Home / Mafia / Rahasia Yang Terungkap / Bab 2. Misteri Kalung Safir Biru

Share

Bab 2. Misteri Kalung Safir Biru

Author: El Hawra
last update Last Updated: 2025-08-12 23:48:44

Pedro berjalan menyusuri koridor markas yang sepi, berkas misi itu masih tergenggam di tangannya. Langkahnya berhenti di ruangannya sendiri. Ia menjatuhkan diri ke kursi, menatap foto Nina di meja.

Matanya kembali kepada kilau safir di leher perempuan itu. Ia mengangkat tangannya, tanpa sadar menyentuh bagian dadanya sendiri—tempat kalung yang selalu tersimpan di bawah pakaian. Ia menariknya keluar: liontin safir tua, sedikit tergores, tapi bentuknya identik dengan yang ada di foto.

Pedro membalik liontin itu perlahan. Di baliknya, terukir samar satu kata: O’Meisceall.

Jantung Pedro berdetak keras. "Apa...?" bisiknya pelan, matanya membelalak, napasnya tercekat.

Tiba-tiba pintu diketuk, Marcus masuk. Sejenak ia terdiam memperhatikan boss sekaligus sahabatnya itu.

“Belum pulang, Pedro?” tanya Marcus sambil duduk di sofa.

Pedro menghela napas, alih-alih menjawab dia balik bertanya. “Apa Victor sudah balik?”

“Sudah, baru saja,” jawab Marcus, tatapannya masih lekat pada sosok yang sudah dikenalnya sejak kecil.

“Ada apa Pedro, sepertinya ada sesuatu yang mengganggumu, aku tidak pernah melihatmu seperti ini, apa misi kali ini terlalu berat, tapi apa yang aneh? Hanya seorang wanita, kan?“

Pedro tersenyum tipis, dia segera berdiri dan mengenakan mantelnya.

“Tidak ada yang aneh, ayo balik, Avril pasti sudah menunggu sang pujaannya.”

“Huh, kami sudah putus,” jawab Marcus sambil ikut berdiri.

“Oops, dasar playboy recehan.”

Keduanya terkekeh, namun kemudian Pedro kembali terdiam. Ia menatap lurus pada Marcus.

“Mark, besok siang aku akan menemu bibi Mayra. Tolong kamu standby di sini dan jangan beritahu siapapun. Kalau Victor tanya, bilang saja aku ada urusan pribadi sebelum berangkat ke New York, kamu pasti mengerti.”

“Oke, aku ngerti,” jawab Marcus singkat, dan tanpa banyak tanya. Dia paham betul, jika Pedro ingin bertemu wanita itu dan melarangnya memberitahu Victor, pasti ada masalah penting terkait masa lalunya.

Keduanya bergegas meninggalkan ruangan itu, dan kembali ke apartemen masing-masing. Setiba di kamarnya, Pedro langsung merebahkan diri ke tempat tidur. Diperhatikannya kembali kalung safir biru yang masih menyisakan misteri baginya.

Pedro memperhatikan dengan lebih seksama ukiran di bagian belakang liontin safir miliknya. O’Meisceall....

Baru kali ini Pedro menyadari dan memperhatikan ukiran kecil itu, karena selama ini dia tidak pernah memperhatikannya secara khusus. Dia hanya menganggap kalau kalung itu adalah benda keberuntungannya, yang selalu menemaninya dalam menjalankan setiap misi-misinya.

Lalu, apa hubungannya dengan nama keluarga bangsawan yang akan menjadi targetnya itu? Siapa wanita yang juga memakai kalung dengan liontin safir biru yang unik itu? Mengapa kalung dengan ukiran O’Meisceall ada padanya?

Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk di benaknya, hingga Pedro merasa sulit memejamkan mata. Dia harus mencari tahu mengenai kalung itu. Dan kemungkinan yang tahu adalah bibi Mayra selain Victor sendiri.

Jauh di dalam hatinya, Pedro merasakan hal yang ganjil. Dia merasa misteri ini terkait masa lalunya yang memang ingin dia tahu. Selama ini dia tidak pernah tahu orang tuanya, seakan dia ada begitu saja dan terlempar dari langit. Yang dia tahu hanya bibi Mayra yang merawat dan mengurusnya sejak kecil, dan Victor yang mendidiknya dengan sangat keras dan kejam.

Pernah di satu waktu Pedro bertanya mengenai siapa orang tuanya, tapi baik Mayra ataupun Victor tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskannya. Bahkan Victor dengan tegas membentaknya agar tidak menanyakan soal keluarga. 

"Untuk apa kau bertanya soal orang tua Pedro? Siapa yang membesarkanmu itulah keluargamu yang harus kau patuhi dan kau letakkan loyalitasmu sepenuhnya. Aku tidak mau dengar pertanyaan bodoh itu lagi!"

Victor menjawab dengan dingin dan tatapan mengerikan saat Pedro bertanya tentang orang tuanya. Sejak saat itu, Pedro tidak pernah bertanya lagi.

Keesokan harinya, Pedro melajukan jeep kesayangannya ke sebuah rumah di pinggiran kota. Rumah yang tidak asing baginya, karena di sana dia pernah dibesarkan.

Seorang wanita paruh baya menyambutnya hangat.

“Apa kabar, bi?” tanya Pedro sambil merangkul wanita yang sudah dia anggap seperti ibunya itu.

“Baik, Pedro. Wah mimpi apa aku, jagoan rupawan ini mau datang ke mari.”

Pedro terkekeh mendengar jawaban Mayra, wanita yang telah mengasuhnya sejak kecil. “Maaf, bi. Aku sibuk, misi yang diberikan Victor tiada habisnya.”

Pedro duduk di sofa, di samping wanita itu. “Nanti malam aku akan berangkat ke new York, makanya aku ke mari mau berpamitan sekalian menanyakan sesuatu....”

“Apa? New York?” potong Mayra.

Pedro tertegun melihat reaksi wanita di hadapannya, yang terkejut seperti melihat hantu.

“Kenapa, bi? Ada apa dengan New York memangnya?”

“Ah, tidak apa-apa,” jawab Mayra sambil tersenyum, namun Pedro yang memiliki analisa tajam bisa melihat sesuatu yang disembunyikan wanita itu. “Apa terkait misi dari Victor?”

“Benar, memburu dan membunuh seorang wanita bangsawan di New York, Nina Wilson O’Mesceal.”

“Apa…?!”

Mayra tercekat, wajah wanita itu menjadi pucat, ia gemetar hingga cangkir yang dipegangnya terjatuh.

“Kamu kenapa, bi?” tanya Pedro heran, “Apa kamu mengenal wanita itu?”

Mayra menghela napas panjang, ia mencoba tersenyum untuk menetralkan kegugupannya. “Tidak ada, tentu aku tidak mengenal wanita itu. Belakangan pikiranku memang kurang baik, terobsesi dengan film yang aku tonton.”

“Bi, tolong jawab dengan jujur pertanyaanku!” Kali ini, Pedro berkata dengan tegas dan sedikit dingin, jika sudah begitu Mayra tidak bisa berkutik. Dia kembali duduk sambil mengangguk. “Apa yang ingin kau tanyakan, Nak?”

Pedro mengeluarkan kalung safir biru dari kantong jaketnya. “Bi, tolong jelaskan padaku mengenai kalung ini? Kamu pasti tahu, asal usul kalung ini.”

Mayra membeku menatap kalung di genggaman Pedro. Pikirannya kembali mengembara ke masa-masa dua puluhan tahun lalu. Bibir wanita itu bergetar.

“Kalung itu….”

Tiba-tiba ponsel Pedro berdering, satu panggilan yang tidak mungkin dia tolak, Victor.

“Shit!” gerutu Pedro kesal sebelum akhirnya dia menjawab panggilan itu.

“Pedro, dengar. Kamu harus segera kembali ke markas, ada hal penting yang harus kita diskusikan sebelum berangkat. Dan keberangkatan ke New York dimajukan lebih cepat. Sudahlah, lupakan gadis-gadismu itu, nanti di New York kamu akan dapat yang jauh lebih cantik dan seksi.”

Pedro mendengus, sedangkan Victor terkekeh di ujug sana. Dia mengira jika Pedro sedang menghabiskan waktu dengan para gadis, sesuai laporan Marcus. “Oke, aku segera ke markas.”

Pedro segera menyimpan kalungnya, ia berdiri dan kembali menatap wanita yang masih terlihat ketakutan. “Bi, aku berangkat. Ingat, kau masih punya hutang untuk menceritakan semuanya.”

Tanpa menunggu jawaban Mayra, Pedro bergegas meninggalkan wanita itu. Ia masuk ke mobilnya dan diam sejenak. Dimainkannya kembali kalung safir di genggamannya. 

"New York, huh…" gumamnya lirih. Namun dibalik ekspresi datarnya, pikirannya kacau—nama itu, kalung itu dan sikap aneh bibi Mayra, semuanya menyisakan misteri besar yang harus dia ungkap.

"Nina Wilson O'Meiseall, siapa sebenarnya dirimu? Jika engkau adalah bagian dari masa lalu yang kubenci, maka aku sendiri yang akan mengakhiri."

Pedro segera mengenakan kalung keberuntungannya itu dan menyimpannya di bawah bajunya. Ia bergegas melajukan mobilnya kembali ke markas Victor, dimana mereka menunggunya untuk segera berangkat ke New York.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 4. Kehangatan Di Mansion Nathan (flashback 1)

    “Dad, Mom…Aku sudah dengar semuanya,” ujar Olivia tiba-tiba. Gadis itu melihat kepada kedua orang tuanya dengan tatapan bingung dan menuntut penjelasan.Nathan dan Nina tersentak, mereka larut dengan emosi dan perasaan sakit akan luka masa lalu, sehingga tidak menyadari kedatangan putri mereka yang memang sedang ditunggu.Nathan segera berdiri mendekati putrinya, dia mencium kening Olivia dan menuntut gadis itu untuk duduk, sedangkan Nina menunduk menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, tangisnya sudah terhenti tapi dia belum bisa bicara apa-apa, masih terlihat sesenggukan.“Dad, Mom. Mengapa kalian menyembunyikan rahasia besar ini padaku? Mengapa kalian tidak mau menceritakannya? Apakah kalian tidak menganggap aku ada di keluarga ini?”Olivia melontarkan sederet pertanyaan yang membuat Nathan dan Nina terkejut. Nathan segera menjawab pertanyaan putrinya, dia menjadi serba salah.“Tidak sayang, bukan begitu, maksud kami….”“Lalu mengapa aku tidak boleh tahu kalau aku punya saud

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 3. Luka yang Belum Sembuh

    Midtown Manhattan, New YorkSore itu, Nina dan Nathan baru saja kembali dari kantor, mereka bercengkrama di ruang keluarga sambil menunggu Olivia pulang. Sejak peristiwa kelam yang menimpa mereka dua puluh dua tahun silam, mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah penthouse mewah di Midtown. Setelah kehilangan putranya, Nina mengalami syok hebat dan trauma yang berkepanjangan, hingga memerlukan bantuan teraphy dari psikolog. Dan atas saran psikolog juga, akhirnya Nathan dan Nina meninggalkan mansion mewahnya di Upper East Side dan memilih tinggal di sebuah penthouse mewah di Midtown, yang dekat dengan kantor Nathan. Selain itu, Nina juga memindahkan kantor pusat Nithany dari Financial District ke Midtown, di gedung yang sama dengan penthouse mereka. Sehingga lebih aman untuk membesarkan putri mereka.“Nathany, nggak terasa ya, Livy sudah 24 tahun,” ujar Nina sambil memberikan secangkir teh hangat untuk Nathan.“Iya, honey. Rasanya baru kemarin kita menikah, tahu-tahu anak-anak suda

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 2. Misteri Kalung Safir Biru

    Pedro berjalan menyusuri koridor markas yang sepi, berkas misi itu masih tergenggam di tangannya. Langkahnya berhenti di ruangannya sendiri. Ia menjatuhkan diri ke kursi, menatap foto Nina di meja. Matanya kembali kepada kilau safir di leher perempuan itu. Ia mengangkat tangannya, tanpa sadar menyentuh bagian dadanya sendiri—tempat kalung yang selalu tersimpan di bawah pakaian. Ia menariknya keluar: liontin safir tua, sedikit tergores, tapi bentuknya identik dengan yang ada di foto.Pedro membalik liontin itu perlahan. Di baliknya, terukir samar satu kata: O’Meisceall.Jantung Pedro berdetak keras. "Apa...?" bisiknya pelan, matanya membelalak, napasnya tercekat.Tiba-tiba pintu diketuk, Marcus masuk. Sejenak ia terdiam memperhatikan boss sekaligus sahabatnya itu. “Belum pulang, Pedro?” tanya Marcus sambil duduk di sofa. Pedro menghela napas, alih-alih menjawab dia balik bertanya. “Apa Victor sudah balik?”“Sudah, baru saja,” jawab Marcus, tatapannya masih lekat pada sosok yang suda

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 1. Misi yang Rumit

    Londons DocklandsHujan tipis menetes di dermaga London yang sunyi. Lampu gudang tua berpendar redup, menyorot sosok tegap yang berdiri mematung. Pedro, 24 tahun, tampan, nyaris sempurna—garis wajah tegas warisan sang ayah, mata kehijauan tajam khas keluarga O’Meisceall, dan rambut coklat terang berkilau basah di bawah lampu jalan.Ketampanannya memancarkan aura bangsawan, tapi tatapan dinginnya mematikan, mencerminkan didikan keras dunia kelam.'Berapa banyak darah lagi yang harus kutumpahkan?' Pedro membanthin. Malam ini dia kembali akan memimpin misi berdarah yang ditugaskan oleh Victor. Nama yang selalu membawa tekanan. Sebuah nama yang disembah dengan ketakutan, tapi tak pernah dipahami siapa sosok di baliknya.Sore tadi Victor memanggil Pedro. Seperti biasa, ia duduk santai di kursi kulit, jari-jarinya mengetuk ringan permukaan meja, nada yang selalu menandakan pikirannya sedang menghitung sesuatu."Target bergerak malam ini," suara Victor terdengar dalam, tenang namun menusuk.

  • Rahasia Yang Terungkap   Prolog

    Hujan deras mengguyur New York malam itu. Lampu-lampu kota memantul di kaca besar mansion keluarga Sir Nathan Wilson.Nina sedang menerima panggilan telepon dari Nathan yang masih berada di kantor. Dia sendiri jarang masuk kantor, terlebih setelah mempunyai bayi, Nina ingin fokus pada sepasang bayi kembarnya. Sehingga urusan kantor Nithanny, ia serahkan pada Emily asisten terpercayanya dan team C-level.“Nathany apa rapatnya sudah selesai?”“Iya my love, baru saja selesai, ini aku sedang bersiap-siap untuk pulang. Anak-anak gimana, sayang? Gak rewel, kan?”“Semuanya baik-baik saja, Nathany. Ollie juga sudah nggak rewel lagi. Sepertinya pengasuh baru pengganti Hanna cukup bisa diandalkan.”“Syukurlah. Jadi kamu dan Lara nggak kerepotan. Oke, honey, aku beres-beres dulu, love you.”Sementara itu, di kamar bayi, suara napas halus terdengar dari dua boks kecil. Oliver dan Olivia, bayi kembar Nina dan Nathan yang berusia dua tahun, tidur nyenyak dengan kalung safir biru mungil di leher mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status