Share

BAB 4

“Ah dasar, kau membuatku harus menggunakan heels di tanah berumput seperti ini.” Lelaki itu memandang sepatu putih Alexa yang terlihat kotor oleh noda tanah seketika mereka memijakkan kaki di taman.

“Aku akan menggantinya dengan yang baru, sekarang kita harus cepat bersembunyi dulu.” Raphael berjalan cepat ke arah danau kecil yang berada dibalik pohon-pohon taman kota yang cukup rimbun.

Alexandra menatap kearah sekelilingnya.

Cukup sepi.

Yah siapa juga yang mau datang ke danau malam-malam begini? Belum lagi mereka harus berebut oksigen dengan pohon rimbun di sekitar sini. Hanya orang bodoh yang akan melakukannya, dan well mereka lah orang bodoh itu.

Keheningan masih setia hadir diantara dirinya dan Raphael. Ia tidak ingin memaksa lelaki itu bicara soal masalahnya, tentu saja karena sepertinya ini cukup serius. Jika tidak, seorang Davis Eusford tidak akan mengirimkan lima buah mobil beserta mata-matanya untuk mengikuti putranya sampai ke sini

Alexandra menyandarkan diri pada batang pohon yang terletak di dekat danau untuk merilekskan diri sejenak, namun ucapan Raphael membuat seluruh tubuhnya menegang.

“Ayah memintaku untuk bertunangan dengan putri rekannya.”

Gadis itu terdiam untuk sejenak, “Baguslah, akhirnya kau punya kesibukan lain. Setidaknya aku tenang karena kau tidak perlu repot-repot mengurusi hidupku lagi.” Alexa memejamkan matanya, berusaha terbiasa untuk bersandar pada permukaan batang pohon yang tidak rata.

“Senang? Kau benar-benar ingin menyingkirkanku ya?”

“Simpulkan sendiri, Tuan Eusford yang terhormat.” Alexa terkikik geli ketika menatap Raphael yang menunjukan raut masam mendengar jawabannya.

Lelaki itu melipat tangan di depan dada dan ikut bersandar pada sebatang pohon di dekatnya. “Dasar bayi besar, begitu aku menjalin hubungan dengan gadis lain kau pasti akan kerepotan mengurus dirimu sendiri.”

Alis gadis itu berkedut mendengar ejekan terang-terangan yang dilontarkan padanya. Sebenarnya ia tidak bisa menyangkal fakta bahwa sebagian besar keributan yang ia ciptakan di sekolah berhasil diredam karena bantuan dari Raphael.

Contohnya seperti saat pembuatan kanal ‘Secret’ setahun lalu, seluruh jajaran komite sekolah menolak adanya Secret karena dianggap dapat menimbulkan keributan antar siswa. Ia sudah bersikeras mempertahankan Secret di depan ketua komite, meski begitu pendapatnya tidak seluruhnya diterima. Namun berkat arahan Raphael, masalah itu dapat selesai dengan jangka waktu kurang dari seminggu dan hingga kini Secret masih terus bertahan sebagai konten primadona seantero sekolah.

“Dengar ya, pertama berhenti mengejekku dengan kata-kata menyebalkan seperti itu. Lalu yang kedua, seharusnya kau menerima tawaran ayahmu.”

“Soal?”

“Apa lagi? Tentu saja tentang mencari pasangan, aku tidak bisa membantumu kabur setiap waktu. Kau juga tidak bisa terus menerus mengkhawatirkanku, lagipula mungkin empat atau lima tahun lagi mereka pasti mula menyusun rencana untuk membuatku menikah dengan Halley.” Ucapnya miris.

Alexandra tahu kerabat dekat ayahnya selalu berusaha membuat dirinya tersingkir dari posisi pewaris utama. Ia juga sudah menduga jika mereka bersekongkol dengan keluarga Halley untuk mendapatkan kekuasaan di perusahaan keluarga miliknya. Jika dirinya menikah dengan Marc, pasti keluarga Halley juga akan memaksa dirinya untuk mundur dari posisinya karena khawatir De Travis akan lebih mendominasi. Dan tentu saja itu adalah saat yang tepat bagi mereka untuk mengambil alih tempatnya saat ini.

Ia juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Raphael terlalu mengkhawatirkan dirinya beberapa tahun belakangan ini, ia tidak yakin berapa tepatnya. Mungkin setelah kepergian Ezra?

Keheningan kembali mengisi kekosongan diantara mereka. Tidak ada yang ingin memulai permbicaraan ini lebih lanjut karena ‘pertunangan’ adalah topik yang menyebalkan, entah bagi Alexa maupun Raphael.

Lelaki yang sejak tadi sibuk memandangi langit cukup lama kini mengalihkan atensinya menuju gadis yang tengah duduk bersandar di sebuah pohon.

“Katanya bukan bayi, tapi cepat sekali tidurnya.” Ucapnya sambil merapikan surai hitam yang menutup wajah porselen gadis itu.

Ia tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika melihat wajah gadis arogan yang kini tampak polos seperti seorang bayi. Namun sekelebat bayangan kini muncul di otaknya,

“Kau tidak boleh menginginkan sesuatu yang bukan milikmu.”

Raphael menarik tangannya hingga surai hitam itu kembali membatasi sinar bulan yang menyinari wajah gadis itu.

Benar, ia tidak ingin siapapun terluka lagi karena keegoisannya.

Tidak lagi.

**

Suasana kompleks perumahan elit tampak sunyi. Tentu saja, karena sekarang jarum jamnya telah menunjukan waktu pukul satu malam. Tanpa sadar ternyata Raphael sudah memandangi wajah tidur Alexandra selama itu. Kini mobilnya berjalan ke arah kediaman keluarga De Travis, sebuah rumah bergaya klasik Eropa berdiri menjulang tinggi di depannya.

“Buka gerbangnya, Nona De Travis ada bersamaku.”

Ucapan Raphael langsung dipatuhi oleh seseorang yang bertugas menjaga kediaman keluarga itu. Dengan cepat ia melajukan mobilnya masuk dan memarkirkannya di halaman rumah mewah yang terlihat sangat luas.

Setelah keluar dari kursi pengemudi, ia pelan-pelan mengeluarkan Alexa yang sudah tertidur pulas dari dalam mobil.

Samar-samar ia bisa mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya, “Ada keperluan apa kau berada di kediaman keluarga De Travis selarut ini, Serena?” Ucapnya datar, ia tidak perlu repot-repot mencari tahu siapa orang yang bisa berkeliaran di mansion De Travis selarut ini. Karena orang itu sudah pasti orang terdekat Alexandra, yaitu Serena Kenward.

“Oh wow, kau sangat tidak seru. Setidaknya berpura-puralah tidak tahu dan biarkan aku memberikan sedikit sengatan kejut jantung untukmu.” Gadis itu tampak merajuk.

Raphael menatap gadis yang kini berada dalam balutan mantel berwarna merah tua itu, “Aku tidak tertarik, sebaiknya kau segera pulang dan menyelesaikan artikel tentang profil sekolah besok.”

Gadis itu memutar bola matanya malas, “Lagi-lagi bicara soal pekerjaan klub jurnalis, bukankah lebih baik kau menjelaskan kenapa dia ada bersamamu?” Ucapnya sambil melirik ke arah Alexandra yang berada dalam dekapan Raphael.

“Kalau sampai ada anggota keluarga yang tahu mungkin Alexa akan berada dalam masalah besar lho.” Serena menambahkan.

Raphael hanya tersenyum miring menanggapi, “Ini bukan pertama kalinya, aku sudah sering melakukannya sejak dulu. Jadi sebaiknya kau-”

“Benar, sebelum Alexa resmi merencanakan pertunangan. Bukankah begitu?” Serena memotong ucapan lelaki itu dengan cepat. Ia tahu semua yang dilakukan Raphael sekarang pada sepupunya akan beresiko besar dalam hubungan Alexandra dan Marc Halley.

Mungkin saja sekarang Raphael masih menganggap gadis itu sebagai adik kesayangannya seperti belasan tahun lalu, tapi tidak ada yang menjamin perasaan itu akan berubah. Meski ia tak bisa mengelak jika keduanya akan serasi jika disandingkan, tetapi tetap saja hal itu tidak boleh terjadi!

“Aku khawatir Alexa akan berada di situasi yang tak diinginkan, sebaiknya kau tahu apa yang menjadi batasanmu dengan dirinya sekarang. Anggap saja aku tidak melihatmu hari ini, aku akan pergi sekarang.”

Ucapan Serena membuat Raphael membeku,

Sial, gadis itu benar!

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status