Share

06. Makan Malam

Author: Urbaby
last update Huling Na-update: 2024-03-01 08:32:50

Sepulang bekerja, Valerie menyambangi rumah sakit terlebih dahulu untuk mengecek keadaan ibunya. Setelah mendengar langsung dari dokter bahwa operasinya sudah di jadwalkan, Valerie menjadi sedikit tenang dan bahagia.

Karena perasaan membuncah menyelimuti perasaannya, Valerie berniat membuat makan malam yang layak untuk di santap malam ini. Terlebih akhir-akhir ini dia tidak terlalu memperdulikan makanannya, yang berimbas pada tubuhnya yang semakin kurus.

“Wangi sekali, pasti nikmat,” puji Valerie pada hasil makanannya sendiri. Ayam goreng kecap kesukaannya.

Valerie bergerak ke meja makan bersiap untuk menikmati makan malamnya, namun bunyi bip yang menandakan ada yang membuka pintu menghentikan aktivitas Valerie.

Sejujurnya Sean malas sekali bertemu dengan Valerie malam ini, terlebih lagi saat mengingat kejadian tadi siang saat mendapati Valerie yang tampak kegatelan dan menggoda salah satu karyawannya.

Namun, ada berkas yang tertinggal semalam sehingga dia harus mengambil berkas itu sendiri. Tetapi saat kakinya memasuki ruangan apartemen itu, harum semerbak makanan yang berasal dari dapur memenuhi penciumannya.

“Harum sekali,” ucap Sean tanpa sadar. Bahkan perutnya tiba-tiba berbunyi keroncongan.

Tanpa sadar kakinya menuntunnya ke arah dapur, di mana Valerie yang tampak terkejut dengan kedatangannya.

“T—tuan Sean ... Anda di sini?”

Bukannya menjawab pertanyaan itu, Sean malah melontarkan pertanyaan lain. “Apa itu?”

Sadar apa yang dimaksud oleh Sean, Valerie seketika mengulas senyum. “Aku buat ayam goreng kecap untuk makan malamku.”

‘Itu makanan kesukaanku,’ batin Sean.

“Ayo makan sama-sama, Tuan. Aku buat banyak,” ucap Valerie menawarkan.

Sean seketika dilema. Tentu saja dia tidak akan mungkin memakan masakan dari perempuan murahan itu, tetapi perutnya sama sekali tidak bisa bekerja sama. Dia bergejolak di dalam sana dan begitu kelaparan.

Sialan!

“Tidak, aku tidak mau!”

Namun, perutnya ternyata tidak sejalan dengan mulutnya. Saat mulutnya menolak mentah-mentah tawaran itu, perutnya justru berbunyi dengan nyaring, seakan tengah menyuarakan protesnya.

Valerie yang mendengar hal tersebut sama sekali tidak bisa menyembunyikan senyumnya. “Makanlah dulu, Tuan. Sepertinya ada sangat kelaparan,” ucapnya dengan nada geli.

“Tidak! Mana mungkin aku mau memakan masakan dari perempuan murahan sepertimu!” desisnya kesal, masih mempertahan harga dirinya yang tinggi.

Valerie hanya membalas hinaan itu dengan sebuah kekehan. “Makanlah sedikit, Tuan.” Bergerak menuntun Sean untuk duduk di salah satu kursi meja makan. “Ayam goreng kecap buatanku ini terkenal sangat enak.”

“Apa yang kau lakukan, sialan—“

Teriakan Sean terhenti saat Valerie dengan gesitnya menyiapkan segala keperluan Sean di meja makan. Seperti mengambilkan nasi, menyiapkan sendok dan garpu, dan menawarkan minuman.

‘Amora tidak pernah memperlakukannya seperhatian ini saat di meja makan,’ ucap batinnya di dalam hati.

Oh astaga! Apa yang Sean pikirkan? Mana mungkin Sean mulai membandingkan Amora dan Valerie? Tentu saja Amora jauh lebih sempurna dibanding Valerie, si wanita murahan.

“Mau dada atau pahanya, Tuan?” tanya Valerie menawarkan.

“Paha,” jawabnya singkat dan padat.

Dengan cepat Valerie segera menyendokkan pahanya dan memindahkannya ke piring Sean. Sebelum menjauh dari sana dan mengambil tempat duduk yang jauh dari tempat Sean. Tentu saja dia sadar diri, Sean sudah pasti tidak ingin duduk berdekatan dengannya.

“Selamat menikmati makan malamnya, Tuan!” ucap Valerie sekali lagi. Cukup puas karena pria arogan itu mau menikmati hasil masakannya.

Sean tidak menanggapi kalimat itu, perhatiannya kini tertuju pada makanannya yang ternyata sangat nikmat. Dia tidak menyangka bahwa wanita murahan itu juga pandai membuat makanan selezat ini.

‘Aku tunggu di restoran Bold. Aku sudah mereservasi tempat di sana. Ayo, kita makan malam bersama, Sayang.’

Notifikasi yang berasal dari istrinya itu seketika menghentikan aktivitas makan Sean.

‘Astaga, apa yang sudah dia lakukan? Di sini dia menikmati makan malam hasil buatan dari istri keduanya, sedangkan istri tersayangnya belum makan malam karena menunggunya. Bodohnya dirimu, Sean!’

Dentingan sendok dan garpu yang dihempas dengan kasar mengejutkan Valerie, di susul dengan kalimat kasar yang kembali dilontarkan oleh Sean.

“Tidak enak! Wanita murahan sepertimu mana bisa membuat masakan enak. Menjijikkan!”

Lalu pria itu melenggang pergi dari sana, meninggalkan kalimat hinaan yang sekali lagi menyakiti perasaan Valerie.

Setelah Sean keluar dari apartemen, Valerie menghela napas dengan pelan. Melirik ke arah piring Sean yang sudah tidak ada sisa di sana. Bahkan ayam goreng buatannya juga hanya tersisa beberapa potong yang tandanya Sean cukup menikmati hasil masakannya.

“Dasar, pria arogan! Gengsinya sudah melebihi tingkat dewa,” cibir Valerie kesal.

***

Sebuah senyuman tak henti-hentinya merekah di sudut bibir Valerie, terlebih lagi setiap mengingat tingkah kekanak-kanakan Sean.

“Kenapa kau tidak akui saja kalau makananku lezat, tuan arogan!”

Valerie seakan tengah berbicara dengan Sean, seakan tengah memarahi secara langsung pria angkuh itu.

“Sepertinya makanannya memang selezat itu, buktinya tuan Sean menyukainya,” ucap Valerie kembali, sembari tersenyum geli.

God! Apa yang Valerie pikirkan?

Sadar dengan pemikirannya yang aneh, Valerie seketika membuang jauh-jauh ingatannya tentang Sean. “Lebih baik aku bersihkan dapur ini segera, daripada memikirkan pria gila itu.”

Di sela-sela aktivitasnya, bunyi dering ponselnya menghentikan kegiatannya.

‘Halo.’

‘Silakan ke rumah sakit sekarang, Nona.’

Mendengar suara perawat kepercayaannya di seberang sana, seketika rasa takut dan khawatir melandanya.

‘A—ada apa? Apa ibuku baik-baik saja?’

‘Ibu Julia baru saja mengalami serangan, tetapi dokter sudah menanganinya. Silakan ke rumah sakit secepatnya!’

Oh Tuhan! Ibu ....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   188. Aku Pergi!

    “Kalian berdua berciuman! Kau membiarkan pria lain mencium dan menyentuh tubuh yang sudah menjadi milikku. Kau sangat-sangat menjijikkan di mataku!”Napas Sean berubah terengah-engah, dengan kasar ia lalu mendorong Valerie ke belakang dan membuatnya terbanting di kasur.Valerie masih berusaha menghindar, berusaha melepaskan diri dari tindihan tubuh Sean yang keras dan berat. Berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Sean yang kuat dan tanpa ampun. Tetapi pria itu terlalu kuat, terlalu marah. Bahkan Sean sama sekali tidak menyadari kalau perbuatannya yang begitu kasar sudah melukai dan menyakiti tubuh Valerie yang rapuh.Pria itu seperti kerasukan setan. Matanya menyala penuh kebencian ketika menatap ke arah Valerie. Dengan ketakutan yang amat sangat, Valerie masih berusaha memberontak dan turun dari ranjang. Tetapi Sean berhasil menangkapnya dan kembali membantingnya di ranjang dengan kasar, lalu menindihnya sekuat tenaga.Valerie mengernyit merasakan cengkeraman tangan Sean yang kas

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   187. Kau Menjijikkan!

    “Wanita murahan harus diperlakukan selayaknya wanita murahan pada umumnya!”Kata-kata Sean yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.Pria itu sudah berhasil melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggang celananya, lalu meletakkannya di atas nakas ujung ranjang. Ekspresi wajahnya tenang, namun kedua bola matanya memancar begitu dingin. Dan ketenangan pria itulah yang malah membuat Valerie gemetar takut.“P—please ... dengarkan aku dulu, Sean! Kau harus mendengarkan semuanya ....”Valerie masih mencoba membujuk pria itu agar mendengar penjelasannya, bukannya langsung menuduhnya seperti yang dia lihat. Namun, mendapati ekspresi wajah Sean, ia tahu semua usahanya tidak akan pernah berhasil.Sean terlalu marah, pria itu telah dibutakan oleh kemurkaannya.“Lepaskan kemeja yang kau kenakan, Valerie!” perintah Sean dengan nada datar.Wajah Valerie langsung berubah pucat pasi mendengar perintah yang dilontarkan oleh Sean d

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   186. Kepuasan

    “Sa—sakit ...” rintih Bara mengernyit ketika Amora mengusap luka di sudut bibirnya dengan kapas.“Sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa Sean bisa semarah itu?” tanya Amora yang sejak tadi penasaran hal apa yang Bara lakukan sampai menyulut amarah Sean. Mereka berdua baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengelabui Andre dan Shela untuk diberikan kepercayaan mengurus pria ini. Dan luka-luka yang ada di tubuh Bara akibat pukulan dari Sean sangat-sangat fatal, hidungnya patah dan tiga tulang rusuknya retak sehingga harus ditahan dengan sebuah perban. Belum lagi ditambah dengan luka lebam di seluruh tubuh dan wajah Bara yang membuatnya benar-benar terlihat memprihatinkan.Mata Bara bahkan sudah mulai membengkak membiru. Pukulan demi pukulan yang Sean layangkan benar-benar brutal.“Aku mencium wanita itu di hadapan Sean!” jawab Bara tanpa rasa bersalah sedikit pun, bahkan ia melontarkan kalimat itu dengan penuh kebanggaan.Bola mata Amora langsung melebar sempurna mendengar pengakua

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   185. Hinaan Dari Orang Dicintai

    “Sean, apa yang dikatakan pria itu semuanya bohong. Bahkan aku tidak mengenalnya dan dia pria gila!” Valerie berusaha menjelaskan ketika mereka sudah sampai di penthouse dan Sean masih menyeretnya dengan kasar memasuki kamar tidur mereka. Dan setelah membuka pintu, Sean langsung menghempaskan tubuh Valerie kasar ke tengah ranjang. “Dia berbohong, Sean!” Napas Valerie berubah tersengal putus asa mencoba meyakinkan Sean.Ingin rasanya Sean mempercayai perkataan Valerie bahwa Bara lah yang tengah berbohong. Hanya saja, bagaimana mungkin Bara bisa tahu siapa itu Valerie sehingga sengaja melakukan hal tersebut untuk mempengaruhinya. Jadi, justru Bara yang berkata benar dan Valerie berbohong.“Dia sama sekali tidak mengenalmu dan apa hubungan kita. Jadi, bagaimana mungkin dia berbohong?” tanya Sean datar, dengan tangannya yang bergerak membuka kancing kemejanya satu persatu.“Dia berbohong, percayalah padaku! Kami tidak berpapasan di luar seperti perkataannya, justru dialah yang masuk ke

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   184. Apa Salahnya?

    “Apa yang kau lakukan pada istriku, sialan?” teriak Sean dengan amarah yang menggebu-gebu.Sean sengaja memberitahukan kepada Bara siapa sebenarnya Valerie. Dia bukan karyawan biasa di perusahaan ini, melainkan wanita itu sudah menjadi istrinya. Jadi, bagaimana mungkin Bara berani melakukan hal tak senonoh seperti apa yang dilihatnya barusan pada Valerie.Untuk melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu-gebu, Sean terus menyarangkan pukulan demi pukulan yang membuat Bara kewalahan dibuatnya.“Mana aku tahu, Sean! Perempuan ini sendiri yang menawarkan diri padaku. Jadi, kenapa aku harus menolaknya?” balas Bara dengan nada terbata-bata, merasa kesakitan dan nyeri di seluruh tubuhnya akibat pukulan Sean yang tidak main-main.Meskipun kemarahan Sean sudah meluap-luap padanya, tetapi tetap saja Bara memancing amarah pria itu untuk semakin menjadi-jadi. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua ini, tentu saja ia harus menyelamatkan pernikahan Amora. Meskipun ia benci setengah mati pada pria d

  • Rahim 1 Milyar untuk CEO Arogan   183. Aksi Bejad Bara

    Para kolega bisnisnya akhirnya pulang juga, rapat akhirnya selesai. Dan semuanya berjalan sesuai keinginannya, dengan kata lain agenda rapatnya sukses besar.Hanya saja entah kenapa ia tidak bisa merasa lega, padahal yang dia nanti-nantikan akhirnya berhasil. Seakan ada sebuah kekhawatiran yang melandanya, dan membuatnya kalut luar biasa.Bahkan ia tidak bisa fokus mengikuti rapat ini, dan ia hanya mempercayakan semuanya kepada sekretarisnya. Ia hanya menjadi pengamat, sekaligus jika dimintai pendapat tetapi ia tidak turun tangan langsung untuk mempresentasikan hasil rapat tersebut.“Ada apa sebenarnya? Kenapa seperti ada beban berat yang mengganjal di dalam hatiku, padahal semuanya berjalan sesuai keinginan.”Sean berbisik pada dirinya sendiri, mempertanyakan kegundahan yang ia rasakan saat ini.‘Kau tahu kenapa?’ tanya balik suara hatinya.“Ah ya, aku tahu mengapa.”Sean mengakuinya.Semuanya tentu saja karena satu nama. Sebuah nama yang akhir-akhir ini begitu mempengaruhinya. Seora

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status