Hari pertama dan beberapa hari berikutnya di rumah papa semua baik-baik saja dan normal-normal saja, tidak ada yang aneh dan semua orang bersikap selayaknya. Di rumah papa ada dua orang yang bekerja mengurus segala urusan. Bik Sri bertugas di dalam, urusan dapur, rumah, keperluan papa dan lain sebagainya menjadi tugas baik Sri untuk menyelesaikan nya. Di bagian luar ada pak Amran, beliau bertugas membersihkan taman, memperbaiki apapun yang rusak di rumah bahkan jadi supir antar jemput papa atau siapapun yang membutuhkan. Bagaimana cara membayar gaji mereka sedangkan papa hanya pegawai ASN? Papa dan almarhuma mama punya beberapa usaha yang kini di kelola oleh adik laki-laki papa ku dan adik perempuan mama ku, pembagian hasil tiap bulan jelas tidak sedikit dari sisi kiri dan kanan. Jadi wajar-wajar saja keluarga kami bisa mempekerjakan orang dirumah. Belum lagi kadang aku dan Amira memberikan papa dan mama uang bulanan untuk belanja tambahan yang kami transfer otomatis tiap bulan nya. Jadi ekonomi papa dan mama jelas ada di atas rata-rata.
Papa seperti biasanya pergi pagi pulang sore bekerja sesuai dengan jadwal atau waktu orang-orang pada umumnya. Beliau libur di weekend tapi tidak jarang kadang pulang lebih awal dari biasanya. Begitu juga aku yang otomatis memiliki jadwal pekerjaan yang sama, pergi pagi pulang sore, kecuali lembur maka terpaksa aku bekerja hingga waktu cukup larut malam, dan itu biasanya terjadi kalau ada proyek terbaru, kejar akhir tahun atau laporan tutup buku.Pagi ini kami tetap melakukan rutinitas seperti biasa, aku dan Hanin bangun, membersihkan diri kemudian pergi sarapan pagi bersama dengan papa."Papa tidak ke kantor?" Aku mengernyitkan kening, melihat papa tidak menggunakan seragam nya seperti biasa.Meskipun tidak muda lagi di usia yang sudah lewat dari 46 tahun, tampilan papa jelas terlihat fresh dan matang diusia begitu, apalagi papa type laki-laki yang rajin berolahraga, melakukan banyak kegiatan sehat di luar dan tergolong laki-laki yang memiliki pergaulan luas. Usia papa yang masih cukup muda tapi sudah memiliki anak seusia diri ku jelas menjadi bahan pertanyaan banyak orang. Tentu saja bisa, papa dan mama menikah di usia dini, mereka pacaran sejak jaman SMP dan begitu lulus SMA setelah selesai ujian tanpa nunggu wisuda langsung menikah. Bisa di tebak, mungkin aku lahir di waktu yang tidak tepat, bisa jadi hadir di waktu yang tidak diinginkan dan juga bisa jadi saat pernikahan terjadi karena sudah kebablasan. Jadi tidak heran di usia Papa yang begitu muda anaknya sudah sebesar diriku. Sayangnya mama tidak panjang umur, karena penyakit yang di deritanya dan sedikit konflik internal yang jarang ingin mama ceritakan membuat mama tumbang dan meninggal dunia.Meskipun ajal manusia tidak ada yang tahu, terkadang aku selalu berpikir, salah satu penyebab mama meninggal karena mama sering merasa tertekan dengan papa yang kembali masuk pada fase jiwa muda nya. Orang-orang bilang masuk pada fase pubertas ke dua dan itu membuat aku kadang berpikir ini salah satu penyebab mama tertekan hati. Tapi meskipun begitu aku harap papa tidak lagi seperti itu, apalagi belakangan tidak terdengar gosip aneh yang membuat panas telinga ku dan Amira soal kedekatan papa dengan para perempuan muda."Tidak, papa hari ini izin dulu, mau pergi ke rumah Tante kamu sebentar, ada pekerjaan yang harus papa urus setelah itu langsung pulang." Papa menjawab pertanyaan ku, dia meraih gelas kopi nya dan menikmati kopi nya dengan tenang.Aku diam, itu artinya papa mau pergi ke rumah adik mama. Mungkin seperti biasa, papa mengecek usaha yang di jalankan tante ku tersebut."Apa ada masalah dengan usaha tahte Nia?" Aku bertanya sambil mengernyitkan kening, menatap papa untuk beberapa waktu.Papa menggelengkan kepalanya."Nggak, cuma sudah lama tidak datang untuk melihat keadaan." Jawab papa lagi.Laki-laki itu meletakkan gelas kopi nya secara perlahan ke atas meja, meraih piring berisi bubur ayam yang menjadi menu sarapan pagi ini.Hanin terlihat begitu tenang, dia sibuk menyeruput teh nya sambil sesekali memainkan gawai nya."Han, jangan main hp kalau lagi makan." Aku coba mengingatkan, takut jika papa beranggapan aku tidak mendidik Hanin soal tata krama saat makan bersama.Hanin agak terkejut mendengar ucapan ku, maklum dia terlalu fokus dengan gawai nya tiba-tiba ku panggil."Ah maaf mas." Istri ku menjawab cepat, menggeser handphone nya cepat."Nggak apa-apa, seperti nya sibuk update status di TikTok dan I*******m." Papa terkekeh, sepertinya sudah biasa dengan kegiatan yang Hanin lakukan.Istri ku memang punya aktifitas rutin update vt yang sudah dia edit dengan sempurna di pagi hari sesuai dengan jadwal biasanya.Hanin tertawa renyah mendengar ucapan papa, dia kemudian berkata."Tugas rutin harian pa."Aku hanya diam, sama sekali tidak ikut bicara. Bukan apa, sebab aku harus buru-buru pergi ke perusahaan, jadi harus menyelesaikan makan pagi dengan agak tergesa-gesa karena pagi ini sedikit terlambat dari biasa nya."Papa dengar kalian memang berencana belum berniat untuk punya momongan?" Tiba-tiba saja Papa mengeluarkan kembali suaranya, menatap ke arah diriku yang sibuk menikmati sarapan pagi.Aku langsung menghentikan gerakan tanganku di mana pada akhirnya aku menetap ke arah papa."Jangan terlalu lama menunda," ucap apalagi kemudian.Aku pada akhirnya melirik ke arah Hanin lantas kembali melalui ke arah papa."Kalau Dev siap-siap saja, cuma Hanin bilang dia belum siap karena ini mungkin terlalu cepat dan usia Hanin masih terlalu muda." Aku akhirnya menjawab.Sebelum menikah kami memang memiliki perjanjian seperti itu, Hanin belum siap untuk memiliki anak dan Hanin belum siap merawat bayi. Belum lagi Hanin bilang karir nya menjadi aktris di TikTok dan I*******m lagi bagus-bagus nya, dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku sih tidak keberatan, karena prioritas menikah bukan sekedar kata anak, akhirnya aku setuju saja. Bagi ku semua kembali pada Hanin, kalau satu hari dia siap aku oke-oke saja.Mendengar jawaban ku papa diam, Hanin jadi terlihat tidak enak hati, menundukkan kepalanya pelan."Terlalu lama kurang baik, takut nya malah bermasalah, ada banyak contoh di luar sana, akibat menunda malah beresiko tidak memiliki anak hingga usia tua." Dan papa kembali mengingatkan.Aku dan Hanin diam."Ini buat kamu." Dan tiba-tiba papa menggeser sesuatu ke depan meja ku."Apa ini pa?" Aku bertanya agak bingung."Vitamin buat kamu, papa lihat kamu sering lembur, butuh vitamin untuk meningkatkan stamina dan bikin kamu tidak gampang lelah."Aku memperhatikan botol vitamin yang diberikan papa, tanpa banyak tanya aku menerima nya. Dimana tanpa aku sadari pandangan papa dan Hanin saling bertemu antara satu dengan yang lainnya."Hati-hati di jalan mas." Hanin memberikan pesan, mengantar ku ke depan dan menunggu aku masuk ke dalam mobil. Papa masih didalam rumah, katanya dia berangkat sedikit agak siang, sebab tante ku minta papa datang sedikit lebih siang, katanya ada pekerjaan yang harus dia kerjakan terlebih dahulu pagi ini. Dan seperti biasa hati-hati yang kami jalani normal semua tanpa menimbulkan sedikitpun keanehan. Pada akhirnya aku bergerak ke arah luar menuju ke arah mobilku dan siap untuk pergi bekerja.Seperti biasa mendengar pesan dari Hanin membuat aku langsung menganggukkan kepala."Jangan terlalu ngebut meskipun terburu-buru, kalau lembur jangan lupa kabarin aku." Kembali Hanin memberikan pesan kepada diriku.Lagi lagi aku mengganggukan kepala tanda mengerti."Kalau kamu mau keluar jangan lupa WA lebih dulu biar aku tidak khawatir." Dan aku juga memberikan pesan, seandainya Hanin mau pergi sebaiknya mengirimkan aku pesan lebih dulu. Aku type orang yang agak khwatiaran, takut kalau pasangan ad
"Dev?" Satu suara terdengar diiringi sentuhan tangan di bahu ku.Aku tersentak kaget, menoleh dengan cepat.Saat ini aku berada di sebuah kafe yang belakangan cukup viral di medsos, beberapa konten kreator dan para mukbang atau entahlah para tukang makan yang hilir mudik di TikTok atau Instagram pasti pergi ke tempat ini untuk mereview makanannya. Nilai yang diberikan jelas tidak main-main, hampir sempurna. Hanin memang seorang konten kreator, tapi basic nya bukan di makanan. Dia lebih tepatnya ke beberapa barang unik dan fashion. Berfokus pada 1 hal di tiap postingan vt dengan ciri khas masing-masing tentu saja sangat berpengaruh pada sang konten kreator. Mereka tidak asal posting dengan vt berbeda karena itu akan membuat bingung para pengikut mereka.Jadi aku pikir aku mencoba untuk membeli makanan disini, membawa nya pulang untuk di makan oleh kami. Aku yakin Hanin menyukainya karena dia pernah bilang kapan kami makan menu ini, sebab belum punya waktu keluar sejak di mulai tempat i
"Tentu saja, katakan pada ku apa alasan nya?" Aku bertanya penasaran, meskipun tahu raut wajah Satrio agak aneh.Sahabat ku diam untuk beberapa waktu, membuat aku terlalu tidak sabaran untuk mendengarkan alasannya. Keterlaluan rasanya saat Satrio tidak mengabari ku sama sekali soal ketidakhadiran nya. Meskipun ada transferan uang dalam jumlah besar dari rekening atas nama nya, di mana Satrio mengirimkan aku whatsApp setelah beberapa hari pernikahan aku dan Hanin sudah berlangsung, di mana Satrio hanya berkata,"Bro aku cuma bisa titip amplop online."Rasanya cukup membuat hati kecewa."Sat?" Aku kembali bertanya, tidak sabaran menunggu jawaban laki-laki dihadapan ku itu."Ini bukan tentang amplopnya, padahal kamu bisa pergi pulang hari, acara nya di weekend juga." Ucap ku lagi kemudian."Maaf Dev, ada alasan khusu aku tidak bisa datang," dan akhirnya Satrio buka suara juga."Apa Dewi tidak mengizinkan? Aku pikir istri kamu-," aku pikir apa mungkin istri Satrio tidak mengizinkan Satrio
Jelas saja aku sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh sahabat baikku tersebut. Mama meminta Satrio membatalkan pernikahan ku dan Hanin."Kamu bilang apa?" Aku semakin mengerutkan kening, ingin meminta penjelasan lebih lanjut."Apa yang mama katakan?" Kembali aku bertanya."Mungkin kita butuh waktu khusus untuk bicara bersama, tapi sebelumnya aku ingin kamu menyelidiki lebih dulu tentang istrimu, aku tidak ingin sembarang bicara karena takut merusak hubungan rumah tanggamu Dev. Tapi ucapan tante padaku terakhir kali terus membebani diriku hingga hari ini." Satrio kembali bicara pada seolah-olah berkata aku harus menyelidiki tentang Hanin."Aku tidak begitu percaya dengan ucapan mama mu, aku pikir lazim nya ketidaksetujuan orang tua tapi-," dan Satrio menggantung kalimatnya."Tapi apa?" Aku mendesak mendengar ucapan selanjutnya dari Satrio."Dev, Sat?" Sial nya suara lain mengejutkan kami, menggantung pertanyaan di dalam hati dan kepala ku soal ucapan Satrio. Kami menoleh, satu
Dan aku pikir suara itu mirip dengan suara istri ku, tapi aku tidak berani meyakinkan diri jika itu suara Hanin, berharap telinga ku salah mendengar saat ini atau ini hanya mimpi.Demi Allah aku tidak baik-baik saja, dalam degub jantung yang kacau balau secepat kilat aku membuka pintu ruangan kerja Hanin. Pemikiran ku sudah bercampur untuk menjadi satu bahkan berbagai pemikiran buruk juga menghatam diriku. Aku pikir apakah mungkin ada laki-laki di kamar kerja istri ku, apakah Hanin tengah bermesraan di belakang ku. Emosi ku naik turun dan aku pikir jika aku memergoki istri ku selingkuh bisa aku pastikan aku akan mengusir malam ini juga Hanin dari sini."Hanin." Suara ku mengencang saat aku masuk ke dalam ruangan kerja istri ku yang bersebelahan dengan kamar ayah ku tersebut.Dan begitu suara ku terdengar didalam sana aki melihat satu pemandangan yang cukup mengejutkan ku."Mas?" Suara Hanin terdengar, perempuan itu terlihat memegang ujung meja bersama ayah ku disudut yang berbeda."Ap
Aku mencoba Untuk melupakan kejadian di kamar kerja Hanin, juga mencoba untuk sejenak melupakan apa yang di ucapkan oleh Satrio. Sebab rasa lelah dan pusing tiba-tiba mendera ku, belum lagi rasa gerah belum mandi semakin membuat kepala ku berdenyut-denyut tidak menentu. Ketimbang terlalu stress memikirkan apa yang terjadi hari ini, aku memutuskan melupakan semuanya. Mungkin soal Hanin dan papa di ruang kerjanya aku lupakan seutuhnya karena Apa yang dipikirkan di atas kepalaku tentang apa yang terjadi tidak mungkin dilakukan oleh kedua orang tersebut. Mereka tidak mungkin sebe***ad itu hingga lupa dengan dosa.Tapi ucapan Satrio akan aku pertimbangkan lagi. Entahlah hati ku masih memberontak, antara percaya tidak percaya dengan ucapan sahabat baik ku itu. Hanin gadis yang baik, menurut ingatanku tidak ada yang aneh dalam pertemuan kami, semuanya berjalan normal dan aku sama sekali tidak menaruh kecurigaan apapun hingga hari ini. Kami bertemu layak nya pasangan pada umumnya, pertemuan y
Aku menghela pelan nafasku, menatap gawai yang masih menyala sejak tadi untuk beberapa waktu. Suara di balik headset masih bisa aku dengar saat ini."Apa dia baik-baik saja?" Suara ku terdengar pelan, bertanya pada sang pemilik suara di ujung sana. Mata ku mulai mengantuk tapi telepon di ujung sana tidak bisa aku abaikan saat ini."Sejauh ini baik, dia menjalankan semua aktivitas nya seperti biasa, Dev."Itu suara kakak perempuan Aisyah.Apa aku lupa bercerita? ahhh aku pernah menyebutkan nya di beberapa hari yang lalu pada kalian bukan? Aisyah sahabatbaik ku dari taman kanak-kanak, gadis cantik yang selalu menggunakan hijab berwarna kalem. Pembawaan nya sederhana meskipun dia anak orang yang sangat kaya raya, hanya saja aku tidak pernah tahu dia jatuh cinta pada ku untuk waktu yang sangat lama. Memendam perasaan nya sendiri di balik persahabatan kami selama berpuluh-puluh tahun ini. Aku baru tahu perasaan Aisyah saat aku menyeselesaikan akad nikah dengan Hanin, dalam hati yang hancur
"Gempa bumi kah?" Aku mengernyitkan kening, merasakan guncangan hebat di atas kasur ku, mencoba bangun dari tidur lelap ku dan sial nya aku tidak bisa melakukan nya.Seolah-olah kesadaran ku di tekan mati-matian, tidak mengizinkan tubuh ini bangun sesuai dengan kemauan. Aku khawatir sebab guncangan yang terjadi persis seperti gempa bumi, dan yang aku pikirkan di mana Hanin, istri ku. Aku memaksa diri untuk terus bangun di mana aku mencoba memulainya dengan menggerakkan jemari-jemari ku tapi,"Hmpppp."Suara apa itu? Aku mengernyitkan dahi, samar-samar terdengar di balik telinga, seperti suara kesakitan di mana seseorang menyumpal mulut orang lain dengan sesuatu."Akhhh."Lagi suara lain terdengar, kali ini lebih mirip sebuah jeritan. Aku merasa ada yang mencengkram lengan ku tapi siapa? Apa itu Hanin?. "Ya Allah bangunkan aku sekarang juga." Dalam perjuangan sulit untuk bangun dari drama tidur panjang aku membatin.Hingga akhirnya suara deru nafas dan saling sahut menyahut terdengar