Amora sangat cantik malam ini dalam balutan dress of shoulder hitam. Di mata Sean, istrinya itu selalu tampak cantik dan sempurna.
Dengan langkah panjang, Sean langsung menghampiri Amora yang tampaknya belum menyadari kehadirannya. “Hai, Sayang. Sudah lama menunggu?”Amora menoleh dan langsung tersenyum semringah saat melihat Sean. “Baru saja, Sayang.”Sean langsung membawa Amora ke dalam pelukannya, mengecup kanan kiri pipi istrinya, dan berakhir mengecup lama bibir yang dipoles listip berwarna merah itu.“Kau sangat seksi malam ini, Sayang!” puji Sean meneliti tampilan Amora yang benar-benar sempurna.Dengan tatapan menggoda, Amora mengedipkan satu matanya dengan manja ke arah suaminya. “Aku sengaja untuk menggodamu, Sayang.”Sean menyeringai. “Aku bisa saja langsung menerkammu di sini, Amor.”Amora tergelak. “Easy, boy. Kita harus makan malam dulu supaya punya tenaga untuk bertempur malam ini.”Sean ikut terbahak, mengambil tempat tepat di hadapan istrinya.“Kau belum makan malam, bukan?” tanya Amora memastikan.Sean seketika tercekat, ingatannya kini beralih ke kejadian tadi. Di mana dia makan dengan lahapnya hasil masakan dari Valerie. Bahkan Sean masih merasa begitu kenyang saking banyaknya ia makan tadi.“Belum kan, Sayang?” tanya Amora sekali lagi karena mendapati suaminya malah diam.Amora tidak boleh mengetahuinya. Istrinya itu tidak boleh tahu kalau dia habis makan malam di tempat Valerie. Bukan hanya makan, bahkan dia sangat menikmati masakan wanita murahan itu dan makan dengan lahap.“I—iya ... tentu saja aku belum makan, Sayang,” ucapnya dengan gelagapan.“Good, karena aku sudah memesan steik kesukaan kamu, Sayang.”‘Aneh, steik ini juga kesukaannya tetapi kenapa dia sama sekali tidak tertarik sama seperti dia begitu menginginkan ayam goreng kecap sederhana buatan Valerie. Astaga, bisa-bisanya steik dengan harga fantastis ini bisa kalah dari masakan perempuan murahan itu.’“Kamu tidak suka? Mau ganti menu yang lain?” tanya Amora tiba-tiba saat menyadari Sean tak kunjung menyentuh makanannya dan malah berakhir melamun.Dengan gelagapan, Sean mulai menikmati steik tersebut. “Tidak, tentu saja aku menyukai ini, Sayang!”Amora hanya manggut-manggut, meskipun banyak sekali pertanyaan yang bercokol di kepalanya tentang keanehan Sean malam ini.Sambil menikmati makan malamnya, Amora tiba-tiba teringat Valerie yang kemarin sudah menjadi istri kedua dari suaminya.“Sayang, kau sudah berhasil meniduri perempuan itu, kan?”Nafsu makan Sean hilang seketika karena istrinya kembali mengingatkannya pada Valerie. “Makan dulu, nanti kita bahas.”Amora sama sekali tak menuruti perkataan suaminya. “Aku mau tahu sekarang, Sean. Kamu sudah tidur kan sama dia?”Tidak menjawab, Sean hanya diam sebagai jawaban. Dan Amora tahu arti diam itu.Amora langsung menjatuhkan sendoknya dengan kasar. “Jadi, kau belum juga menidurinya? Apa yang kau tunggu, dia bahkan sudah menjadi istrimu seperti permintaannya.”“Amor, aku akan tidur dengannya, tetapi bukan sekarang,” jawab Sean dengan nada tenang.“Kapan, Sean? Lebih cepat dia hamil akan lebih bagus. Jadi, kamu harus secepatnya menidurinya. Pokoknya aku tidak mau tahu, besok malam kau harus berhasil menidurinya.”Rasa kesal langsung menguasai Sean mendengar permintaan Amora yang terkesan memaksa. “Kenapa semenjak perempuan itu datang kita selalu bertengkar, Amora! Sungguh, aku sangat membenci berada di posisi ini.”“Karena kau tidak mau mengikuti permintaanku, Sean. Ini perkara mudah, kau cukup menidurinya dan menghamilinya. Setelah itu, perempuan itu akan menjadi urusanku sampai anak kita lahir. Segampang itu, tetapi kamu sendiri yang terkesan membuatnya sulit.”Sean menatap istrinya tak percaya. “Ini tidak sesimple yang kau pikirkan, Amora. Tidur dengan perempuan lain, terlebih lagi perempuan murahan sepertinya sangat sulit aku lakukan. Ini perlu waktu.”Amora tahu bagaimana kerasnya seorang Sean pada pendiriannya, jadi jika ancaman dan pemaksaan sudah tidak mempan maka Amora perlu cara yang lain.“Sepertinya kamu memang ingin bercerai dariku, buktinya kau tidak ingin menghamili perempuan itu. Kamu tidak menyayangiku lagi!” lirih Amora dengan air mata yang mulai menetes di pelupuk matanya.Sean menghela napas, dia paling tidak bisa melihat Amora menangis, terlebih lagi jika itu karena dirinya. Dengan cepat dia berdiri dari tempatnya, mendekap tubuh Amora dengan penuh kasih sayang.“Baiklah, jangan menangis. Secepatnya aku akan tidur dengannya dan membuatnya hamil seperti permintaanmu.”Yeah, berhasil.“Besok kamu harus ke apartemen Valerie, tiduri dia di sana,” pintanya dengan tatapan nanar ke arah suaminya.Sean hanya menjawab dengan mengelus kepala wanita itu berniat menenangkan, sedangkan Amora mengalungkan lengannya di pinggang Sean.“Baiklah, ayo menyelesaikan makan malam kita, Sayang.”Amora mengangguk, kemudian kembali menikmati makan malamnya. Senyumnya tak pernah pudar dari bibirnya, bahagia menyelimuti perasaannya karena kali ini dia yakin Sean benar-benar akan meniduri perempuan itu.Di sela-sela menikmati makan malamnya, sebuah notifikasi pesan muncul di layar ponselnya.‘Amora, I miss you!’‘Kau begitu cantik dan seksi dengan gaun malam hitam itu.’Amora tersentak, nomor baru itu seketika membuatnya penasaran. Siapa gerangan yang mengiriminya pesan, terlebih lagi orang asing itu tahu di mana dirinya sekarang. Apakah dia penguntit?“Ada apa, Sayang?” tanya Sean yang menyadari Amora tampak aneh, celingak-celinguk seperti mencari seseorang.Menyadari kalau dirinya tengah diperhatikan, Amora segera menggeleng. “Bu—bukan apa-apa. Makanlah!” ucapnya terbata-bata, sembari kembali menikmati makan malamnya dengan penuh rasa penasaran akan orang asing yang mengiriminya pesan tersebut.‘Aku sangat merindukanmu, Baby Amor!’Pesan lain kembali muncul dan kali ini sukses membuat kedua matanya membola membaca pesan tersebut, hanya satu orang yang sering memanggilnya ‘Baby Amor’. Satu nama yang tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya. Nama yang sudah dikuburnya semenjak ia resmi menjadi nyonya Sean.Ingin memastikan kebenarannya, dengan tangan bergetar Amora mengetik balasan untuk nomor tersebut.‘Bara, ini kamu?’Dan tak butuh lama hingga notif balasan kembali muncul.‘Yes, Baby. Aku senang ternyata kau masih mengingatku.’‘Aku tunggu di hotel Gold besok malam, Baby Amor.’Prang~~Ponsel yang digenggamnya jatuh dengan cara mengenaskan di atas meja. Orang itu benar Bara, cinta pertamanya yang pernah menitipkan benihnya di rahim Amora.“Kalian berdua berciuman! Kau membiarkan pria lain mencium dan menyentuh tubuh yang sudah menjadi milikku. Kau sangat-sangat menjijikkan di mataku!”Napas Sean berubah terengah-engah, dengan kasar ia lalu mendorong Valerie ke belakang dan membuatnya terbanting di kasur.Valerie masih berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Sean yang keras dan berat. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean yang kuat dan tanpa ampun. Tetapi pria itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan Sean sama sekali tidak menyadari kalau perbuatannya yang begitu kasar sudah melukai dan menyakiti tubuh Valerie yang rapuh.Pria itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika menatap ke arah Valerie. Dengan ketakutan yang amat sangat, Valerie masih berusaha memberontak dan turun dari ranjang. Tetapi Sean berhasil menangkapnya dan kembali membantingnya di ranjang dengan kasar, lalu menindihnya sekuat tenaga.Valerie mengernyit merasakan cengkeraman tangan Sean yang kas
“Wanita murahan harus diperlakukan selayaknya wanita murahan pada umumnya!”Kata-kata Sean yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.Pria itu sudah berhasil melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggang celananya, lalu meletakkannya di atas nakas ujung ranjang. Ekspresi wajahnya tenang, namun kedua bola matanya memancar begitu dingin. Dan ketenangan pria itulah yang malah membuat Valerie gemetar takut.“P—please ... dengarkan aku dulu, Sean! Kau harus mendengarkan semuanya ....”Valerie masih mencoba membujuk pria itu agar mendengar penjelasannya, bukannya langsung menuduhnya seperti yang dia lihat. Namun, mendapati ekspresi wajah Sean, ia tahu semua usahanya tidak akan pernah berhasil.Sean terlalu marah, pria itu telah dibutakan oleh kemurkaannya.“Lepaskan kemeja yang kau kenakan, Valerie!” perintah Sean dengan nada datar.Wajah Valerie langsung berubah pucat pasi mendengar perintah yang dilontarkan oleh Sean d
“Sa—sakit ...” rintih Bara mengernyit ketika Amora mengusap luka di sudut bibirnya dengan kapas.“Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa Sean bisa semarah itu?” tanya Amora yang sejak tadi penasaran hal apa yang Bara lakukan sampai menyulut amarah Sean. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengelabui Andre dan Shela untuk diberikan kepercayaan mengurus pria ini. Dan luka-luka yang ada di tubuh Bara akibat pukulan dari Sean sangat-sangat fatal, hidungnya patah dan tiga tulang rusuknya retak sehingga harus ditahan dengan sebuah perban. Belum lagi ditambah dengan luka lebam di seluruh tubuh dan wajah Bara yang membuatnya benar-benar terlihat memprihatinkan.Mata Bara bahkan sudah mulai membengkak membiru. Pukulan demi pukulan yang Sean layangkan benar-benar brutal.“Aku mencium wanita itu di hadapan Sean!” jawab Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun, bahkan ia melontarkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan.Bola mata Amora langsung melebar sempurna mendengar pengakua
“Sean, apa yang dikatakan pria itu semuanya bohong. Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia pria gila!” Valerie berusaha menjelaskan ketika mereka sudah sampai di penthouse dan Sean masih menyeretnya dengan kasar memasuki kamar tidur mereka. Dan setelah membuka pintu, Sean langsung menghempaskan tubuh Valerie kasar ke tengah ranjang. “Dia berbohong, Sean!” Napas Valerie berubah tersengal putus asa mencoba meyakinkan Sean.Ingin rasanya Sean mempercayai perkataan Valerie bahwa Bara lah yang tengah berbohong. Hanya saja, bagaimana mungkin Bara bisa tahu siapa itu Valerie sehingga sengaja melakukan hal tersebut untuk mempengaruhinya. Jadi, justru Bara yang berkata benar dan Valerie berbohong.“Dia sama sekali tidak mengenalmu dan apa hubungan kita. Jadi, bagaimana mungkin dia berbohong?” tanya Sean datar, dengan tangannya yang bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu.“Dia berbohong, percayalah padaku! Kami tidak berpapasan di luar seperti perkataannya, justru dialah yang masuk ke
“Apa yang kau lakukan pada istriku, sialan?” teriak Sean dengan amarah yang menggebu-gebu.Sean sengaja memberitahukan kepada Bara siapa sebenarnya Valerie. Dia bukan karyawan biasa di perusahaan ini, melainkan wanita itu sudah menjadi istrinya. Jadi, bagaimana mungkin Bara berani melakukan hal tak senonoh seperti apa yang dilihatnya barusan pada Valerie.Untuk melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu-gebu, Sean terus menyarangkan pukulan demi pukulan yang membuat Bara kewalahan dibuatnya.“Mana aku tahu, Sean! Perempuan ini sendiri yang menawarkan diri padaku. Jadi, kenapa aku harus menolaknya?” balas Bara dengan nada terbata-bata, merasa kesakitan dan nyeri di seluruh tubuhnya akibat pukulan Sean yang tidak main-main.Meskipun kemarahan Sean sudah meluap-luap padanya, tetapi tetap saja Bara memancing amarah pria itu untuk semakin menjadi-jadi. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini, tentu saja ia harus menyelamatkan pernikahan Amora. Meskipun ia benci setengah mati pada pria d
Para kolega bisnisnya akhirnya pulang juga, rapat akhirnya selesai. Dan semuanya berjalan sesuai keinginannya, dengan kata lain agenda rapatnya sukses besar.Hanya saja entah kenapa ia tidak bisa merasa lega, padahal yang dia nanti-nantikan akhirnya berhasil. Seakan ada sebuah kekhawatiran yang melandanya, dan membuatnya kalut luar biasa.Bahkan ia tidak bisa fokus mengikuti rapat ini, dan ia hanya mempercayakan semuanya kepada sekretarisnya. Ia hanya menjadi pengamat, sekaligus jika dimintai pendapat tetapi ia tidak turun tangan langsung untuk mempresentasikan hasil rapat tersebut.“Ada apa sebenarnya? Kenapa seperti ada beban berat yang mengganjal di dalam hatiku, padahal semuanya berjalan sesuai keinginan.”Sean berbisik pada dirinya sendiri, mempertanyakan kegundahan yang ia rasakan saat ini.‘Kau tahu kenapa?’ tanya balik suara hatinya.“Ah ya, aku tahu mengapa.”Sean mengakuinya.Semuanya tentu saja karena satu nama. Sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu mempengaruhinya. Seora