Share

Kejadian Awal

Brak...!

Suara gebrakan meja tersorot banyak mata. Murid yang berada di kantin terkejut akan suara tersebut. Begitu juga dengan Kella yang tidak menduga jika gadis di sampingnya ini berani berlaku kasar. 

“Pergi dari sini!” murka Velyn dengan menggebu-gebu. Tangannya mengepal dan menunjuk berlainan arah. Kella tidak mengerti dengan gadis satu ini, jika dia ingin duduk silahkan, dan kenapa harus juga mengusirnya?

Kella menatapnya dengan kening tertaut. “Kalau kamu ingin duduk silahkan, tapi kenapa harus mengusirku? ” tanyanya. Gadis tersebut terlihat gagap dan tidak tahu harus menjawab apa.

“Kami hanya ingin bertiga, dan kamu bukan dari bagiannya.” Sahut gadis bernama Dinda dengan rambut pendeknya. Kella tercengong, “Apa hanya itu?” batinnya.

Kella menghela nafasnya, “Tinggal duduk saja kok susah, lagi pula aku tidak mengganggu kok!” jelasnya. Tubuh gadis tersebut memanas akan amarah, tangannya masih terkepal dan sorotan matanya yang tajam seakan ingin segera menerkam dan menggigit mangsa.

Dinda teman gadis tersebut, tersenyum licik. Kella melirik sekilas ketika senyum liciknya terukir. Dia juga tidak tahu kenapa gadis bernama Dinda itu seperti mengadu dombanya dengan temannya.

Kella menggeleng samar, dia segera menepisnya. “Kamu itu hanya adik kelas nggak usah songong!” bentak gadis yang satu lagi, dengan kalung pitanya di leher. Kella merasa sangat risih, niatnya ingin memakan bekal tapi terganggu oleh hal seperti itu.

Kella menatapnya dengan malas, lalu menghela nafasnya. “Baiklah, aku mengalah sebagai junior yang baik. Sekarang kalian boleh tempati permisi!” jelasnya dengan lelah. 

Kella membereskan kotak bekalnya. Lalu melewati mereka dengan percaya diri, meski sedikit merasa terganggu oleh keributan tadi.

Kella membawa kembali kotak bekal ke kelasnya. Velyn dan kedua temannya merasa menang, ketika dia meninggalkan mereka. 

•••

Deary KN,

Aku tak mengerti kenapa mereka marah. Apa salahku untuk duduk di sana? Aku juga murid di sekolah yang sama dengan mereka. Itu hakku bila ingin di sana, sedangkan mereka justru mengusirku. 

Miris saja, di sekolah seluas dan seindah ini seperti terbedakan oleh dua kubu. Junior and senior, murid di sini tidak bersahabat. Mereka tertawa di atas luka hati seseorang, yang tanpa sadar mental menjadi taruhan.

Haruskah aku berhenti? tapi itu tidak mungkin! Jika berhenti di sini, tak ada kebenaran di balik kejadian dulu. Lalu sore ini, adalah misi pertamaku untuk menyelediki sekolah ini. Semoga sukses!

Salam rahasia,

Kellansa Ansaria Amersoln.

Kella menutup buku deary yang sengaja ia bawa. Mungkin, hanya kali ini saja. Dia merapikan mejanya, lalu menggendong ranselnya.

Bel pulang memang sudah sedari tadi. Tapi dia sengaja untuk pulang terlambat, karena harus menyusuri sekolahnya. Ranselnya yang berat membawa banyak buku, apalagi di tambah buku dearynya, itu menjadi sangat berat.

Kella mengkunci kelas dari atas dan bawah. Dia tidak menggembok karena satpam yang melakukannya. Kella keluar menyusuri lantai atas terlebih dahulu, ia akan menyelediki dari kelas 12 yang berada di lantai tiga. 

Sekolah ini terbilang luas dan tinggi. Lantai tiga mendominasi arsitekturnya yang terlihat mewah, dan berkelas. Serta ruangan untuk praktek, ataupun hal lainnya berada di posisi gedung berbeda.

Kella yang menaiki lantai tiga, melihat ke sekeliling dengan fokus. Dia melihat kelas banyak belum terkunci, dan di buka begitu saja. Sungguh ceroboh!

Kella memasuki satu persatu, dan mencari perlahan tapi pasti. Dia berjalan dengan tenang, dan tatapannya masih terlihat sama dingin. Lalu pergi ke lantai dua tempat kelas 11 berada. 

Kella yang terlalu fokus tidak menemukan apapun petunjuk. Kenapa sekolah ini sangat susah? 

Ia terus mencari di kelas 10, hingga gedung sebelah tempat ruang praktek, UKS, dan aula. 

Ketika kakinya terhenti pada sebuah ruangan bertulis UKS. Mata Kella terfokus tajam pada ruangan yang menurutnya sangat akrab.

“Okhey, mari kita selidiki di tempat ini!” senyum smrik terlintas dalam dirinya. Lalu kakinya melangkah maju, masuk ke dalam ruangan tersebut.

Kella mulai mencari lagi. Waktu peertama ke sini dia terlalu gegabah dan ceroboh, sehingga terciduk oleh ketua osis.

Kella mencari seperti biasa, dan teringat dengan lemari kecil rahasia. Lalu kembali mengeceknya, apakah itu masih ada atau sudah dipindahkan.

“Ck, tetap sama, kalau begini harus membuat kunci ini, agar bisa terbuka.” Dia bergumam dengan berdecak.

Kella keluar dari bawah meja, dengan kedua tangannya bertumpu pada pinggul. “Fiuh, capek juga keliling sekolah, sudah seperti study tour dadakan saja.” Keluhnya sembari menyeka keringatnya.

“Hmm,” matanya menatap di bawah meja dengan telunjuk jari yang di tumpu ke dagu.

“Harus kemana untuk membuat kunci yang cocok?” Dia bergumam sembari berfikir untuk mencarinya.

Kemudian, Kella mengedikkan bahunya. “Sudahlah, lagi pula ini sudah mulai malam, Sebaiknya aku pulang saja.” Lalu meninggalkan ruangan tersebut tanpa menemukan ide lagi.

Tanpa sepengetahuannya ada seorang yang melihat dia keluar dari ruang tersebut. Wajahnya juga terlihat penasaran, dan juga penuh pertanyaan. 

•••

Kos Amber

“Baiklah kita mulai dengan membuat kunci lemari kecil tersebut, lalu ini.” Ia melingkar tempat tadi untuk penyelidikan berikutnya.

Kella mengeluarkan buku deary dari tas. Lalu di letakkan ke meja, selanjutnya dia pergi mandi. 

“Hoah! Rasanya segar banget,” semangatnya setelah mandi, dan terlihat lebih bugar. Kemudian, ia berganti baju tidur. Kakinya melangkah ke meja belajar, tubuhnya ia dudukkan.

Gadis tersebut mulai menulis.

Deary Juli,

Awal yang baik untuk mencapai tujuan. Mungkin jalan yang tertuju terlihat sulit, namun ini menyenangkan. Meskipun harus menjadi bahan bullyyan, ini demi kebenaran kedua orang tersayang.

Eva dan Bunda.

Aku berharap sebelum bulan berganti, bisa terwujud dan tercapai. Kebenaran kalian pasti akan Kella ungkap, bun, Eva. 

Aku sayang kalian.

Tersenyumlah seperti katamu, Bunda. Dan bercerialah seperti dulu, Eva. Aku ingin kembali bersama, tersenyum dan bahagia dengan kalian.

Aku merasa sedih dengan keadaan Eva. Apalagi Bunda yang meninggalkan aku sendiri, dengan ibu tiri yang tak suka padaku, dan saudara tiri yang selalu menyalahkan aku. Serta, Papah yang selalu bermuka dingin dan cuek banget denganku.

Hariku, menjadi buruk Bunda! tetapi aku bahagia bila senyuman tercetak di foto bunda. Foto kenangan kecil kita berdua, dengan kau yang membawaku di gendonganmu.

Aku rindu dulu, sangat sekali. Seakan ingin mengembalikan waktu, tapi aku tak bisa. Itu tidak bisa dilakukan oleh manusia sepertiku, meski memiliki kemampuan yang istimewa.

Mungkin sebatas kata dalam buku. Namun ini membuat hatiku lega dan damai, tanpa merasa tertekan atau apapun.

Semoga tercapai, salam rindu.

Kellansa Ansaria Amersoln.

Kella menutup buku deary. Lalu tangannya bertumpu pada meja belajar, ia merasa damai melihat foto bunda dan dia terpajang di dinding depan.

Tanpa sadar bibir cantik bak buah ceri, terlukis sebuah senyuman yang manis tapi pilu. Dia ingin tetap tersenyum, tetapi bayangan lalu terlintas. Sehingga senyuman tersebut menjadi senyum pilu akan kehampaan.

Kemudian, dia berdiri. Lalu kakinya menuju tempat tidur. Matanya pun mulai menutup, beristirahat dengan lelahnya kehidupan dunia.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status