Share

06. Makan Malam

Sepulang bekerja, Valerie menyambangi rumah sakit terlebih dahulu untuk mengecek keadaan ibunya. Setelah mendengar langsung dari dokter bahwa operasinya sudah di jadwalkan, Valerie menjadi sedikit tenang dan bahagia.

Karena perasaan membuncah menyelimuti perasaannya, Valerie berniat membuat makan malam yang layak untuk di santap malam ini. Terlebih akhir-akhir ini dia tidak terlalu memperdulikan makanannya, yang berimbas pada tubuhnya yang semakin kurus.

“Wangi sekali, pasti nikmat,” puji Valerie pada hasil makanannya sendiri. Ayam goreng kecap kesukaannya.

Valerie bergerak ke meja makan bersiap untuk menikmati makan malamnya, namun bunyi bip yang menandakan ada yang membuka pintu menghentikan aktivitas Valerie.

Sejujurnya Sean malas sekali bertemu dengan Valerie malam ini, terlebih lagi saat mengingat kejadian tadi siang saat mendapati Valerie yang tampak kegatelan dan menggoda salah satu karyawannya.

Namun, ada berkas yang tertinggal semalam sehingga dia harus mengambil berkas itu sendiri. Tetapi saat kakinya memasuki ruangan apartemen itu, harum semerbak makanan yang berasal dari dapur memenuhi penciumannya.

“Harum sekali,” ucap Sean tanpa sadar. Bahkan perutnya tiba-tiba berbunyi keroncongan.

Tanpa sadar kakinya menuntunnya ke arah dapur, di mana Valerie yang tampak terkejut dengan kedatangannya.

“T—tuan Sean ... Anda di sini?”

Bukannya menjawab pertanyaan itu, Sean malah melontarkan pertanyaan lain. “Apa itu?”

Sadar apa yang dimaksud oleh Sean, Valerie seketika mengulas senyum. “Aku buat ayam goreng kecap untuk makan malamku.”

‘Itu makanan kesukaanku,’ batin Sean.

“Ayo makan sama-sama, Tuan. Aku buat banyak,” ucap Valerie menawarkan.

Sean seketika dilema. Tentu saja dia tidak akan mungkin memakan masakan dari perempuan murahan itu, tetapi perutnya sama sekali tidak bisa bekerja sama. Dia bergejolak di dalam sana dan begitu kelaparan.

Sialan!

“Tidak, aku tidak mau!”

Namun, perutnya ternyata tidak sejalan dengan mulutnya. Saat mulutnya menolak mentah-mentah tawaran itu, perutnya justru berbunyi dengan nyaring, seakan tengah menyuarakan protesnya.

Valerie yang mendengar hal tersebut sama sekali tidak bisa menyembunyikan senyumnya. “Makanlah dulu, Tuan. Sepertinya ada sangat kelaparan,” ucapnya dengan nada geli.

“Tidak! Mana mungkin aku mau memakan masakan dari perempuan murahan sepertimu!” desisnya kesal, masih mempertahan harga dirinya yang tinggi.

Valerie hanya membalas hinaan itu dengan sebuah kekehan. “Makanlah sedikit, Tuan.” Bergerak menuntun Sean untuk duduk di salah satu kursi meja makan. “Ayam goreng kecap buatanku ini terkenal sangat enak.”

“Apa yang kau lakukan, sialan—“

Teriakan Sean terhenti saat Valerie dengan gesitnya menyiapkan segala keperluan Sean di meja makan. Seperti mengambilkan nasi, menyiapkan sendok dan garpu, dan menawarkan minuman.

‘Amora tidak pernah memperlakukannya seperhatian ini saat di meja makan,’ ucap batinnya di dalam hati.

Oh astaga! Apa yang Sean pikirkan? Mana mungkin Sean mulai membandingkan Amora dan Valerie? Tentu saja Amora jauh lebih sempurna dibanding Valerie, si wanita murahan.

“Mau dada atau pahanya, Tuan?” tanya Valerie menawarkan.

“Paha,” jawabnya singkat dan padat.

Dengan cepat Valerie segera menyendokkan pahanya dan memindahkannya ke piring Sean. Sebelum menjauh dari sana dan mengambil tempat duduk yang jauh dari tempat Sean. Tentu saja dia sadar diri, Sean sudah pasti tidak ingin duduk berdekatan dengannya.

“Selamat menikmati makan malamnya, Tuan!” ucap Valerie sekali lagi. Cukup puas karena pria arogan itu mau menikmati hasil masakannya.

Sean tidak menanggapi kalimat itu, perhatiannya kini tertuju pada makanannya yang ternyata sangat nikmat. Dia tidak menyangka bahwa wanita murahan itu juga pandai membuat makanan selezat ini.

‘Aku tunggu di restoran Bold. Aku sudah mereservasi tempat di sana. Ayo, kita makan malam bersama, Sayang.’

Notifikasi yang berasal dari istrinya itu seketika menghentikan aktivitas makan Sean.

‘Astaga, apa yang sudah dia lakukan? Di sini dia menikmati makan malam hasil buatan dari istri keduanya, sedangkan istri tersayangnya belum makan malam karena menunggunya. Bodohnya dirimu, Sean!’

Dentingan sendok dan garpu yang dihempas dengan kasar mengejutkan Valerie, di susul dengan kalimat kasar yang kembali dilontarkan oleh Sean.

“Tidak enak! Wanita murahan sepertimu mana bisa membuat masakan enak. Menjijikkan!”

Lalu pria itu melenggang pergi dari sana, meninggalkan kalimat hinaan yang sekali lagi menyakiti perasaan Valerie.

Setelah Sean keluar dari apartemen, Valerie menghela napas dengan pelan. Melirik ke arah piring Sean yang sudah tidak ada sisa di sana. Bahkan ayam goreng buatannya juga hanya tersisa beberapa potong yang tandanya Sean cukup menikmati hasil masakannya.

“Dasar, pria arogan! Gengsinya sudah melebihi tingkat dewa,” cibir Valerie kesal.

***

Sebuah senyuman tak henti-hentinya merekah di sudut bibir Valerie, terlebih lagi setiap mengingat tingkah kekanak-kanakan Sean.

“Kenapa kau tidak akui saja kalau makananku lezat, tuan arogan!”

Valerie seakan tengah berbicara dengan Sean, seakan tengah memarahi secara langsung pria angkuh itu.

“Sepertinya makanannya memang selezat itu, buktinya tuan Sean menyukainya,” ucap Valerie kembali, sembari tersenyum geli.

God! Apa yang Valerie pikirkan?

Sadar dengan pemikirannya yang aneh, Valerie seketika membuang jauh-jauh ingatannya tentang Sean. “Lebih baik aku bersihkan dapur ini segera, daripada memikirkan pria gila itu.”

Di sela-sela aktivitasnya, bunyi dering ponselnya menghentikan kegiatannya.

‘Halo.’

‘Silakan ke rumah sakit sekarang, Nona.’

Mendengar suara perawat kepercayaannya di seberang sana, seketika rasa takut dan khawatir melandanya.

‘A—ada apa? Apa ibuku baik-baik saja?’

‘Ibu Julia baru saja mengalami serangan, tetapi dokter sudah menanganinya. Silakan ke rumah sakit secepatnya!’

Oh Tuhan! Ibu ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status