"Hati-hati di jalan mas." Hanin memberikan pesan, mengantar ku ke depan dan menunggu aku masuk ke dalam mobil.
Papa masih didalam rumah, katanya dia berangkat sedikit agak siang, sebab tante ku minta papa datang sedikit lebih siang, katanya ada pekerjaan yang harus dia kerjakan terlebih dahulu pagi ini. Dan seperti biasa hati-hati yang kami jalani normal semua tanpa menimbulkan sedikitpun keanehan. Pada akhirnya aku bergerak ke arah luar menuju ke arah mobilku dan siap untuk pergi bekerja.Seperti biasa mendengar pesan dari Hanin membuat aku langsung menganggukkan kepala."Jangan terlalu ngebut meskipun terburu-buru, kalau lembur jangan lupa kabarin aku." Kembali Hanin memberikan pesan kepada diriku.Lagi lagi aku mengganggukan kepala tanda mengerti."Kalau kamu mau keluar jangan lupa WA lebih dulu biar aku tidak khawatir." Dan aku juga memberikan pesan, seandainya Hanin mau pergi sebaiknya mengirimkan aku pesan lebih dulu. Aku type orang yang agak khwatiaran, takut kalau pasangan ada apa-apa di jalan.Istriku terkadang pergi keluar untuk mencari inspirasi, terkadang saat dia merasa bosan di rumah dia mencoba untuk pergi ke tempat makan favoritnya atau terkadang bertemu dengan teman-teman nya. Aku bukan tipe laki-laki yang cerewet atau mengatur istriku harus begini dan begitu, tidak boleh keluar dan lain sebagainya.Hanin langsung menganggukkan kepalanya mendengar pesan dari ku, dia mengembang kan senyuman terbaiknya pada ku pagi ini."Atau seandainya tidak mau membawa kendaraan sendiri, kamu bisa minta antar dengan pak Amran." Kembali aku bicara dan menyarankan pada Hanin untuk menggunakan jasa pak Amran, laki-laki yang sudah lama mengabdi di kelurga kami yang salah satu tugas nya adalah sebagai sopir pribadi keluarga.Kembali Hanin menganggukkan kepalanya."Iya mas, sudah siang buruan pergi takut mas terlambat." Hanin mengingatkan, melirik kearah jam di tangan nya, takut aku terlambat sampai di perusahaan.Aku terkekeh kecil, hampir lupa padahal sejak tadi gelisah takut terlambat malah santai-santai lupa waktu berpesan pada istri ku tersebut."Mas pergi dulu." Akhirnya aku mencium kening Hanin, pamit pergi dan melesat meninggalkan Hanin yang masih berdiri menantap kepergian ku, menunggu mobil ku menghilang dari pandangan.*****Aku pulang agak terlambat sayang, kamu bisa langsung makan malam tanpa menunggu ku. Aku makan diluar bareng relasi kerja, paling pulang, mandi dan langsung tidur. Kamu bisa tidur lebih dulu.Itu adalah barisan pesan yang aku kirimkan melalui W******p untuk istriku, nyatanya Malam ini aku kembali lembur mengingat ini adalah tutup buku menjelang akhir tahun dan menyambut awal tahun. Pekerjaan lembur sudah menjadi kegiatan, di mana Pada akhirnya semuanya akan membuahkan hasilnya maksimal. Dan aku pikir pembuka awal tahun baru nanti, aku ingin mengambil bulan madu bersama dengan Hanin ke luar negeri. Mengingat kami belum benar-benar mendapatkan bulan madu bersama setelah pernikahan karena kesibukanku bekerja."Oke mas."Dan itu adalah balasan Hanin singkat.Nyatanya rencana untuk lembur hari ini dibatalkan, akan di ganti hari esok karena ada beberapa hal yang tidak bisa aku jelaskan dengan tulisan."Wah keburu pamit dengan orang rumah." Salah satu teman pada akhirnya bicara."Iya," aku menjawab, bergerak menuju ke area parkiran sambil mengembangkan senyuman.Hari masih sedikit sore, ba'da magrib. Jelas target pulang tidak seperti apa yang diharapkan. Aku pikir berhenti sebentar untuk cari makanan, membungkus nya dan membawa pulang untuk Hanin dan papa. Tidak perlu memberitahukan Hanin soal kembali nya aku yang jauh lebih awal dan batal nya lembur. Aku yakin Hanin pasti senang.Crasssss.Brakkkkkk.Pranggggg.Suara sebuah benda dijatuhkan, seperti suara besi yang menghantam lantai dan memekakkan telinga."Oh sial." Aku merasa tubuh ku dihantam oleh sesuatu, rasa berat terasa dimana aku merasa jika Juna menindih tubuh ku tiba-tiba. Aku jelas mengernyitkan dahi."De..v..."Saat aku sudah pasrah dengan keadaan, aku pikir aku pasti sudah selesai dan mati saat ini tapi suara Hanin terdengar memecah keadaan. Hanin bicara terpatah-patah dan penuh ketakutan."Say....ang."Aku yang merasa berakhir atau mungkin sudah mati merasa agak sesak sebab tubuh Juna menindih ku dan membuat nafas ku menyempit. Tapi aku perlahan membuka bola mataku dimana aku menyadari jika Hanin berusaha untuk menyingkirkan tubuh Juna yang ada di atas ku. Aku menyadari sesuatu jika Juna tumbang dan....."Dev..." Suara Hanin kembali terdengar, menyingkirkan tubuh Juna dengan bersusah payah. Darah sengar mengalir, dan aku melihat Hanin menghantam kepala Juna dengan sesuatu. Sebuah besi tergeletak
"Kalau begitu mari kita akhiri segalanya." Dan Juna bicara dalam kemarahan mendalam, bola matanya mengeluarkan Kilauan mengerikan penuh kenyataan. Warna kilau di tangan kanan nya seketika terlihat dan aku jelas cukup terkejut.Secara jujur aku sudah menyiapkan ancang-ancang tapi kejadian nya terasa begitu cepat saat Juna tiba-tiba saja berhamburan datang ke arah ku dan menyerang ku."Akhhhh." Hanin jelas terkejut saat melihat Juna menyerang ku tanpa basa-basi.Juna mencoba menikam ku dengan sebilah pisau, membuat aku terkejut setengah mati. Brakkkkk.Hantaman keras terasa saat Juna menyerang dan menghantam ku. Bersyukur aku bisa menangkis dan menahan tangannya yang memegang sebilah pisau. Hanin jelas terkejut, sebagai seorang perempuan apa yang bisa dilakukan kecuali berteriak histeris ketika melihat ipar nya ingin membunuh suaminya. Apalagi melihat sebuah pisau coba di tancapkan pada jantung ku. Refleks aku bisa mengelak saat ini, mencengkeram erat pergelangan tangan Juna dan menaha
Hahahaha Juna pada akhirnya tertawa sumbang, dia cukup tidak percaya saat aku mengatakan segalanya. Tatapan nya cukup mengerikan saat ini di mana dia mencoba untuk menegakkan dirinya agar tidak oleng setelah mendengar ucapan ku barusan. Hanin terlalu takut melihat Juna, menyembunyikan diri dalam keterkejutan yang sama. Aku tahu kondisi istriku tidak baik-baik saja, wajah nya luka dan tubuh nya juga ikut terluka."Kau terlalu banyak nonton drama, apa yang kau pikirkan dan kau sampaikan terlalu tidak masuk akal dan mengandung bualan semata." Juna masih bersikeras berkata jika aku membual, mana mungkin ucapan ku benar dan dia masih berusaha menyembunyikan satu kenyataan dari ku."Seharusnya aku menyadari saat mama dan papa kehilangan anak mereka di masa lalu." Dan tatapan ku tajam tertuju pada Juna, mengingatkan dia tentang sebuah peristiwa besar di masa lalu.Juna pernah hilang di masa kecilnya, kehebohan terjadi di mana-mana kala itu dan beberapa anggota keluarga tahu dan berusaha menc
"Seharusnya aku sudah bisa menebak nya dari awal, tapi sayang aku cukup terlambat menyadari semua nya, Juna." Dan aku terus bicara, kemudian menyebut nama Juna, saudara laki-laki ku. Aku membalikkan tubuh ku, membiarkan cahaya rembulan menerpa ku.Ikatan di tangan ku sudah terlepas, meskipun tubuh dan kaki ku diikat juga tidak membuat ku kesulitan bergerak. Aku melepaskan ikatan kaki ku perlahan dan membuka ikatan di tubuh ku. Kepala ku jujur masih berdenyut, tapi tidak menyurutkan aku untuk membalikkan tubuh dan menatap Juna. Hanin terlihat tidak berani menatap Juna, memilih bersembunyi di belakang ku.Juna berdiri tepat di hadapanku, jarak kami tidak terlalu jauh, awal nya dia ditutupi kegelapan hingga terpaan cahaya bulan menampilkan raut wajah Juna pada ku. Laki-laki itu menatap lurus ke arah ku, tatapan matanya terlihat berkilatan, aku bisa melihat dan menebak arti tatapan Juna tapi aku memilih untuk terus bersikap tenang tanpa peduli dengan tatapan nya pada ku.Hanin terkejut sa
Rasanya tidak ingin terlalu terburu-buru, sebab di pemikiranku saat ini Hanin pasti tidak baik-baik saja, tapi jika tidak terburu-buru, ada pemikiran lain yang menghantam bagaimana seandainya aku terlambat. Ah sudahlah.Aku mencoba untuk bergerak di mana kini kakiku melangkah masuk ke dalam halaman rumah, mencoba untuk bergerak menuju ke arah pintu depan, "Akhhhhh..." Dan terdengar dari arah lantai atas, aku terkejut, membelalakkan mata, pandanganku langsung tertuju ke arah lantai atas dimana aku membeku untuk beberapa waktu. "Hanin!?." Jelas saja aku tahu siapa pemilik suara itu, terlalu gegabah mungkin, secepat kilat Aku berlarian menuju ke arah anak tangga, menaikinya dengan cepat dan bergerak menuju ke lantai atas. Aku tahu itu Hanin ku, dia pasti dalam keadaan tidak baik-baik saja.Asal suaranya jelas dari arah kamar di bagian sisi kanan rumah, aku tidak harus menunggu lama untuk mencapai titik pintu tersebut. Anggaplah aku terlalu bodoh karena kepanikan, akal sehat dan juga lo
Suasana rumah agak aneh begitu aku tiba, dan yang membuat aku sedikit terkejut juga mengernyitkan dahi saat aku melihat sebuah mobil tidak asing terparkir di depan halaman rumah. "dia di sini?" aku membantin menyadari siapa yang datang ke kediaman aku dan Hanin. hanya saja kenapa semalam ini, aku pikir apakah sang pemilik mobil berencana menginap?.Berbagai macam spekulasi menghantam, membuat aku menebak-nebak tentang banyak hal.Hingga pada akhirnya secara perlahan aku memutuskan keluar dari mobil ku, tidak memarkir nya hingga masuk ke dalam halaman rumah,. memutuskan untuk memarkirkan nya agak jauh dari rumah kami.Tebak apa yang aku pikirkan?."apakah mungkin Hanin yang mengundang orang itu?" ah berbagai macam pemikiran penghantar diri ku saat ini, di tengah keadaan di mana Aku terlalu gelisah dengan keadaan. apalagi saat aku mengetahui tentang sebuah kenyataan tadi di mana aku ternyata bukan putra dari orang tuaku. yang lebih mengerikan lagi satu saudaraku tahu sajak bahasa anak