Home / Romansa / Rahasia Yang Terungkap / Bab 3. Luka yang Belum Sembuh

Share

Bab 3. Luka yang Belum Sembuh

Author: El Hawra
last update Last Updated: 2025-08-14 16:32:49

Midtown Manhattan, New York

Sore itu, Nina dan Nathan baru saja kembali dari kantor, mereka bercengkrama di ruang keluarga sambil menunggu Olivia pulang. Sejak peristiwa kelam yang menimpa mereka dua puluh dua tahun silam, mereka memutuskan untuk tinggal di sebuah penthouse mewah di Midtown.  

Setelah kehilangan putranya, Nina mengalami syok hebat dan trauma yang berkepanjangan, hingga memerlukan bantuan teraphy dari psikolog. Dan atas saran psikolog juga, akhirnya Nathan dan Nina meninggalkan mansion mewahnya di Upper East Side dan memilih tinggal di sebuah penthouse mewah di Midtown, yang dekat dengan kantor Nathan. Selain itu, Nina juga memindahkan kantor pusat Nithany dari Financial District ke Midtown, di gedung yang sama dengan penthouse mereka. Sehingga lebih aman untuk membesarkan putri mereka.

“Nathany, nggak terasa ya, Livy sudah 24 tahun,” ujar Nina sambil memberikan secangkir teh hangat untuk Nathan.

“Iya, honey. Rasanya baru kemarin kita menikah, tahu-tahu anak-anak sudah besar aja.” Nathan menjawab spontan sambil menyesap teh di cangkirnya, ia tidak menyadari jika satu kalimatnya membuat Nina tertegun.

“Anak-anak…” gumam Nina pelan. 

Nathan tersentak, menyadari ucapannya akan membangkitkan luka lama  istrinya, dia segera meletakan cangkir di meja dan mendekati Nina. 

“Iya, my love. Maksudku Livy putri kita sekarang sudah besar.” Nathan mengoreksi ucapannya.

“Livy, dan Ollie Nathany. Ollie putra kita juga sekarang sudah besar, sudah 24 tahun. Pasti dia sangat tampan dan gagah seperti Daddy nya.”

Nina berkata sambil tersenyum, kedua matanya berkaca-kaca. Nathan menghela napas panjang, dia merutuki kesalahan lidahnya yang salah ucap sehingga membangkitkan kenangan lama Nina. 

“Honey….” 

Nathan segera merengkuh Nina ke pelukannya, kedua mata wanita itu mulai basah.

“Aku yakin Oliver masih hidup, Nathany. Aku sangat yakin….”

Nina mulai terisak, ia membenamkan wajahnya ke dada suami yang sangat dicintainya. Nathan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya memeluk Nina dengan segenap cinta dan sayangnya. Dia menghela napas, pikirannya serasa buntu dan sakit manakala dia ingat kembali peristiwa menghilangnya putra mereka.

“Sshh, my love. Kemungkinan itu sangat besar, dan kita masih terus mengupayakan pencarian putra kita.”

“Apakah ada petunjuk baru, Nathany?” tanya Nina disela isaknya.

“Iya, hon. Tadi siang, aku mendapat telepon dari tuan Tom.”

“Bagaimana Nathany, apa ada jejak Oliver?” Nina mengangkat wajahnya, menatap suaminya dengan antusias.

“Sabar, my love. Masalah ini sangat rumit. Tuan Tom hanya menjelaskan kalau kemungkinan terbesar putra kita di culik oleh sindikat besar yang memang sudah terencana, sehingga jejak mereka sulit dilacak.”

Nina merasa ngeri mendengar penjelasan suaminya, ia kembali terkulai di pelukan Nathan. 

“Oh Tuhan, apa mereka akan menjual Ollie, Nathany?”

“Itu sangat mungkin, honey. Memang banyak kasus-kasus penculikan bayi dengan berbagai motif, kebanyakan adalah untuk diperdagangkan.”

“Ya Tuhan, tolong selamatkan Ollie…” Nina bergumam lirih, air matanya tidak terbendung lagi.

“Ssst, my love, tenang…” Nathan berkata lembut untuk menenangkan istrinya, dia sendiri merasakan hatinya bagai dicabik-cabik ribuan belati. Bahkan dibalik ketenangannya, lelaki itu merasakan hidupnya hancur. Dia merasa telah gagal sebagai seorang ayah, karena tidak bisa menjaga putranya.

Dibalik ketegarannya, sesungguhnya Nathan sangat terguncang. Dia tidak kuasa menangis dan menumpahkan keputusasaannya pada kakek Wilson dan Mike. 

“Aku sudah gagal, kek. Aku sudah gagal menjadi seorang ayah dan suami, aku nggak bisa melindungi keluargaku sendiri,” ujar Nathan saat itu, dia menangis dan tersungkur di pangkuan sang kakek. Nathan, boss yang terkenal dingin, angkuh dan keras itu, kini merasa sangat tidak berdaya.

“Hus, kamu bicara apa, Nathan. Jangan menyalahkan dirimu sendiri seperti ini. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga anak-anak dan istrimu, keamanan di mansion pun sangat ketat dan canggih.”

“Apa yang kakek bilang benar, Nate. Sepertinya si pelaku memang sudah merencanakan dan mengawasi hal ini sejak lama. Sehingga memanfaatkan celah-celah mereka bisa masuk.” Mike menimpali ucapan kakeknya.

Nathan tertegun mendengar penjelasan Mike, dia mengangkat kepalanya dari pangkuan sang kakek, lalu menatap sepupu sekaligus sahabatnya itu.

“Kamu benar, Mike. Dan celah itu adalah masuknya pengasuh gadungan yang memanfaatkan cuti nya pengasuh Oliver.” 

“Sekarang kamu kembali Nathan, temani dan dampingi Nina, sebagai seorag ibu, dia pasti jauh lebih terpukul. Dia membutuhkanmu, juga putrimu, Olivia. Kamu harus kuat dan tegar.”

Kakek Wilson menepuk bahu cucu kebanggaannya itu, memeberikan semangat dan dukungan. Sejak saat itu, mereka mengerahkan berbagai upaya untuk mencari Oliver.

“Nathany… Apa ada hal lain yang disampaikan tuan Tom?” tanya Nina membuyarkan lamunan Nathan.

Nathan menghela napas dalam sambil mengelus rambut istrinya. 

“Menurut tuan Tom kasus penculikan Ollie berbeda dengan kasus-kasus penculikan bayi pada umumnya.”

“Maksudnya… bagaimana Nathany?”

Nina mengangkat wajahnya, ia menatap suaminya dengan penasaran. Nathan juga menatap sang istri lekat-lekat, dia sendiri masih sangat kacau bagaimana harus menjelaskan pada Nina.

“Nathany…” panggil Nina lirih.

“I-iya, my love. Menurut analisa tuan Tom, kemungkinan terbesarnya adalah, pelaku yang menculik putra kita adalah orang yang sama yang pernah menculik Victoria.”

“A-apa? Ri-Richard…?” 

Suara Nina bergetar saat menyebut nama itu, apa mungkin dia? Nathan mengangguk pelan.

“Dia mempunyai dendam yang sangat dalam pada kita, terutama padamu.”

Nina terdiam, sangat masuk akal jika Richard yang melakukan. Mantan rekan kerja Nina itu sangat membenci Nina. Dia sangat ingin membunuh dan menghancurkan Nina. Berbagai upaya telah dia lakukan, dari mulai menyewa pembunuh bayaran, memanfaatkan Rebeca hingga menculik Victoria.

“Tapi Nathany, bukankah Richard sudah lama menghilang? Kalau memang benar dia, mengapa sangat sulit dilacak jejaknya? Dan, sasaran kebencian dia padaku, mengapa dia tidak menculikku atau membunuhku, bukan putraku Nathany. Aku rela ditukar dengan nyawa putraku.”

Nina berkata dengan penuh emosi, hatinya kembali tersayat-sayat. Sakit, marah, semua tumpah jadi satu. Nathan segera memeluknya erat, tangis wanita itu pecah tak terbendung lagi. 

“Sst, my love, tenang honey. Tolong kendalikan dirimu, demi Olivia putri kita,” bisik Nathan membujuk Nina. “Mengenai motifnya apa dan mengapa, tuan Tom dan orang-orang kita masih terus mengusut. Kamu tenang, ya, My love. Jangan sampai putri kita tahu, dia pasti akan ikut sedih kalau tahu masalah ini.”

Tanpa mereka sadari, seorang gadis sejak lama berdiri memperhatikan mereka dengan bingung dan tatapan penuh tuntutan.

“Dad, Mom…Aku sudah dengar semuanya….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 51. Pertemuan Rahasia

    “Hallo, siapa ini—”“Malam, Liv. Apa aku mengganggu?” terdengar jawaban seorang wanita di ujung sana.“Ini dengan….”“Vla. Apa kamu tidak mengenali suaraku?”“Oh, iya. Aku memang baru menebak kamu. Kamu dan Pedro sudah sampai di tempat?”“Ya, ini lagi santai juga. Kamu belum tidur? Apa aku mengganggu?”“Oh nggak. Sama sekali nggak mengganggu kok, Vla. Santai aja.”“Uhm, gini Liv. Aku ingin ketemu sama kamu, berdua aja. Tapi ini rahasia, hanya kita berdua.”“Rahasia? Apa sangat penting?”“Ya sangat penting. Tapi kamu harus janji dulu untuk merahasiakan ini, termasuk pada kedua orang tuamu. Apa kamu bisa?”“Hmm, oke. Tapi soal apa?”“Nanti akan aku jelaskan. Yang penting kamu atur supaya pengawalmu juga tidak tahu.”Livy terdiam sejenak. “Kalau di kampusku bagaimana? Biasanya mereka nggak masuk kedalam. Kita bisa ketemu di taman belakang kampus.”“Oke, aku setuju.”Setelah berbincang-bincang ringan keduanya pun menutup panggilan. Livy tertegun, rahasia apa yang dimaksud Vla? Mengapa ked

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 50. Rahasia Vla

    Pedro menatap Vla dengan penuh rasa penasaran. Sesuatu yang sudah lama ingin dia tanyakan, namun selalu terbentur hal-hal lain yang lebih mendesak.“Jangan sembunyikan apapun dariku, Vale.”Vla tersenyum, dia kembali menyesap kopinya. “Aku tidak akan menyembunyikan apapun darimu, Pedro. Bukankah kita sudah berjanji untuk saling terbuka satu sama lain dan tidak ada hal apapun yang kita sembunyikan?”Vla menatap sekeliling, lalu berdiri dan menarik tangan Pedro. Keduanya pun pindah ke kamar. “Maaf Pedro, ini sangat penting dan rahasia. Aku hanya mengantisipasi dari dinding bertelinga.” Vla berbisik. Pedro mengangguk, ia duduk di sofa. “Di kamar ini aman, tidak ada yang bisa masuk, tidak juga Victor. Karena aku selalu menguncinya.”Vla melangkah ke jendela, menatap kelap-kelip pemandangan kota di kejauhan. Cukup lama terdiam sebelum akhirnya dia berkata pelan. “Sebenarnya nama Lucas adalah Antonio Luca Russo.”Pedro mengernyitkan kening, mencoba mengingat. “Russo? Apa hubungannya dia d

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 49. Menyusun Rencana

    Pedro segera melempar wig dan mencuci wajahnya dari make-up tebal yang terasa seperti topeng. Ia juga segera mengganti pakaian yang menggelikan itu.“Huh, akhirnya wajahku bisa terbebas dari makeup menjijikkan itu,” ujar Pedro lega, dia segera ke pantry untuk membuat kopi.Vla hanya tersenyum melihat sikap Pedro. “Makeup kok menjijikkan, itu kan bisa membuat wajah cantik dan menutupi kekurangan.”Pedro menoleh pada Vla. “Iya kalau makeup yang normal dan yang memakai wanita. Kalau tadi, aku sudah seperti mayat hidup.” Ia terdiam sebentar dan menatap Vla. “Sana bersihkan makeup horormu itu. Bibirmu malah jadi hitam gitu, seperti hantu.”Vla terkekeh mendengar ucapan Pedro, namun dia segera ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.Tidak lama berselang Vla keluar dengan wajah yang sudah bersih, dia juga sudah mengganti bajunya dengan pakaian santai. Pedro sedang duduk di sofa sambil menikmati kopi.“Nah begini lebih baik, lebih fresh lebih menggairahkan, dibanding tadi seperti zombie.”

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 48. Mengelabui Penguntit

    “Apa? Rencana apa, Vale?”Pedro menatap Vla penuh tanda tanya. Nadanya terdengar mendesak, seolah ia takut Vla akan menahan sesuatu darinya.Vla menghela napas, kemudian duduk lebih dekat, menatap Pedro dengan serius. “Rencanaku sederhana, Pedro. Kita harus bicara langsung dengan Livy. Tentu bukan dalam pertemuan biasa, melainkan untuk menyocokkan kalung kalian berdua. Dari sana, kita bisa lanjut ke tahap berikutnya—tes DNA. Diam-diam. Tidak ada yang tahu, bahkan Nathan dan Nina sekalipun.”Pedro menegang. Kata-kata itu seolah menohok tepat di dadanya. “Tes DNA? Vale… apa kau tahu apa risikonya? Kalau ternyata aku bukan Oliver, apa yang akan terjadi? Bagaimana dengan Livy? Dia mungkin akan kecewa, atau bahkan membenciku karena sudah menaruh harapan.”Vla menggeleng, ekspresinya penuh keyakinan. “Justru sebaliknya. Kalau memang bukan, maka rasa penasaranmu akan berhenti. Kamu tidak akan terus dihantui kemungkinan yang tak berujung. Dan bagi Livy, dia akan mengerti bahwa semua ini hanyal

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 47. Tirai Kebenaran Akan Terkuak

    “Putar arah, kita ke Hudson Yards Hotel.” Vla memberikan intruksi kepada sopir. Ucapan Vla mengejutkan dan membuyarkan lamunan Pedro.“Ada apa? Bukannya harusnya kita ke Broklyn?” tanya Pedro heran.Alih-alih menjawab Vla menatap rear vision mirror, Pedro mengikuti arah tatapan Vla. Seketika wajahnya menjadi serius sambil terus melihat. Dari spion dalam itu, jelas terlihat gerak-gerik mobil di belakang yang mencurigakan.“Ada yang membuntuti kita,” gumam Pedro pelan. Vla mengangguk. “Mereka sudah mengikuti begitu kita keluar dari N&N Hotel.”“Hmm, berarti banyak yang pasang mata saat kita di gala tadi,” sahut Pedro, matanya menyipit namun tak berpindah dari spion itu. “Kita jebak, dan cari tahu siapa mereka.”“Tidak perlu,” sahut Vla sambil tersenyum.“Maksudmu,” tanya Pedro menatap Vla.“Mereka hanya orang-orang yang penasaran tentang siapa sebenarnya kita, terutama kamu. Kemunculanmu dan OIL malam ini cukup membuat banyak pihak yang penasaran.”“Hmm, jadi kita akan menginap di hote

  • Rahasia Yang Terungkap   Bab 46. Permintaan Seorang Ibu

    "Pedro, maukah kamu menjadi kakakku?" tanya Livy sambil menatap Pedro. Tatapannya sendu, penuh luka dan kerinduan, matanya berkaca-kaca. Ada gumpalan awan yang siap tumpah di kedua mata cantik kehijauan itu.Pedro dan Vla terkejut mendengar perubahan sikap Livy. Pedro merasakan hantaman besar di dadanya, bukan hanya karena ucapan Livy tapi melihat gadis itu yang terlihat merasakan kesedihan dan luka yang dalam. Entah mengapa hatinya merasakan sakit dan teriris.“A-apa? Kamu bercanda, Liv. Aku Pedro bukan Oliver kakakmu.” Pedro menjawab dengan gugup, namun dia segera mengalihkan tatapannya ke arah lain, merasa tidak sanggup jika menatap wajah cantik yang sedang menatapnya dengan penuh kesedihan dan harapan.“Aku tahu. Aku tidak peduli siapa kamu. Tapi, hatiku mengatakan kalau kamu mirip Ollie.” Livy terdiam sejenak, matanya tak lepas dari menatap Pedro, meskipun Pedro telah membuang pandangannya. “Dan, secara fisik, kamu mirip daddy sewaktu muda.”Pedro menegang, ia mengepalkan tangann

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status