Share

Seperti Bunga Alyssum

Ruangan putih mendominasi. Dengan lampu yang menyala, buku yang tertata rapi. Boneka yang ia jaga, serta selimut hello Kitty milik seorang gadis yang terfokus pada papan mading.

Papan tersebut berisi sebuah rencana, dan tempat yang perlu di selidiki. Kella menyiapkan semuanya dengan hati-hati agar tidak diketahui.

Kemudian, tangannya menopang di dinding. “Ini baru awal,” dia melingkari tulisan tersebut.

“Besok, mari kita mulai!” monolognya dengan mata serius ke dinding. Sudut bibirnya tersungging, ketika merasa senang untuk memulai misinya.

Kemudian, dilihatlah jam di dinding. Jam tersebut menunjukkan larut malam, segera ia kembali ke kasurnya. Lalu di matikan lampunya, matanya juga mulai menutup rapat dan tertidur lelap.

•••

Pagi hari.

Hari ini adalah pertama kalinya duduk di kelas sendiri. Setelah tiga hari dibuat susah oleh kakak osisnya. 

Kella memasuki ruangan X IPA 2. Ruangan yang banyak di penuhi siswa berprestasi, dan berotak cerdas.

Langkah gadis itu menuju bangku belakang paling ujung. Ia letakkan ranselnya di kursi, lalu duduk.

Aroma pagi membuat siapa saja ingin berkhayal. Kella yang belum mengenal teman kelasnya, tidak bisa menyapa. Ada rasa malu dalam dirinya, dan rasa tak percaya diri.

Kemudian, kepala gadis itu menoleh pada luar jendela. Terlihat jelas betapa indah dan cantiknya taman sekolah, lalu ia juga teringat kenangan bersama bundanya.

•Flashback On•

Seorang gadis kecil sedang berlari, dengan membawa jaring penangkap kupu-kupu. Meskipun kakinya kecil, dan susah untuk berlari cepat. Gadis itu tampak senang, dan senyumannya yang indah terlihat jelas di wajahnya.

“Kella,” panggil seorang wanita paruh baya, yang tampak masih muda dan bugar meski sudah memiliki anak.

Dia membawa satu buket bunga alyssum. Warna ungu yang menggoda, berkolaborasi dengan putih sungguh sangat mempesona. Dengan gaun putihnya yang kesannya semakin elegan, dia juga tersenyum pada gadis kecil itu.

Sementara, Gadis kecil berlari menghampiri wanita tersebut. Ia mendekat dengan senyuman manis, dan wajah yang imut, sembari membawa jaring kupu-kupu.

Dia peluk wanita tersebut dengan kasih sayang. Dalam pelukan hangat milik bundanya, yang selalu dirindukan. 

Lalu, wanita itu tersenyum manis kepada gadis kecil. Tubuhnya ia sejajarkan dengan putri kecilnya, “Apa itu Bunda?” gadis itu berkata padanya.

Dia mengelus pucuk kepala putrinya. “Bunga ini bernama Alyssum, kamu tau apa keistimewaan bunga ini?” senyuman manis tertuju pada putrinya.

Kella menggeleng dengan lugu dan imut. “Kella tidak tahu Bunda, Kella 'kan masih kecil.” Bibirnya yang kecil ia manyunkan.

Tubuh kecilnya menggemaskan, meskipun kecantikannya tertutup oleh kacamata, ia juga masih terlihat imut dan manis setiap perilakunya.

Wanita tersebut menjelaskan, “Bunga ini tumbuh di tanah bersama dengan semak. Meskipun kecil, bunga ini memiliki aroma manis.” Dia memegang bunganya di balik senyumannya ada sedikit kesedihan.

Wanita itu kembali memegang pucuk kepala putrinya. “Kamu tahu arti dari bunga ini?” Kella mengerutkan keningnya atas apa yang diucapkan bundanya. Dia juga menggelengkan kepalanya, tidak tahu makna bunga alyssum.

Wanita tersebut kembali tersenyum, “Bunga ini memiliki arti kecantikan luar yang berharga.” Kedua alis gadis kecil itu menaut, otaknya tidak bisa mencerna apa yang dikatakan bundanya.

Dia memberi satu tangkai bunga pada putrinya. “Dia juga mampu menenangkan hanya dengan menghirup aromanya." Ujarnya, lalu tangannya yang halus mengelus lembut pucuk kepala putrinya.

Lantas wanita tersebut berdiri. “Dan kamu, putri Bunda yang paling disayangi. Meskipun kamu tak secantik Alyssum, kamu akan tetap cantik di mata orang yang tulus dan sayang kepadamu.” Nasehatnya dengan tersenyum hangat.

“Kamu harus ingat apa yang Bunda katakan. Kecantikan luar tidak selamanya abadi, kelak akan pudar seiring waktu berlalu. Serajin, dan sebersih manapun kamu memperhatikan kecantikan, suatu saat kecantikan itu sendiri yang akan menghancurkanmu.”

Wanita itu menghirup bunganya, lalu tersenyum kepada putri kecilnya yang masih tak mengerti.

Kella yang masih kecil, sungguh tidak paham. “Apa maksud Bun-” sebelum pertanyaan ia lontarkan, wanita tersebut menjadi serpihan cahaya.

Cahaya tersebut tercampur dengan bunga alyssum yang bertebaran kemana pun. “Bu-bunda! Tubuh Bunda kenapa menghilang?” tanya Kella kecil.

Wanita tersebut tersenyum padanya, “Kamu harus kuat, Putri Bunda yang paling disayangi. Jadilah seorang Putri yang kuat, Bunda akan selalu menyayangimu!” Cahaya tersebut menelan wanita itu, dia menghilang diiringi suara tangisan gadis kecil.

Kella menangis dalam serpihan bunga alyssum. Kepergian seorang perempuan yang ia sayangi, membuatnya terpukul. 

Apalagi dia di tinggalkan dibtaman bunga dengan keadaan sendirian. Hatinya benar-benar hancur, dan menangis sesenggukan.

Kella mengambil bunga alyssum yang bertebaran. Matanya yang cantik menjadi sembab, “Kenapa Bunda tinggalin Kella?” Air matanya terurai dengan deras, dan sempurna melihat bunga tersebut.

•Flashback Off•

”Kellansa!!” 

Gadis itu menoleh dengan wajah terkejut. Dia menatap gurunya yang telah lama memanggil.

Kella segera menyeka air matanya, yang telah berkaca-kaca. “Iyah, Bu?” tanyanya dalam keadaan tidak tahu.

“Ibu tadi panggil kamu, tapi tidak ada sahutan dari kamu. Coba sini maju, dan kerjakan soal ini!” suruh wanita paruh baya dengan tubuh berisi.

“Ba-baik Bu,” jawabnya.

Kella yang sedari tadi melamun hanya bisa pasrah. Ia juga tidak sadar kalau bel telah berdering, dan waktu pelajaran pertama dimulai. 

Kemudian, dia berdiri dan melangkah ke papan tulis. Lalu mengambil spidol dari tangan gurunya, dan segera mengerjakan soal tersebut.

•••

Kantin.

Ruangan yang penuh manusia lapar. Di sana juga banyak makanan dan jajanan di jual, serta minuman. Para pedagang di kantin tidak perlu harus berteriak, nantinya akan ada murid yang berdatangan untuk membeli.

Kella berjalan di kantin. Seperti biasa jika ingin makan di tempat, harus ada bangku yang kosong. Mata gadis itu melihat bangku kosong tepat di sebelah kakak osis dan temannya.

Kakinya mendekat pada bangku yang kosong. Ia tidak lupa membawa kotak bekal berwarna merah muda, dengan gambar pinguin.

Lalu, Kella duduk di tempat itu sendiri. “Ngapain kamu di sini? gak lihat ini tempat kita tahu!” gertak Velyn.

Velyn menggertaknya dengan suara kencang. Dia masih tetap sama, dengan penampilan seperti wanita berumur empat puluhan.

Gayanya memang bagus, tetapi riasannya terlalu tebal. Tidak pantas dengan umurnya yang masih remaja, dan sikapnya yang masih anak kecil.

Kella menoleh padanya dengan wajah yang datar. “Ini bangku umum dan berlaku untuk siapa saja. Kenapa kamu yang ribet?” balasnya dengan dingin.

Kella tidak suka jika tempat yang seharusnya menjadi pilihannya, di usir begitu saja. Seharusnya siapa cepat, dia dapat.

Kella juga malas jika untuk pindah. Masalah semua tempat penuh, dan hanya bangku ini saja yang kosong.

Kemudian, Kella kembali membuka bekalnya. “Kalau kamu ingin duduk di sini, silahkan gabung saja. Gak perlu di suruh pergi, kan?” sambungnya tanpa perduli akan kakak kelasnya.

Tangan Velyn mulai mengepal. Ia tidak rela jika ada orang yang membantah, apalagi ini juniornya sendiri.

Velyn tersenyum hina, “Kamu pikir kita tidak bisa berbuat sesuatu gitu? Berani sekali kamu melawan kami!” amarahnya menekan agar tidak meluap.

“Udah Velyn, hajar aja cewek semacam itu!” Dinda salah satu temanya ikut memprovokasi mereka. Mata Kella beralih pada gadis di samping Velyn. Ia seperti mengenalnya, meski terlihat samar di otaknya.

Brak...!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status