Share

3. Menjemput di Bandara

Risa yang kepergok sedang mengagumi tubuh suaminya berjalan malas menuju kamar mandi. Sedangkan Dion melanjutkan berpakaian santai karena dia masih dalam masa cuti.

Dion memang berencana ingin menjemput Aurel ke bandara. Dia sudah sangat merindukan kekasihnya, beberapa hari ini jadwal Aurel memang sangat padat. Sehingga waktu bertemu mereka semakin jarang.

Dion bergegas turun dari kamarnya dan menyambar kunci mobilnya untuk segera pergi. Dia juga melewatkan sarapannya pagi ini karena khawatir terlambat menjemput Aurel di bandara.

Kini Dion sudah dalam perjalanan, dia berencana sarapan dibandara saja sambil menunggu Aurel. Dion malas bertemu dengan Risa berlama-lama. Sebisa mungkin dia menghindari Risa, khawatir dia juga lepas kontrol.

Risa kini semakin cantik dan sikapnya yang polos terkadang membuat Dion gemas. Namun dia harus menepis keinginannya untuk menyentuh Risa meskipun kini mereka sudah halal.

Risa yang sudah keluar dari kamar mandi celingukan mencari suaminya. Namun dia tidak menemukan suaminya dimana-mana, Risa juga melihat sajian sarapan dimeja makannya masih belum tersentuh sedikitpun.

Risa memandang bi Eni yang sedang memperhatikannya. Sambil tersenyum Risa mengajak bi Eni untuk sarapan bersama, tentu saja mendapat penolakan keras dari bi Eni. Dia hanya tersenyum dan menyiapkan sarapan untuk istri majikannya kemudian undur diri.

" Bi Eni, lihat Abang Dion tidak? " Langkah bi Eni langsung terhenti, dia menatap heran kepada istri majikannya. "Loh, bukannya tadi pagi-pagi pak Dion sudah pergi dengan mobilnya bu? "

Risa mengangguk kemudian melanjutkan pertanyaannya, " Apa dia bilang sesuatu kepada bibi sebelum dia pergi!! "Bi Eni hanya menggeleng pelan, Risa membuang nafasnya kasar.

Bagaimana bisa dia hidup seperti ini, saat dia bersama keluarganya belum pernah dia makan sendirian. Tapi kini mungkin harus dibiasakannya. Bahkan sampai kini Dion tidak pernah menganggapnya ada.

Baiklah, kini Risa harus mandiri dan dia ingin tahu apa yang akan dilakukan Dion terhadapnya. Risa mencoba mengorek kehidupan pribadi Dion, namun dia tidak mendapatkan informasi yang diinginkannya dari bi Eni.

***

Tiba dibandara Dion segera mencari sarapan, waktu kedatangan Aurel masih satu jam lagi. Dion kini menikmati sarapannya sambil mengecek pekerjaan dikantornya. Rutinitas yang biasa dilakukannya selama ini saat dia masih lajang.

Meskipun dalam masa cuti, Dion tidak melepaskan pekerjaannya begitu saja. Dia terus memantau semua pergerakan dalam perusahaannya. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, Dion yang sedang serius dengan pekerjaannya sontak merasa kaget.

"Hei apa kabar pengantin baru, pagi-pagi kok sudah ada dibandara. Jemput siapa, oh ya mana istrimu kenapa tidak kelihatan? "

Sejenak Dion tergagap, duh kenapa juga harus ketemu dengan sepupunya disini. "Hai juga Rel, biasalah ada urusan bisnis. Kamu sendiri mau terbang kemana? "

Farel sepupunya nyengir, sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Aku mau ke Banjarmasin, ada proyek yang harus aku kerjakan disana bro! "

Sambil celingukan netra Farel masih jelalatan kesana kemari, tapi dia tetap tidak menemukan Risa. "Kamu nyari apa sih Rel, kan udah kubilang tadi lagi ada urusan bisnis masa aku bawa Risa ke sini! "

"Ooh, kupikir istrimu dibawa kemari. Hehehe..kan masih pengantin baru biasanya kemana-mana pasti lengket maunya berdua terus broo..! "

Dion hanya mendengus mendengar ocehan sepupunya. Tidak lama kemudian panggilan untuk penumpang pesawat tujuan Banjarmasin sudah terdengar. Farel menepuk pundak sepupunya segera pamit, "Aku duluan ya broo..! "

Dion hanya mengangguk kemudian melanjutkan pekerjaannya sambil menikmati sarapan paginya.

Seorang gadis terlihat baru tiba dibandara dengan tergesa, dia khawatir ketinggalan pesawat karena sudah tiba waktunya berangkat. Namun setelah mengecek ternyata pesawat yang akan dinaikinya delay selama satu jam ke depan.

Tarikan nafas lega terlihat dari gadis itu, dia segera menyempatkan diri untuk mencari makanan untuk mengganjal perutnya. Naira nama gadis itu, dia harus pergi ke Paris untuk memenuhi undangan kerjasama dari perusahan pakaian ternama disana.

Nafasnya sejak tadi sudah naik turun ngos-ngosan, dia takut terlambat. Jika itu sampai terjadi bisa-bisa butiknya tidak akan berkembang. Ini kesempatan emasnya bisa membuat butiknya yang berlogo "Queen" bisa lebih terkenal lagi.

Sebenarnya butik ini milik sahabatnya, namun dia hanya bekerja dibalik layar. Naira bersyukur karena diberi kepercayaan oleh sahabatnya untuk mengelola butik ini. Sahabatnya ingin fokus mengurus keluarganya setelah dia menikah.

Dana yang digelontorkan untuk usaha ini memang tidak sedikit, namun sahabatnya ini pemilik saham terbesarnya. Naira hanya membantu tenaga, meskipun dia juga ikut menanamkan modalnya namun tidak seberapa.

Bagi Naira ini sudah merupakan anugerah, impiannya untuk menjadi perancang busana ternyata tidak kesampaian. Bakatnya tidak terlalu bagus, sedangkan sahabatnya memiliki talenta yang dia inginkan.

Rancangan sahabatnya memang tidak main-main. Pemesannyapun banyak dari kalangan atas, Naira bisa berbangga ikut menikmati hasilnya. Meskipun selama ini dia yang selalu menghadapi konsumen yang ingin memesan rancangan bajunya, namun perancang utamanya tetap sahabatnya Clarisa Rasyadita Raharja.

Risa ternyata menyukai merancang busana sejak masih dibangku sekolah menengah. Makanya dia melanjutkan kuliahnya di Paris untuk memperdalam ilmunya tentang merancang busana yang agar lebih mengasah kemampuannya lebih baik lagi.

Tidak sia-sia kini Risa dan Naira bisa menghasilkan cuan yang banyak dari rancangannya. Namun sejak menikah Risa sejenak akan undur diri, tapi jika Naira butuh bantuannya dia akan segera menanggapinya dengan cepat.

Bagaimanapun juga butik itu masih miliknya dan itu merupakan jantungnya, selama ini dia juga merahasiakan pada keluarganya jika butik itu miliknya. Biarlah Risa akan menjalankan usahanya tanpa harus melibatkan keluarganya.

Dion langsung berdiri saat mendengar pesawat yang membawa kekasihnya segera tiba. Saat itu netranya kebetulan bertatapan tidak sengaja dengan Naira. Jantung Naira terasa mau copot melihat Dion ada di bandara.

"Kenapa dia ada disini, apa dia mau melakukan perjalanan bisnis. Tapi dia tidak membawa koper atau perlengkapan lainnya. Pakaian yang dikenakan juga santai, Naira menatap tajam ketika melihat seorang perempuan cantik berlari mendekati Dion dan memeluknya.

Matanya melotot tidak percaya melihat pemandangan didepannya, bukankah itu suaminya Risa yang baru saja dinikahinya beberapa hari yang lalu. Terus siapa wanita itu yang bergelayut manja dan menciumi wajah Dion dengan tertawa senang.

Jika keluarganya rasanya tidak mungkin semesra itu. Tiba-tiba kepala Naira terasa pusing, dia ingin menghubungi Risa namun tiba-tiba panggilan untuk penumpang pesawat tujuannya sudah terdengar. Sekilas dia langsung mengambil foto mereka, nanti akan dia tanyakan pada Risa.

Dion sedikit mengernyit saat bersitatap dengan Naira, namun karena Naira menggunakan masker maka Dion tidak bisa mengenalinya. Naira menahan nafasnya segera berlalu dan melewati Dion dengan perempuan itu.

Aurel menggandeng Dion dengan ceria, sepanjang jalan Aurel berceloteh manja sambil tertawa. Dion hanya melirik lembut sambil tersenyum. Dia juga sudah sangat merindukan Aurel, namun Aurel membuyarkan lamunannya saat melihat sesuatu di ponselnya.

"Sayaang, ada tas edisi terbaru yang cantik,tapi terbatas aku ingin sekali memilikinya. Antar aku kesana yaaa? "

Teriakan manjanya disambut dengan anggukan manis dari Dion.

Sepasang mata tajam memperhatikan keceriaan dua orang yang sedang dimabuk cinta tadi. Alis matanya naik keatas saat menyaksikan kemesraan mereka. Stefan sesekali mengernyit heran melihat kelakuan sahabatnya Dion, bukankah dia baru saja menikah?

Lalu siapa perempuan itu, dia berbeda dengan pengantin yang kemarin dia beri ucapan selamat.

Lalu apa yang membuat Dion berpaling dari istrinya, kalau tidak cinta kenapa harus menyakitinya. Jadi untuk apa mereka menikah, Stefanpun menjadi pusing dibuatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status