"Tinggal di rumah papa saja, sebab sudah tidak ada siapa-siapa lagi disini sejak mama meninggal." Barisan kalimat itu diberikan papa pada Dev setelah acara 7 hari mama nya.
Dev sebenarnya ingin menolak karena merasa jarak tempuh tempat kerja dan rumah papa nya cukup jauh, berbeda dari tempat tinggal mereka menuju ke tempat kerjanya jelas memiliki jarak tempuh yang cukup dekat dan nyaman. Belum lagi beberapa alasan lainnya yang tidak bisa Dev jabarkan satu persatu untuk menolak keinginan papanya. Tapi dia tidak bisa menyampaikan nya karena beberapa anggota keluarga setuju agar dia tinggal dengan sang papa bersama istrinya. Adiknya tidak mungkin tinggal disana, Amira tinggal diluar kota ikut dengan suaminya.Sebenarnya usia papa Dev masih sangat muda, baru kepala 4 lebih sedikit. Menikah dengan almarhumah mama nya di usia muda baru menyelesaikan bangku SMA dan lahirlah Dev di antara mereka. Jiwa papa nya jelas masih sangat muda, tubuhnya masih gagah dan bahkan sang papa masih aktif bekerja sebagai aparatur sipil negara. Jadi dia pikir tidak ada yang harus dia khawatir kan soal laki-laki tersebut. Tapi tetap saja pada akhirnya dia harus mengalah juga, karena papa nya berkali-kali mendesak nya untuk pulang begitu juga tante dan adik nya yang ada di luar kota."Sudah siap?" Dev bertanya pada sang istri nya, perempuan yang dinikahi nya hampir 5 bulan ini.Hanin, dia cantik dengan tubuh proporsional nya. Hanin layaknya perempuan cantik pada umumnya, yang suka berdandan, menggunakan pakaian yang disesuaikan dengan bentuk tubuhnya. Jangan minta dia berhijab, karena bagi Hanin masih terlalu muda jika dia harus menggunakan hijab sekarang."Ini bukan style ku, mas."Itu yang seringkali Hanin ucapkan jika dia berkata tidakkah Hanin ingin mencoba menggunakan hijab jika keluar rumah.Tidak heran, selain usia Hanin yang baru menginjak usia 22 tahun, jiwa muda nya masih bergelorah sedangkan Dev sudah cukup dewasa di usia 27 tahunnya. Belum lagi Hanin cukup eksis di media sosial seperti TikTok, dia punya banyak pengikut dan tiap postingan nya pasti menghasilkan cuan yang mampu membuat Hanin menambah jatah untuk mempercantik dirinya dari ke salon, dokter kecantikan, memiliki barang mewah dan lain sebagainya. Meskipun jatah bulanan Dev juga cukup besar diberikan pada Hanin mengingat gaji Dev ada di angka 2 digit."Sudah semua." Hanin menjawab pertanyaan Dev dengan cepat.Untung nya Hanin tidak pernah protes mau mereka tinggal di rumah sendiri, di apartment sewaan atau dirumah orang tua nya."Aku harap kamu nyaman tinggal sama papa." Ucap Dev lagi kemudian."insyaAllah, kan mas tahu sendiri bagaimana papa nerima sebelum pernikahan kita."Hanin menampilkan ekspresi wajah senang, mengingatkan Dev bagaimana ayah laki-laki tersebut memperlakukan dirinya dalam tiap pertemuan mereka dulu.Dev ingat, papa nya benar-benar menyambut kehadiran Hanin dengan penuh keramahtamahan, sedikit berbeda dengan mendiang mama nya yang sering memeringati Dev soal Hanin dulu."Kamu yakin dengan perempuan pilihan kamu itu?" Mama nya pernah mempertanyakan hal tersebut."insyaAllah yakin.""Mama punya firasat kurang baik.""Ma?""Dia terlalu gampang akrab dengan laki-laki, bahkan sama om dan papa mu sendiri.""Hanin anaknya humble ma.""Tapi tidak seagresif itu juga bukan?""Dia anak baik-baik ma, mama belum kenal Hanin dengan baik aja.""Nanti kalau di rumah papa, boleh ga Hanin minta 1 kamar khusus yang kosong untuk Hanin kerja?" Dan sang istri bertanya.Karena Hanin seorang konten kreator juga, beberapa postingan nya biasanya dikerjakan dalam ruangan khusus, Hanin sibuk berkutat dengan laptop dan handphone nya bisa berhari-hari untuk menghasilkan 1 Vidio, dirumah mereka sang istri memiliki satu kamar khusus yang tidak boleh di ganggu gugat oleh siapapun jadi menurut Dev permintaan Hanin jelas masuk akal."He em, aku sudah ngomong sama papa. Kamar lama di lantai atas bisa kamu gunakan untuk ruang kerja kamu nanti nya." Jawab Dev kemudian.Seulas senyuman mengembang di balik wajah cantik Anin, bola nata dengan softlens berdiameter besar menambah kecantikan tersendiri untuk sang istri nya belum lagi senyuman khas yang begitu menggoda membuat Dev seringkali memuja sang istri nya."Terimakasih mas." Ucap Hanin kemudian.Dan mereka bergerak menuju ke rumah utama keluarga Dev,membawa barang-barang mereka untuk pindah kesana. Meskipun sebenarnya Dev merasa hatinya masih menentang keinginan untuk kembali ke rumah papa dan mendiang mama nya. Sejak dulu dia dan papa nya tidak terlalu dekat, sebab sang papa jarang melakukan interaksi dengan nya dan sang adik karena kesibukan kerjanya. Apalagi Dev pernah begitu membenci papa nya selama beberapa tahun karena laki-laki itu pernah beberapa kali kedapatan berselingkuh. Mama nya seringkali mengalami sakit-sakitan karena terkena tekanan batin atas sifat buruk sang papa yang sering main perempuan.****Catatan = Selamat datang di novel baru ku Mak, update tiap hari, mohon tinggalkan komentar nya mak biar aku tambah semangat update.Begitu tiba di rumah papa, kami di sambut dengan keramahtamahan papa. Laki-laki itu terlihat senang dengan kehadiran kami, seolah-olah jiwa sepi nya setelah mama meninggal menghilang karena kedatangan kami. Apalagi saat tahu kami memutuskan bersedia tinggal sesuai dengan kemampuan papa, jelas saja papa begitu bahagia."Papa sempat berpikir mungkin kalian tidak mau tinggal di sini dengan banyak pertimbangan," papa bicara begitu saat pertama kali kami tiba."Dan papa benar-benar bahagia pada akhirnya kalian mau tinggal di sini." Lanjut papa lagi kemudian.Aku mengembangkan senyumannya, langsung merangkul papa nya dan membiarkan bik Sri meraih tas koper milik ki dan Hanin. Menyeratnya menuju ke kamar yang memang sebelum menikah menjadi milik ku dulu. Kembali ke mode lama, itu yang aku pikirkan."Dev mempertimbangkan banyak hal dan Hanin berusaha mengingatkan kalau papa pasti butuh Dev di samping papa." Dan akhirnya aku menjawab cepat. Aku memuji Hanin yang sebenarnya sempat menasehati ak
Hari pertama dan beberapa hari berikutnya di rumah papa semua baik-baik saja dan normal-normal saja, tidak ada yang aneh dan semua orang bersikap selayaknya. Di rumah papa ada dua orang yang bekerja mengurus segala urusan. Bik Sri bertugas di dalam, urusan dapur, rumah, keperluan papa dan lain sebagainya menjadi tugas baik Sri untuk menyelesaikan nya. Di bagian luar ada pak Amran, beliau bertugas membersihkan taman, memperbaiki apapun yang rusak di rumah bahkan jadi supir antar jemput papa atau siapapun yang membutuhkan. Bagaimana cara membayar gaji mereka sedangkan papa hanya pegawai ASN? Papa dan almarhuma mama punya beberapa usaha yang kini di kelola oleh adik laki-laki papa ku dan adik perempuan mama ku, pembagian hasil tiap bulan jelas tidak sedikit dari sisi kiri dan kanan. Jadi wajar-wajar saja keluarga kami bisa mempekerjakan orang dirumah. Belum lagi kadang aku dan Amira memberikan papa dan mama uang bulanan untuk belanja tambahan yang kami transfer otomatis tiap bulan nya. J
"Hati-hati di jalan mas." Hanin memberikan pesan, mengantar ku ke depan dan menunggu aku masuk ke dalam mobil. Papa masih didalam rumah, katanya dia berangkat sedikit agak siang, sebab tante ku minta papa datang sedikit lebih siang, katanya ada pekerjaan yang harus dia kerjakan terlebih dahulu pagi ini. Dan seperti biasa hati-hati yang kami jalani normal semua tanpa menimbulkan sedikitpun keanehan. Pada akhirnya aku bergerak ke arah luar menuju ke arah mobilku dan siap untuk pergi bekerja.Seperti biasa mendengar pesan dari Hanin membuat aku langsung menganggukkan kepala."Jangan terlalu ngebut meskipun terburu-buru, kalau lembur jangan lupa kabarin aku." Kembali Hanin memberikan pesan kepada diriku.Lagi lagi aku mengganggukan kepala tanda mengerti."Kalau kamu mau keluar jangan lupa WA lebih dulu biar aku tidak khawatir." Dan aku juga memberikan pesan, seandainya Hanin mau pergi sebaiknya mengirimkan aku pesan lebih dulu. Aku type orang yang agak khwatiaran, takut kalau pasangan ad
"Dev?" Satu suara terdengar diiringi sentuhan tangan di bahu ku.Aku tersentak kaget, menoleh dengan cepat.Saat ini aku berada di sebuah kafe yang belakangan cukup viral di medsos, beberapa konten kreator dan para mukbang atau entahlah para tukang makan yang hilir mudik di TikTok atau Instagram pasti pergi ke tempat ini untuk mereview makanannya. Nilai yang diberikan jelas tidak main-main, hampir sempurna. Hanin memang seorang konten kreator, tapi basic nya bukan di makanan. Dia lebih tepatnya ke beberapa barang unik dan fashion. Berfokus pada 1 hal di tiap postingan vt dengan ciri khas masing-masing tentu saja sangat berpengaruh pada sang konten kreator. Mereka tidak asal posting dengan vt berbeda karena itu akan membuat bingung para pengikut mereka.Jadi aku pikir aku mencoba untuk membeli makanan disini, membawa nya pulang untuk di makan oleh kami. Aku yakin Hanin menyukainya karena dia pernah bilang kapan kami makan menu ini, sebab belum punya waktu keluar sejak di mulai tempat i
"Tentu saja, katakan pada ku apa alasan nya?" Aku bertanya penasaran, meskipun tahu raut wajah Satrio agak aneh.Sahabat ku diam untuk beberapa waktu, membuat aku terlalu tidak sabaran untuk mendengarkan alasannya. Keterlaluan rasanya saat Satrio tidak mengabari ku sama sekali soal ketidakhadiran nya. Meskipun ada transferan uang dalam jumlah besar dari rekening atas nama nya, di mana Satrio mengirimkan aku whatsApp setelah beberapa hari pernikahan aku dan Hanin sudah berlangsung, di mana Satrio hanya berkata,"Bro aku cuma bisa titip amplop online."Rasanya cukup membuat hati kecewa."Sat?" Aku kembali bertanya, tidak sabaran menunggu jawaban laki-laki dihadapan ku itu."Ini bukan tentang amplopnya, padahal kamu bisa pergi pulang hari, acara nya di weekend juga." Ucap ku lagi kemudian."Maaf Dev, ada alasan khusu aku tidak bisa datang," dan akhirnya Satrio buka suara juga."Apa Dewi tidak mengizinkan? Aku pikir istri kamu-," aku pikir apa mungkin istri Satrio tidak mengizinkan Satrio
Jelas saja aku sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh sahabat baikku tersebut. Mama meminta Satrio membatalkan pernikahan ku dan Hanin."Kamu bilang apa?" Aku semakin mengerutkan kening, ingin meminta penjelasan lebih lanjut."Apa yang mama katakan?" Kembali aku bertanya."Mungkin kita butuh waktu khusus untuk bicara bersama, tapi sebelumnya aku ingin kamu menyelidiki lebih dulu tentang istrimu, aku tidak ingin sembarang bicara karena takut merusak hubungan rumah tanggamu Dev. Tapi ucapan tante padaku terakhir kali terus membebani diriku hingga hari ini." Satrio kembali bicara pada seolah-olah berkata aku harus menyelidiki tentang Hanin."Aku tidak begitu percaya dengan ucapan mama mu, aku pikir lazim nya ketidaksetujuan orang tua tapi-," dan Satrio menggantung kalimatnya."Tapi apa?" Aku mendesak mendengar ucapan selanjutnya dari Satrio."Dev, Sat?" Sial nya suara lain mengejutkan kami, menggantung pertanyaan di dalam hati dan kepala ku soal ucapan Satrio. Kami menoleh, satu
Dan aku pikir suara itu mirip dengan suara istri ku, tapi aku tidak berani meyakinkan diri jika itu suara Hanin, berharap telinga ku salah mendengar saat ini atau ini hanya mimpi.Demi Allah aku tidak baik-baik saja, dalam degub jantung yang kacau balau secepat kilat aku membuka pintu ruangan kerja Hanin. Pemikiran ku sudah bercampur untuk menjadi satu bahkan berbagai pemikiran buruk juga menghatam diriku. Aku pikir apakah mungkin ada laki-laki di kamar kerja istri ku, apakah Hanin tengah bermesraan di belakang ku. Emosi ku naik turun dan aku pikir jika aku memergoki istri ku selingkuh bisa aku pastikan aku akan mengusir malam ini juga Hanin dari sini."Hanin." Suara ku mengencang saat aku masuk ke dalam ruangan kerja istri ku yang bersebelahan dengan kamar ayah ku tersebut.Dan begitu suara ku terdengar didalam sana aki melihat satu pemandangan yang cukup mengejutkan ku."Mas?" Suara Hanin terdengar, perempuan itu terlihat memegang ujung meja bersama ayah ku disudut yang berbeda."Ap
Aku mencoba Untuk melupakan kejadian di kamar kerja Hanin, juga mencoba untuk sejenak melupakan apa yang di ucapkan oleh Satrio. Sebab rasa lelah dan pusing tiba-tiba mendera ku, belum lagi rasa gerah belum mandi semakin membuat kepala ku berdenyut-denyut tidak menentu. Ketimbang terlalu stress memikirkan apa yang terjadi hari ini, aku memutuskan melupakan semuanya. Mungkin soal Hanin dan papa di ruang kerjanya aku lupakan seutuhnya karena Apa yang dipikirkan di atas kepalaku tentang apa yang terjadi tidak mungkin dilakukan oleh kedua orang tersebut. Mereka tidak mungkin sebe***ad itu hingga lupa dengan dosa.Tapi ucapan Satrio akan aku pertimbangkan lagi. Entahlah hati ku masih memberontak, antara percaya tidak percaya dengan ucapan sahabat baik ku itu. Hanin gadis yang baik, menurut ingatanku tidak ada yang aneh dalam pertemuan kami, semuanya berjalan normal dan aku sama sekali tidak menaruh kecurigaan apapun hingga hari ini. Kami bertemu layak nya pasangan pada umumnya, pertemuan y