuh tersungkur.

Aku baru menyadari ada jejak basah di lantai. Secara iseng, aku mengambil sedikit cairan itu dan mencicipinya.

...

Keesokan harinya, saat aku membuka mata, pacarku masih terlelap karena kelelahan.

Setelah keluar dari kamar mandi, aku melihat ibu pacarku sedang menyiapkan sarapan dengan mengenakan celemek.

Melihatku sudah bangun, wajahnya yang putih merona dan berkata, "Kamu ... sudah bangun? Mana Sarah? Jangan-jangan dia masih tidur?"

Aku tersenyum canggung. "Tante, jangan salahkan Sarah. Semalam aku terlalu kuat melakukannya, dia jadi sangat lelah."

Seketika setelah kalimat itu terucap, aku melihat rona merah muncul di wajah ibu pacarku.

Aku pun sadar bahwa perkataanku kurang pantas.

Untungnya, ibu pacarku tidak marah. Dia hanya berdeham canggung dan berkata, "Kalau begitu ... kita makan duluan saja."

Ibu pacarku dan aku duduk berhadapan. Di atas meja, selain dua gelas susu, ada satu mentimun dan satu jagung. Dua benda utuh, tidak dipotong. Ibu pacarku mengambil mentimun dan memberikannya padaku.

Lalu, dia mengambil jagung untuk dirinya sendiri.

Namun, caranya makan jagung berbeda dari orang lain. Ibu pacarku tidak menggigitnya, melainkan menjepitnya di mulut. Sesekali menelannya, sesekali menjilatnya.

Melihatku menatapnya lurus-lurus, dia tersenyum lembut. Lalu berkata, "Tante sudah begini sejak kecil. Kalau ketemu yang besar, Tante suka menjilatnya saat makan."

"Apalagi kalau dicocol susu, rasanya lebih enak!"

Sambil mengatakannya, ibu pacarku mencelupkan jagung itu ke dalam susu, lalu memasukkannya ke mulut dan mengisapnya kuat-kuat.

Susu putih menetes dari sudut bibirnya dan kebetulan mengalir ke belahan dadanya yang putih.

Ibu pacarku lalu menjulurkan jarinya, mengambil tetesan susu itu, dan memasukkannya ke dalam mulut.

"Nggak boleh disia-siakan!"

Tenggorokanku terasa tercekat.

Alat di celanaku bahkan terasa sakit karena menegang.

Jangan-jangan dia sedang menggodaku?

Pikiran berani itu tiba-tiba muncul di benakku, tapi dengan cepat aku tepis.

Aku ini pacar anaknya. Seberapa pun haus dan bergairahnya ibu pacarku, tidak mungkin dia menggoda calon menantunya sendiri, ‘kan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Pacarku dan Ibunya   Bab 8

    Aku langsung menanyakan pada Sarah dengan bingung.Dia masih tidak mau bicara padaku. Ibunya mendekat dan menjelaskan, bahwa membeli asuransi kecelakaan saat naik pesawat adalah hal yang sangat wajar.Sambil berbicara, dia juga membuka ponselnya dan menunjukkan bahwa mereka juga membelinya. Di polis asuransi pacarku, nama penerima manfaat memang namaku.Karena sudah dijelaskan begitu, aku tidak lagi khawatir.Pesawat tiba sore hari. Setelah check-in di hotel dan meletakkan barang, kami pergi melihat laut bersama.Di pantai ada aktivitas menyelam dan menaiki perahu kecil.Meskipun aku tidak bisa berenang, melihat mereka berdua sangat antusias, aku terpaksa ikut. Lagi pula, ada pelatih dan petugas keselamatan.Namun, aku tidak menyangka, kecelakaan benar-benar terjadi. Begitu naik, perahu kecil itu langsung terbalik dan kami bertiga tercebur ke air.Kami semua berjuang keras. Aku ingin menyelamatkan Sarah, tetapi aku sendiri sulit bertahan. Untungnya, ada pelatih dan petugas keselamatan,

  • Rahasia Pacarku dan Ibunya   Bab 7

    Suara jilatannya sangat keras. Jika terus begini, hanya tinggal menunggu waktu sampai pacarku terbangun.Aku segera mendorong ibu pacarku, memberitahunya bahwa aku setuju untuk melakukannya lagi, tetapi besok.Syukurlah dia masih mau mendengarkan. Namun, dia tidak pergi dan langsung merangkak masuk ke selimutku, memelukku, dan tidur.Jika terus berdebat, aku akan membangunkan pacarku. Lagi pula, pacarku tidak bisa melihat, jadi aku membiarkannya saja.Keesokan paginya, aku terbangun karena ulah ibu pacarku.Gerakannya terlalu tergesa-gesa, hingga membangunkan pacarku.Untungnya, pacarku tidak curiga. Gadis itu mengira aku sedang bermain sendiri. Dia berkata, "Dasar kuda jantan! Pagi-pagi sudah mulai?"Aku menjawab dengan suara yang tidak jelas untuk mengalihkan perhatiannya.Pada siang hari, pacarku tidur siang dan ibu pacarku menarikku ke kamarnya.Harus kuakui, ibu pacarku memang wanita yang luar biasa. Hanya dengan beberapa sentuhan darinya, aku langsung kehilangan akal. Ada api yan

  • Rahasia Pacarku dan Ibunya   Bab 6

    Saat itu, sudut mataku menangkap seseorang sedang melihatku. Aku melirik ke samping, ternyata pintu kamar ada celah.Di luar celah pintu itu, ada sepasang mata yang menatap lurus ke arah tubuhku.Ternyata ibu pacarku tidak pergi, dia masih mengintip di sana.Saat itu aku sudah sepenuhnya tegang, ibu pacarku pasti melihatnya dengan sangat jelas.Pacarku masih sibuk memberiku ‘makan’ dengan liar. Suara ‘gluk-gluk’ air terdengar sangat erotis.Celah pintu semakin melebar. Aku melihat ibu pacarku sudah lemas.Detik berikutnya, aku melihat ibu pacarku menyelinap masuk.Aku sedikit panik. Dia, dia mau apa?Hingga sepasang tangan lembut menyentuh resleting celanaku.Astaga, keberaniannya benar-benar gila.Aku ingin meronta, tetapi dia langsung membuka resleting celanaku dan mengeluarkan ‘senjataku’.Tanpa sempat berpikir, dia langsung duduk di atas ‘senjata’ku.Rangsangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya, membuatku semakin kuat.Ibu pacarku tahu, aku takut pacarku akan menyadari perbuat

  • Rahasia Pacarku dan Ibunya   Bab 5

    Ibu pacarku keluar sambil tersenyum, dengan hanya mengenakan handuk."Arya, kamu bahkan juga menginginkan ibu pacarmu? Benar-benar sudah gila karena menahan hasrat, ya?""Begini saja, sebentar lagi setelah Sarah tidur, datanglah ke kamar Tante. Tante akan membantumu melampiaskannya.""Bu, jangan bercanda seperti ini. Nanti Sarah salah paham ...." Aku melihat ibu pacarku dengan wajah memerah karena malu, lalu kembali ke kamarku.Aku berbaring di tempat tidur, gelisah tidak bisa tidur. Sedangkan pacarku tidur nyenyak memunggungiku.Aku menghitung gambar domba dalam pikiranku sebentar dan hampir tertidur. Tiba-tiba, ponselku berbunyi.Ada pesan masuk. Ketika kubuka, ternyata dari ibu pacarku.[Aku sudah dengar Sarah mendengkur, kenapa kamu belum ke sini juga?]Jantungku langsung berdebar kencang. Pesan ini, ibu pacarku serius?Meskipun aku benar-benar mendambakan hal itu, aku masih punya batas moral. Aku agak merasa marah.[Bu, jangan bercanda lagi seperti ini. Ibu itu ibunya Sarah. Aku m

  • Rahasia Pacarku dan Ibunya   Bab 4

    Ibu pacarku belum bangun, tetapi nalurinya membuatnya memegang pinggangku.Aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku menekan kepalanya dan menciumnya lagi dengan ganas.Saat aku sedang mabuk kepayang dan lupa segalanya, ponselku berdering.Aku kaget, segera berhenti, dan mengangkat telepon. Panggilan itu dari rumah sakit dan seketika aku kehilangan gairah.Ternyata pacarku mengalami kecelakaan mobil di tempat dinasnya dan sedang dalam proses penyelamatan. Aku hampir menangis mendengarnya.Aku langsung membangunkan ibu pacarku. Kami berdua terburu-buru hingga hanya memakai baju dan sandal, lalu berlari ke bandara.Kami terbang ke tempat pacarku malam itu juga.Syukurlah, setelah menunggu semalaman, operasi penyelamatan berhasil. Nyawanya tidak dalam bahaya, tetapi saraf penglihatannya terluka dan pacarku menjadi buta.Setelah perusahaan memberikan kompensasi kecelakaan kerja, pacarku berhenti bekerja dan tinggal di rumah.Dia menjadi agak putus asa dan emosinya tidak stabil.Dia berkali-kal

  • Rahasia Pacarku dan Ibunya   Bab 3

    Saat itu, ibu pacarku tiba-tiba menjerit. Aku terkejut, terhuyung, dan buru-buru menarik diriku.Namun, suara ibu pacarku tidak berhenti dan malah semakin nyaring.Aku ketakutan setengah mati. Ternyata ibu pacarku sedang mencapai puncaknya. Aku kira dia menyadari keberadaanku.Dalam situasi ini, aku tidak berani lanjut mengintipnya. Aku menyelinap keluar dengan hati-hati.Tidak lama kemudian, ibu pacarku juga keluar. Dia berkata, "Aku sudah selesai, kamu bisa masuk."Wajah ibu pacarku masih memerah karena gairah.Di bawah pantulan cahaya, gaun tidur yang terlihat sopan itu ternyata menjadi benar-benar transparan.Yang lebih mengejutkan, ternyata ibu pacarku tidak mengenakan apa-apa di dalam gaun tidurnya! Tangannya memegang celana dalam model thong berenda, yang hanya berupa beberapa tali tipis.Aku mau tak mau bertanya-tanya, apakah tali yang tipis dan sempit itu benar-benar bisa menutupi bagian tubuhnya yang montok?Saat itu, bagian bawahku sudah hampir meledak. Jika tidak segera dil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status