Share

BAB 5

“Lexa, cepat menjauh!”

Gadis kecil yang masih berusaha mendorong pintu mobil itu sama sekali tak menghiraukan ucapan lelaki yang nyaris sekarat di depannya.

“Lexa!”

“Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum mengeluarkanmu dari sini!”

BRAK BRAK

PRANGG

Suara pecahan kaca menggema di dalam terowongan yang sunyi itu. Tangan rapuh milik gadis itu kini sudah berlumuran dengan darah, tapi gadis kecil itu tetap berusaha menyingkirkan kaca yang menghalanginya dengan wajah sembab karena menangis sejak tadi.

“Kak! Cepat keluar sebelum tiang itu jatuh! Aku akan menyingkirkan kaca ini lalu-”

“Alexandra De Travis!”

Bentakan yang keluar dari bibir pria itu membuat Alexa kecil tersentak, namun suara lembut kakaknya kembali terdengar saat mengisyaratkannya untuk segera pergi.

“Pergi dari sini sekarang, cari bantuan lalu kembali kesini lagi oke? Kita berdua akan kembali dengan selamat.”

Mendengar hal itu Alexandra menggelengkan kepalanya kuat-kuat, ia tahu lelaki itu hanya ingin menjauhkan dirinya ketika kakaknya menghadapi saat terakhirnya. Apanya yang kembali dengan selamat? Ia tahu jika dirinya pergi maka hanya dirinyalah yang bisa kembali dengan selamat, karena tidak ada satupun mobil yang melintas sejak tadi. Ia tak bisa mengulur waktu untuk mencari bantuan, hanya dirinyalah yang bisa menolong kakaknya sekarang!

Matanya kini menatap ke arah tiang penyangga lampu jalan yang sebentar lagi akan jatuh, ia sadar jika dirinya tak punya banyak waktu.

“Kak aku-“

“Tunggu, sepertinya ada seseorang di sana!” Lelaki itu buru-buru memotong ucapannya.

Alexa kecil kini menoleh ke arah pandang netra cokelat terang kakaknya, tapi hanya jalanan lapang kosong yang bisa ia lihat.

Namun, ia menyadari sesuatu-

“Kakak menyayangimu Lexa, selamat tinggal.”

Ucapan lirih dari balik tubuhnya membuat seluruh badannya menegang, sial-

BRAKKKK!

Tidak-

“EZRA!”

Aku menggapai udara kosong di depanku,

tidak ada siapapun di sana.

Aku bangkit duduk, berusaha menenangkan diri dari bayangan yang sudah lama ingin ku tinggalkan. Tanpa sadar kedua tanganku kini tengah meremas rambut hitamku yang terurai dengan kasar. Tidak, aku tidak ingin mengingat apapun. Meski aku mengingat setiap detail peristiwa sial itu, aku ingin melupakan segalanya.

Napasku masih memburu ketika kembali mengingat untaian ingatan itu, ku lirik sebuah jam digital yang terletak di atas nakas.

Pukul dua pagi, masih terlalu pagi untuk bangun. Tapi berkat memori menyebalkan yang kembali muncul, aku benar-benar terjaga sekarang. Mataku memandang ke arah gaun sifon yang sudah kusut, sepertinya aku benar-benar tidur saat sedang bersembunyi bersama Raphael.

Well, Raphael pasti kerepotan saat membawanya kembali pulang. Ia sudah tahu pria itu pasti mengucapkan sumpah serapah karena lagi-lagi dirinya merepotkan Raphael.

Alexandra kembali merebahkan tubuhnya di kasur, dirinya terlalu lelah untuk mengganti pakaiannya dengan gaun tidur. Ia membayangkan jika saja Miss Evelyn tahu perbuatannya hari ini, pasti sang tutor etikanya itu tak akan berhenti menceramahinya sebelum jadwal kelas berakhir.

‘Anda harus bersikap seperti gadis terhormat, karena anda-‘

“Adalah seorang keturunan De Travis” Alexa melanjutkan ucapan yang biasanya dilontarkan oleh Miss Evelyn saat berada di kelas etika. Menjadi keturunan keluarga De Travis adalah malapetaka, baik untuknya maupun Ezra.

Hah, ia benar-benar merasa lelah dengan semua orang kolot yang berada di sekitarnya. Dirinya dipaksa mengikuti aturan kehidupan yang sangat ketat layaknya putri bangsawan pada abad kelima belas. Tata cara berdansa, makan, duduk, berjalan hingga tidur semua etika yang mengutamakan sikap elegan itu benar-benar membuatnya muak.

Namun ia tahu, dirinya belum berada pada posisi yang cukup kuat untuk menolak. Bagaikan tradisi turun temurun, semua hal menyebalkan itu harus dapat ia kuasai sebelum mencapai umur dewasa. Tapi untuk hari ini saja, ia ingin melupakan semua aturan tidak masuk akal di rumah ini.

Persetan dengan etika! Ia hanya ingin menjadi seorang gadis malas saja untuk sekarang.

**

Seorang lelaki kini tengah menatap tajam ke arah sebuah Macbook yang berada di tengah-tengah meja rapat. Semua orang yang duduk saling berhadapan di depannya kini menunduk dalam, tidak ada yang berani membalas tatapan marah dari seorang Raphael Eusford.

“Kenapa aku baru tahu sekarang? Apa kalian tahu konsekuensi yang terjadi jika komite sekolah turun tangan atas masalah ini?” Raphael bertanya

Ruangan itu kembali hening sebelum lelaki itu kembali bicara dengan nada satu oktaf lebih tinggi. “Kenapa kalian membiarkan berita sampah seperti itu berada di Secret?!”

“Hentikan Raph! Secret adalah tanggung jawabku, kau tidak punya hak memarahi mereka semua.” Alexandra muncul tiba-tiba dari sebuah pintu yang sejak tadi tertutup rapat.

“Semuanya keluar, aku akan bertanggung jawab penuh atas masalah ini.” Ia kini telah berdiri tegak di depan lelaki itu.

Tanpa basa-basi semua yang ada di dalam ruang rapat itu segera keluar, tidak ada yang ingin terlibat dengan pertengkaran dua manusia keras kepala itu. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelah ini, apapun itu yang pasti bukan hal baik.

“Kau harus segera menghapus berita sampah itu dari Secret.” Raphael menatap Alexa dengan tatapan marah.

Alexandra memalingkan wajahnya ke arah samping, menghindari tatapan intimidasi dari lawan bicaranya. Terkadang dirinya tidak mengerti kenapa Raphael bisa semengerikan ini saat marah, astaga bahkan anggota klub jurnalis yang lain harus terkena akibat dari keteledorannya kali ini.

“Alexa, tentang postingan itu-“

“Kenapa? Apa yang akan kau lakukan padaku kalau itu semua memang benar-benar terjadi?” ia memotong ucapan lelaki itu cepat.

“Kau akan marah padaku karena ternyata aku bukan orang baik seperti yang kau bayangkan? Aku mengakuinya, itu memang perbuatanku.” sambungnya.

Raphael menatap Alexandra dengan tatapan tidak percaya. “Jadi itu sebabnya hubunganmu dengan Kaylee Jenkins menjadi buruk?”

Well, aku tak ingin mendeskripsikan bagaimana hubunganku dengan gadis itu.” ucapnya sarkastik.

“Lalu kenapa kau melakukan hal seperti itu pada Nona Jenkins?”

“Entahlah, apapun penyebabnya semua itu tidak ada urusannya denganmu.”

“Alexa!”

Aku tersentak ketika mendengar nada tinggi yang bergema di ruangan sempit itu. Sejenak aku seperti tidak bisa mengenali Raphael, ia terasa seperti orang yang sangat berbeda. Tatapan terluka yang sebelumnya tidak pernah kulihat, sekarang aku melihatnya berulang kali muncul di dalam netra gelap lelaki itu. Sejujurnya aku cukup bersyukur masih bisa mempertahankan sikap angkuhku di depan pria itu, tapi mendengar luapan amarahnya kini membuat kakiku bergerak gelisah.

Dia, seperti bukan Raphael yang ku kenal.

Kami hanya terdiam, tidak ada salah satu diantara kami berusaha memecah keheningan. Tentu saja ini terjadi karena postingan Secret yang muncul secara tiba-tiba beberapa hari lalu, padahal seharusnya Secret hanya muncul setiap hari Senin. Ah, sepertinya orang-orang baru menyadari ada postingan rumor tentang dirinya hari ini karena mereka terlalu sibuk dengan kabar mengejutkan dari Adriana Spencher dan Daniel kemarin.

‘AKU MEMILIKI KENALAN BARU HARI INI, TERNYATA DIA ADALAH KORBAN PERUNDUNGAN DARI ALEXANDRA DE TRAVIS LIMA TAHUN YANG LALU! SIAL, GADIS ITU MEMANG BENAR-BENAR MENGERIKAN! TAPI TUNGGU, APAKAH AKU JUGA AKAN DIPUKULI SEPERTI KAYLEE JENKINS JIKA BICARA SEPERTI INI DI SECRET? OH TIDAK- NAMA KORBANNYA BOCOR HAHAHAHA’

Begitulah isi pesan yang membuat Raphael marah besar hari ini.

Alexandra sudah bisa merasakan adanya kejanggalan sejak kedatangan Kaylee Jenkins di dalam klub jurnalis tiga hari lalu. Ia yakin pasti gadis itu yang yang berusaha mengancamnya lewat postingan ini di Secret. Tapi bagaimana dirinya bisa membuktikan jika Jenkins yang melakukannya?

Nama pengirim pesan itu tidak dapat teridentifikasi oleh sistem Secret, pasti seseorang sudah merencanakan ini agar tidak tertangkap. Kepalanya terasa panas karena memikirkan masalah ini sejak pagi, dirinya bahkan tidak menghiraukan perintah Raphael untuk mengadakan rapat mendadak sampai ia mengetahui jika pria itu justru memarahi anggota lain yang tidak bersalah.

Ck, ia yakin Raphael hanya terlalu khawatir padanya. Sama seperti yang Ezra dulu, kakaknya pasti tidak akan tinggal diam mendengar berita seperti itu.

“Kita harus menghapus postingan itu secepatnya.” Lelaki itu menyambar Macbook yang berada di dekatnya dan masuk ke dalam sistem Secret, tetapi Alexa dengan cepat mencegah perbuatan yang bisa menghancurkan nama baiknya itu.

Pilihannya hanya dua,

Jika ia membiarkan postingan ini tetap ada, mungkin akhir pekan nanti ia harus menghabiskan waktunya di dalam ruang kerja ayahnya selama berjam-jam untuk diinterogasi. Tapi jika ia menghapus postingan itu, maka semua orang akan menghakiminya karena dianggap sudah melanggar prinsip yang ia pegang sejak dulu.

‘Tidak menghapus apapun yang berada di Secret’ adalah prinsip hidupnya.

Dilihat dari sisi manapun sudah jelas ini adalah sebuah jebakan!

Alexandra menatap tajam ke arah Raphael, “Kau pikir ini akan selesai dengan menghapusnya? Sudah jelas seseorang berusaha menjatuhkanku, aku tidak boleh jatuh ke dalam perangkap yang mereka buat!” ucapnya penuh tekad.

“Lalu apa yang akan kau lakukan dengan reputasimu? Kau pikir keluarga De Travis akan diam saja saat melihat berita itu meluncur bebas ke mata publik?”

Gadis itu kembali membuang wajahnya, ia tahu betul apa yang sedang dibicarakan oleh Raphael. Posisinya kini menjadi sasaran empuk para pemangsa harta. Bahkan kini dirinya berani bertaruh, semua orang yang berusaha menggulingkannya pasti sedang berusaha menyusun skenario untuk menyingkirkannya. Belum lagi reputasinya di sekolah ini sedang dipertaruhkan, Kaylee Jenkins sial! Ia bersumpah akan membongkar semuanya jika gadis itu benar-benar menjebaknya!

Ia tidak boleh membuang-buang waktu!

Belum sempat memikirkan solusi apapun, kini iphone miliknya berdering. Alexa tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesis sebal ketika melihat id caller yang terpampang di atas ponselnya.

Marc Halley.

‘Astaga, kenapa harus di waktu yang tidak tepat seperti ini?!’ batinnya kesal.

**

“Apakah itu benar-benar Alexandra De Travis?”

“Aku tidak terkejut, sudah kuduga dia memang penindas.”

“Keluarga De Travis pasti benar-benar teguncang karena ulah bodoh pewarisnya sekarang.”

Suara itu terus menerus bergema di sepanjang jalan menuju kafetaria yang ramai. Kaylee menunduk dan berjalan cepat untuk mengambil makan siangnya. Ia tidak tahu trik seperti ini benar-benar berhasil mengalihkan opini publik, Kaylee benar-benar bersyukur karena setidaknya ia mendapatkan keuntungan besar dari postingan itu.

Gadis itu mengambil lauknya dengan asal sebelum berjalan ke arah sudut ruangan yang tak terlihat. Namun sepasang sepatu di depannya menghalangi langkahnya,

“Kalau kau terus berjalan dengan menunduk begitu kau bisa jatuh, benar kan Kaylee Jenkins?”

Ia hanya bisa menatap bingung ketika gadis itu tersenyum padanya.

Luciana Oswald.

Kaylee tidak tahu banyak mengenai gadis bermata amber itu, yang ia tahu Luciana adalah musuh bebuyutan Alexandra sejak dulu.

“Perkenalkan aku Luciana Oswald, kau bisa memanggilku Lucy. Mau makan bersama?”

Kata-kata itu seharusnya terdengar seperti tawaran, tapi nada yang diucapkan gadis itu lebih mirip seperti perintah.

Ia terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk tidak terlibat dahulu dengan siapapun kali ini, setidaknya sampai waktunya benar-benar tepat.

“Maaf, aku ingin makan sendiri. Terimakasih tawarannya.”

Kaylee hendak melangkahkan kakinya pergi, namun putri keluarga Oswald itu lagi-lagi menghalangi langkahnya.

“Ayolah tidak perlu sungkan, aku tahu kau pasti sangat sedih karena berita pagi ini. Kau bisa berbagi cerita denganku di sana.” Lucy menarik lengannya, memaksa dirinya untuk bergabung.

PLAK!

Keramaian kafetaria perlahan meredup karena lagi-lagi pertengkaran kecil kembali tercipta di tempat itu. Kaylee menepis tangan gadis itu dengan sekali hentakan.

“Tidak, terimakasih. Tinggalkan aku sendiri.”

Seperti baru sadar akan perbuatannya, buru-buru Kaylee menghindari pusat perhatian orang-orang dan kembali meneruskan langkahnya menuju sudut ruangan. Meski begitu, berbagai tatapan iba kini tetap mengarah padanya. Ia yakin pasti dirinya terlihat seperti gadis lemah yang sedang frustasi karena namanya terpampang di dalam Secret.

Samar-samar ia bisa mendengar gerombolan gadis bernama Lucy tadi menertawakannya. Gadis itu menghela napas lega. Ia tidak butuh gadis penjilat seperti Luciana Oswald untuk menyelesaikan semua rencananya, dirinya akan mengambil satu persatu hal berharga milik gadis itu.

Alexandra De Travis, hari ini adalah awal dari segalanya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status