Share

33 | Dus Susu Ternodai

Author: Lolly
last update Huling Na-update: 2025-08-26 17:01:52

"Di sini tempatnya?" Garda bertanya sembari meletakkan mesin espresso, memastikan.

Menatap Daisha yang masih merengut karena sopir taksi online-nya malah Garda suruh pergi, dengan upah lebih tinggi dari yang Daisha upayakan. Alhasil, begini sekarang.

Mau tak mau membawa masuk putra Mama Gea ke dalam Coffee U. Daisha angguki peletakan mesin kopinya itu.

"Iya, di situ aja," jawabnya, acuh tak acuh. Ya, supaya Garda lekas pergi.

Namun, lelaki itu berkata, "Yang bener. Biar kamu nggak usah repot mindahin atau apa-apa lagi, dan supaya langsung pas. Sesuai. Mumpung Kakak di sini."

"Udah, udah pas di situ." Daisha jujur, kok. Sengaja diberi ruang di bagian meja bar yang Garda maksud itu buat tempat mesin espresso.

Garda pun merapikan tata letaknya. Dia mengecek-ngecek mesin lainnya juga.

"Boleh nyoba menu yang paling kamu suka di sini?"

"Belum buka," timpal Daisha.

Garda sontak menoleh dan menahan senyumnya. Kentara sekali kejengkelan di wajah cantik itu. Daisha juga melengos. Tapi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Irkhamna Faiqoh
cium tu box susu............ dendam ya Ais🫰🫰🫰
goodnovel comment avatar
Lembayung NanElok
hahahahaaa Daisha kamu malah bikin gemess looo
goodnovel comment avatar
Susi Herliana
Ais saatnya jual mahal ,rasain garda emang enak dicuekin
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   83 | Ilias

    "Mami, papi kelja, ya?" Adya menarik-narik gamis maminya sambil dia ayun-ayun dengan tangan kecil itu. "Mami, Mami. Papi kelja?""Iya, Sayang. Kerja." Sudah mulai mengoperasikan lagi kafenya, kali itu betul-betul diseriusi. Tidak seperti saat Daisha kabur.Rencana buka kafe dan museum lukis sungguh telah matang hari ini. Garda juga tidak sendiri, ada pegawai yang direkrut; hanya dua orang, sih. Namun, ini sudah merupakan awal yang baik daripada saat Daisha dulu—apa-apanya dilakukan sendiri, sedang hamil pula, wajar kalau keteteran. Syukur dibantu oleh Garda dan Abrasi—meskipun pada saat itu terasa menyebalkan.Demikianlah Coffee U di era Daisha tidak bertahan lama. Ya, lagi pula kafe itu dibangun dan dioperasikan dalam sebuah keputusan yang diambil dengan emosi, juga kungkungan ego plus niat buat survive seorang diri.Nyatanya, butuh bantuan.Nyatanya, Daisha tidak bisa.Segalanya kurang matang kala itu, ditambah sedang hamil. Ah, sudahlah. Yang penting sudah berlalu."Adya geser dul

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   82 | Harusnya ....

    "Pindah bentar, yuk?" Daisha terkesiap, menoleh dan mendapati putra Mama Gea di belakangnya. Posisi Daisha rebah menyamping menghadap Adya. Malam itu minta bobok di kamar mami katanya. Anak sekecil itu sudah dilatih tidur sendiri, di kamar sendiri pula. Lagi pula kamar Adya berada tepat di sebelah kamar Garda."Ais ...." Garda bisik-bisik lagi.Jangan bilang serius mau bikin adik? Selama ini Daisha KB, sih, jujur. Garda tahu, kok. Diizinkan, asal KB pil katanya biar kalau mau anak, tinggal tidak usah diminum.Tadinya sempat mau KB alami saja, tetapi setelah Daisha pikir-pikir ... tak apalah KB medis. Dibicarakannya dengan pak suami, syukur Garda langsung membolehkan.Oh, ya, ketidakjujuran Daisha di awal pernikahan itu menjadi sebuah pelajaran paling berharga bagi dirinya sendiri. Yang mana sekarang ini, mau apa-apa juga Daisha bilang dulu ke suami. Lapor, cerita, izin, dan diskusi.Tidak jauh beda dengan Daisha, Garda juga sekarang mengedepankan komunikasi. Tak lagi mendewakan emos

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   81 | Adik?

    "Kenapa, Kak?"Sudah cukup banyak hari berlalu, sampai kini tak terasa Adya mulai bisa berjalan, mulai bisa diajak ngobrol dan nyambung. Di mana selama itu, Garda telah mempersiapkan bisnis galeri seninya di Coffee U. Namun, Daisha melihat Garda seperti termenung. Mungkin ada sesuatu yang menimpanya? Maka dari itu Daisha tanya kenapa."Ais ....""Hm?"Tuh, kan. Suaminya terlihat resah, seperti ada hal yang ingin dibicarakan, tetapi Garda bingung bagaimana bilangnya sampai-sampai termenung."Kenapa, Kak?""Kakak rasa ... pendapatan Kakak menurun." Garda sudah menggunakan seluruh tabungannya untuk perwujudan galeri tersebut. Saat itu dia yakin-yakin saja bila stok pundi-pundi dunia yang ada di rekening tabungannya akan mudah terisi lagi, mengingat penghasilan Garda sebagai konten kreator lukis tak bisa dikatakan sedikit.Awal terasa penurunannya tidaklah signifikan hingga di bulan-bulan itu Garda rasa 'wajar', nanti juga naik lagi. Namun, bulan ke bulan ... sampai satu tahun Garda ama

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   80 | Naksir Ala Garda

    "Ais. Kamu inget, gak?" Garda bertanya, tetapi tatapannya di Adya, sedangkan pertanyaannya untuk Daisha.Mami Adya pun menoleh, dia sedang berbenah memasukkan pakaian ke dus, bersiap-siap mau pindahan. Furnitur sudah dikirim dan langsung dengan pengerjaan desain interior. Mungkin lusa atau besok juga selesai, sudah dari kemarin soalnya. Rencana pindahan juga diputuskan mundur beberapa hari sampai rumah benar-benar sudah tertata sampak ke isi-isinya."Ingat apa, Kak?"Adya tengkurap, Garda usap-usap punggungnya, sesekali dia juga jawil pipi si kecil. Gemas, jujur. Menatap Adya tak pernah bosan karena inilah hasil karya Garda yang sesungguhnya bersama Daisha. Bukan sekadar lukisan, tetapi buah hati mereka."Pas SMP kita camping. Tepatnya, waktu angkatan kamu kemah dan Kakak jadi seniornya."Gerak tangan Daisha henti untuk sepersekian detik, kembali menoleh menatap Garda yang tidur menyamping menghadap Adya—juga menghadap ke arah Daisha yang lesehan di dekat lemari."Ingat." Saat camping

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   79 | Rumah Tangga Impian

    [Kak.][Bagusan yang mana warna birunya buat langit?][Sore, Kak. Kalau buat lukis abstrak ....]Dan masih banyak lagi kiriman pesan lain dari nomor Leona, hanya saja kontak itu sudah tidak disimpan di ponsel Garda—sedang Daisha lihat-lihat, inspeksi suka-suka. Tahu bahwa itu nomor Leona karena namanya tercantum di profil.[Sedih banget Kak Garda udah nggak open jasa lukis buatku lagi, padahal langganan sejak Kak Garda baru netes. :( ]Kalau itu dari Ayla.Nomornya sudah dihapus juga di ponsel Garda. Tahu ini kontak Ayla karena dari riwayat chat sebelumnya.Garda: [Terima kasih, ya, Ayla. Selama ini udah jadi pelanggan tetap dan ....]Ungkapan macam itu kira-kira yang Garda kirim terakhir kali. Ke sini-sininya pesan Ayla tidak pernah Garda balas lagi.Kalau begini sama saja dengan memutus tali silaturahmi tidak, sih? Tapi kalau mereka masih kontakan, Daisha juga kurang senang. Salahkah? Atau sudah benar seperti ini?Suami tidak berkontak dengan lawan jenis mana pun yang berpotensi mem

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   78 | Bebas Mengekspresikan

    Bangun tidur, habis mandi, lalu bertatapan dengan Garda menjadi hal yang membuat perut Daisha digelitiki sayap kupu-kupu imaji. Ini pasti karena kejadian semalam. Ah, tidak mau Daisha jabarkan dengan rinci. Terlalu intim, Daisha malu. Garda tersenyum-senyum, masih di kasur. Oh, azan Subuh sudah berkumandang. Makanya itu Daisha bangun dan mandi suci lekas-lekas. "Aku udah wudu, Kak," tukas Daisha saat Garda hendak menempel. Takutnya bersentuhan dengan iringan nafsu sisa semalam. Garda mengerti. "Tunggu, ya? Jangan salat duluan. Kakak imamin." "Iya ...." Lagi, pipi Daisha memanas. Ini baru benar. Ini baru rumah tangga sungguhan, serasa malam pertama yang sebenarnya, tanpa ada kekhawatiran apa pun karena tak ada kebohongan yang dirawat. Lekas Daisha siapkan alat salatnya. Hal-hal kecil macam ini jadi terasa manis, menyiapkan seperangkat alat salat untuk suami. Di sisi lain, Baby Adya masih terpejam. Oh, tentu di jam-jam tertentu Daisha sempatkan bangun untuk menyusui putranya.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status