Share

2. Malam Pengantin

Clarisa Rasyadita mulai mengenang pertemuannya pertama kali dengan Dion Putra Darmawangsa. Saat kedua orangtua Dion berkunjung ke rumahnya kondisi mereka dalam keadaan sedang tidak baik-baik saja.

Darmawangsa dan istrinya terlihat menangis dihadapan ayah dan ibunya. Saat itu Risa memang tidak mengerti alasan mereka datang kemudian ibu Dion menangis sambil memohon kepada ayahnya.

Terlihat saat mereka akhirnya terlibat pembicaraan yang cukup serius, sampai datanglah Dion menyusul kedua orangtuanya. Otak Risa mendadak berhenti berpikir, duniapun seakan berhenti dari porosnya. Dia terpana sesaat melihat penampakan seseorang yang terasa sangat mengejutkannya.

Sosok tampan dan berwibawa dengan penampilan yang memikat, hidungnya yang mancung, tatapan matanya tajam dan postur tubuhnya yang menawan membuat Risa terpesona jika didepannya kini ada laki-laki impian setiap wanita.

Tidak terelakkan pesona yang ditebarkan Dion membuatnya linglung sesaat. Sampai akhirnya terdengar suara yang membuyarkan lamunannya.

"Ehhmm...Maaf, apa betul ini kediaman Bapak Kevin Raharja? "

Dion sengaja mengagetkan gadis didepannya yang sedang bengong saat melihatnya. Sebenarnya didepan dia sudah menyebut identitasnya agar satpam memberinya jalan untuk masuk.

Gadis itu hanya mengangguk malu, semburat merah diwajahnya tertangkap sekilas. Dion hanya mendengus pelan, aneh ada apa dengan perempuan ini. Rasanya Dion ingin segera mengajak orangtuanya segera pulang.

Itulah awal dari rasa sukanya Risa kepada Dion, sampai akhirnya dia dilamar oleh keluarga Dion. Duh, rasanya tentu saja senang bangeet. Risa sampai berjingkrak saking bahagianya. Dia langsung menjawab iya ketika tiba lamaran tersebut datang.

***

Risa kini sedang merenung di kamar hotel yang disediakan untuk malam pengantin mereka. Risa yang tadinya sudah tidak sabar menanti kedatangan suaminya sekarang harus mengubur keinginannya dalam-dalam.

Sebuah pesan dari ponselnya baru saja dia terima, Dion tidak bisa menemaninya karena ada urusan. Hhh.. Urusan apa?

Bukankah ini masih malam pengantin mereka? Dion malah menghindarinya.

Risa meremas ujung bajunya pedih, tapi sudahlah mungkin memang benar Dion sedang ada urusan. Lagi pula mereka masih bisa bertemu dimalam-malam berikutnya. Kini Dion sudah menjadi suaminya, apa lagi yang harus dikhawatirkan?

Risa mulai melakukan ritual membersihkan wajah dan memakai skin carenya. Dia harus berpikir positif sekarang jangan sampai dirinya diracuni pikiran-pikiran negatif yang akan membuatnya semakin sakit dan ketakutan.

Daren yang memergoki saudara kembarnya sedang asyik menghabiskan malam pengantinnya bersama teman-temannya di Club mengernyit heran. Apa yang terjadi dengan Dion sehingga meninggalkan kamar pengantinnya malah berkumpul disini.

Terlihat disudut ruangan saat Dion menikmati minumannya sampai mabuk, bahkan berkali-kali dia melakukannya seolah menyalurkan kemarahannya disana. Lalu bagaimana dengan Risa, ipar cantiknya yang tadi sempat membuatnya terpukau?

Daren akhirnya mendekati saudara kembarnya yang sedang menyebut nama Aurel kekasihnya. Wait, apa dia bilang, "Aurel, jangan tinggalkan aku.. Cepatlah kemari aku merindukanmu!! "

Hehhh!!..sudah gila rupanya si Dion. Kalau orangtuanya tau kelakuan anaknya bisa habis dia. Daren segera menyeret Dion dan mengantarnya pulang ke hotel, bisa gawat ini kalau seisi hotel tau pengantin laki-lakinya malah kelayapan di club saat malam pengantinnya.

Sampai dikamar hotel, Darel segera mengetuk kamar mereka. Dion yang sudah mabuk berat sudah sempoyongan dipapah oleh Daren. Saat pintu terbuka Daren tertegun melihat sosok iparnya dalam balutan baju tidurnya yang cantik.

"Ya Tuhan, kenapa Dion sampai begini?" Risa segera membuka lebar-lebar pintunya agar Daren leluasa memapah Dion masuk. Dilemparkannya saudara kembarnya itu ke sofa, sambil mendengus marah karena kelakukan Dion.

Risa terkejut melihat tindakan Daren, alis matanya terangkat dan matanya mendelik. Daren hanya tersenyum miring, "Urus suamimu kak, aku pergi dulu! " Mendengar suara Daren yang berat Risa terhenyak dan akhirnya mengangguk pelan.

Daren segera keluar dari kamar, dari tadi dadanya sudah berdebar tidak karuan. Daren benar-benar terpesona pada kakak iparnya. Dia mengutuk Dion sepanjang jalan, "Dasar bodoh, istri secantik itu malah dibiarkan dimalam pengantin!! "

Daren mengeluarkan sumpah serapahnya untuk Dion sepanjang langkahnya sampai dia puas. Daren juga sempat melihat raut kesedihan diwajah Risa, saudara kembarnya ini memang kurang ajar. Kalau dari awal dia menolaknya padahal Daren bersedia menggantikannya.

Kini Risa menatap Dion dengan kecewa, ternyata Dion keluar hanya untuk mabuk. Apakah dia sefrustasi itu sampai meninggalkan malam pengantinnya hanya untuk mabuk?

Tiba-tiba terdengar erangan Dion dan memanggil kekasihnya. "Aurel.. Aurel sayangku.. Aku sangat merindukanmu! "

Degghh...!! Heh, dia panggil siapa tadi?

Aurel.. Siapa perempuan itu, pacarnya kah?

Ada yang menghantam dadanya saat itu juga, Risa menatap Dion yang masih tergeletak disofa. Tadinya dia ingin mengganti pakaian suaminya dan memapahnya menuju tempat tidurnya.

Memang seharusnya itu yang dia lakukan, namun karena Risa keburu sebal dengan tingkah Dion maka dibiarkannya Dion tetap di sofa. Risa mulai memejamkan matanya ditempat tidur ukuran king size dengan taburan bunga.

Kamar hotel ini memang sudah disulap pihak hotel sesuai permintaan mertuanya. Sesaat kemudian Risa sudah mengarungi lautan mimpinya, akibat kelelahan tadi tubuhnya cepat terbuai dalam keheningan malam.

Risa sudah tidak peduli lagi dengan kondisi Dion karena dia sendiri butuh istirahat. Apalagi tadi Dion menyebut nama seorang perempuan yang membuatnya marah. Rasa sayangnya kini mulai dipertanyakan, entahlah Risa malas memikirkannya.

Keesokan harinya terdengar suara erangan dari seseorang, Dion mulai sadar dan mengangkat kepalanya yang terasa berat. Netranya mulai terbuka, tatapannya liar kesana kemari. "Kenapa aku ada dihotel, hhh..brengsek! siapa yang membawaku kemari. Bukankah semalam aku dengan teman-temanku di club? "

Dion terduduk sambil memegang kepalanya, dia melihat pakaiannya juga masih utuh. Sion segera berjalan menuju kamar mandi, saat melihat tempat tidur dia melihat ada seorang perempuan yang masih bergelung dengan selimutnya.

"Cihh, dasar pemalas. Jam segini masih tidur bukannya bangun menyiapkan baju ganti untuknya malah masih tenggelam dalam mimpinya. Dion segera mengguyur badannya setelah muntah karena perutnya terasa mual akibat minumannya semalam.

Suara Dion muntah dikamar mandi ternyata membangunkan Risa dari tidur lelapnya. Matanya mengerjap indah, kemudian mulai melihat sekeliling kamarnya. Risa terduduk kaget, masih berfikir kenapa dia ada disini.

Perlahan ingatannya menyadarkannya kalau sekarang dia sudah menjadi seorang istri. Bergegas Risaa bangun dan membereskan tempat tidurnya, dia harus mencuci mukanya dan gosok gigi.

Sambil menatap kamar mandi, Risa mulai memikirkan nasib rumah tangganya yang baru dimulai. Ocehan Dion tadi malam membuat hatinya sakit karena dia malah merindukan perempuan lain.

Risa ingin Dion jujur padanya alasan menikah dengannya. Ini tidak bisa dibiarkan meskipun dia cinta mati kepada Dion, bukan berarti dia bisa diduakan seenaknya. Umur pernikahan mereka masih dalam hitungan hari, namun tidak elok juga kalau membahas tentang perpisahan.

Risa tidak akan berani melakukannya justru dia harus memikirkan bagaimana caranya agar bisa tetap menjaga keutuhan rumah tangganya.

"Krek..! " Dion terlihat keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk saja. Buliran air yang masih menempel ditubuhnya membuat Risa lagi-lagi terpana dan meneguk air liurnya.

Tubuh Diom benar-benar sempurna, ditambah dengan dadanya yang bidang dan roti sobeknya serasa sedang memanggil Risa untuk mendekatinya. Dion hanya menatap tajam ke arah Risa yang masih terpaku melihat tubuhnya.

Tiba-tiba Dion melengos dan berjalan dengan santai dihadapan Risa tanpa mengucap sepatah katapun. Risa baru sadar kalau kelakuannya barusan sangat memalukan, dia benar- benar ingin menguburkan dirinya ke dalam lautan.

Muka Risa memerah seperti kepiting rebus, ingin rasanya dia kabur dari hadapan Dion. Sedangkan Dion lagi-lagi hanya meliriknya dan memberi perintah untuk segera mandi kepada istrinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status