Share

08. Alasan Menyewakan Rahim

Valerie berlarian sepanjang koridor rumah sakit dengan wajah yang sudah bersimbah air mata. Rasa takut terus mengganggunya sepanjang perjalanan, ibunya kembali mengalami serangan dan itu tentu saja bukan sesuatu yang baik.

Penyesalan besar akan menghantuinya jika sesuatu yang fatal terjadi pada ibunya dan dia tidak ada di sana.

“Bagaimana dengan ibuku?” tanya Valerie saat berpapasan dengan suster Anna ketika dia hendak memasuki ruangan perawatan ibunya.

Suster Anna adalah teman ibunya yang kebetulan bekerja di rumah sakit ini, alhasil suster Anna sendiri yang menawarkan diri untuk merawat ibunya. Dan Valerie bersyukur akan hal itu, di samping suster Anna begitu baik, Valerie juga merasa ada sosok ibunya di dalam diri suster Anna.

“Ibuku baik-baik saja kan, Suster?” Air mata Valerie semakin meluruh membasahi pipinya.

Suster Anna langsung membawa Valerie ke dalam pelukannya, mendekapnya erat dengan penuh kasih sayang. Menyalurkan kekuatan melalui dekapan itu.

“Untuk sekarang ibumu baik-baik saja, Nak. Dokter sudah menanganinya dan sekarang dia tengah tidur di dalam sana.” Suster Anna kemudian memapah tubuh Valerie untuk duduk di kursi tunggu. “Valerie, jantung ibumu sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dokter harus segera melakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan ibumu.”

Valerie mengangguk. “Aku sudah berusaha mencari biaya untuk operasi ibuku, Suster Anna.”

Suster Anna menatap Valerie dengan sedih. “Valerie, uang tiga ratus juta itu sangat banyak. Aku juga tahu kalau kau masih menanggung hutang di bank sebanyak lima puluh juta. Begini, Nak, aku punya simpanan sekitar lima puluh juta mungkin itu bisa membantu. Dan kalau perlu, aku bisa menaruh surat tanahku di bank untuk mengajukan pinjaman. Mungkin dengan cara itu, kita bisa mendapat beberapa tambahan untuk—“

“Suster, aku sudah mendapatkan uangnya.”

Kalimat suster Anna langsung terputus, kemudian menatap Valerie dengan tatapan tak percaya.

“A—apa? Kau sudah mendapatkan uangnya, Nak? Apa maksudmu, dari mana kau mendapat uang sebanyak itu?” ucapannya kembali terhenti saat Valerie kembali menangis.

“I—itu ....”

“Katakan, Nak. Ceritakan padaku jika itu bisa membantu, mungkin itu bisa membuatmu sedikit lega,” ucap suster Anna penuh perhatian, layaknya seorang ibu yang tengah mengobrol dengan putrinya.

Valerie menghela napas panjang, dengan suara bergetar ia mulai berkata, “Mungkin setelah ini Suster akan jijik padaku.”

Valerie terisak pelan.

Suster Anna mengelus rambut Valerie dengan lembut. “Tidak akan Valerie. Aku menyayangimu seperti anakku sendiri, dan seorang ibu pasti akan menerima anaknya apa adanya.”

Valerie kembali menarik napas panjang, dia memang sangat membutuhkan tempat untuk berbagi cerita. Dan Valerie sangat bersyukur ada suster Anna yang mau mendengarkan kegundahan hatinya, lalu meluncurlah semua cerita dari bibirnya. Mulai dari niatnya untuk menjual diri di club malam, sampai pernikahan sirinya dengan Sean.

“Aku sama sekali tidak menyalahkanmu, Valerie. Hanya saja aku tidak habis pikir betapa bejatnya suami istri itu memanfaatkan kondisimu untuk keinginan mereka,” geram suster Anna setelah mendengar semua cerita Valerie yang rahimnya disewa sebanyak 1 milyar.

Valerie buru-buru mencegah kemarahan suster Anna. “Bukan, Suster. Sampai sekarang tuan Sean tidak tahu kalau aku butuh uang itu untuk biaya operasi ibuku. Dia hanya mengira aku perempuan muda dengan gaya hidup berfoya-foya yang punya banyak hutang karena gaya hidupku.”

“Jadi suami istri itu tidak tahu alasanmu?”

Valerie menggeleng. “Nyonya Amora mengetahuinya, tetapi sepertinya dia tidak ada niatan untuk memberitahukan alasanku kepada suaminya. Obsesinya untuk memiliki anak begitu besar.”

Amarah suster Anna kini beralih kepada Amora. “Jadi perempuan itu mengetahuinya? Oh Tuhan! Kalian sama-sama perempuan dan dia begitu teganya memperlakukanmu seperti itu. Kamu bukan pabrik penghasil anak untuk mereka, Valerie.”

Valerie mengulas senyum simpul. “Tetapi itulah faktanya, Suster. Rahimku sudah disewa oleh mereka untuk menghasilkan anak. Lagi pula, kita tidak bisa menyalahkannya. Nyonya Amora begitu putus asa karena dirinya mandul, dan keluarga Kyler menuntut anak pada mereka.”

Suster Anna mengerutkan kening, sedikit paham setelah mendengar penjelasan Valerie. “Kalau begitu kenapa kau tidak mengatakannya kepada pria itu? Seperti katamu tadi bahwa dia selalu menghinamu, mungkin saja dia bisa sedikit menghargaimu jika tahu alasanmu yang sebenarnya.”

Valerie menggeleng cepat. “Tidak, Suster. Aku tidak mau tuan Sean tahu tentang ibuku. Pria itu tidak mudah ditebak, terlebih lagi dia sudah menganggapku manusia paling hina karena telah menyewakan rahimku hanya demi uang.”

Suster Anna menarik napas. “Setidaknya dia tidak terus-menerus menjadi pria brengsek, Valerie. Ah, apakah dia berbuat kasar saat menyentuhmu?”

Valerie saat itu sedikit melamun, sehingga tidak menyadari maksud dari kalimat suster Anna.

“Eh, apa, Suster?”

Suster Anna tampak salah tingkah. “Apakah dia bertindak kasar saat tidur denganmu? Maksudku itu kan pertama kalinya, kebanyakan wanita akan merasa tidak nyaman. Apalagi jika pasangannya bertindak kasar.”

Wajah Valerie langsung berubah merah padam. “I—itu ... dia belum juga menyentuhku,” jawabnya dengan malu-malu.

“Apa maksudmu? Bukankah itu alasan menyewa rahim kamu, dan semua itu tidak akan jadi jika kalian tidak melakukannya.”

“Sejujurnya hanya nyonya Amora yang bersikeras untuk memiliki anak, sedangkan tuan Sean sama sekali tidak setuju. Hanya karena ancaman dari istrinya, tuan Sean setuju untuk menghamiliku. Tetapi sampai sekarang dia belum juga sudi menyentuhku, katanya dia jijik padaku.”

Suster Anna semakin merasa kasihan kepada Valerie. Perempuan muda itu sebenarnya cantik, kulitnya putih bersih, wajahnya bahkan bisa dikatakan sangat sempurna hanya saja tidak terawat sehingga banyak jerawat-jerawat kecil yang merusak kecantikannya.

“Valerie, kamu harus sabar menghadapi mereka, Nak. Kita semua tahu alasanmu melakukan ini, aku sendiri dapat mengerti dan menerima pengorbananmu demi ibumu sangat luar biasa. Suatu saat nanti suami istri itu juga akan mengerti.”

Valerie mengulas senyum tulus. “Terima kasih, Suster. Kau sudah seperti ibu bagiku. Dan aku mohon, rahasiakan pembicaraan kita pada ibuku, aku tidak mau dia merasa bersalah padaku.”

“Tentu saja! Ibumu tidak boleh tahu kau mendapatkan uang dari mana, Nak.” Suster Anna menepuk pundak Serena. “Masuklah ke dalam, ibumu sudah pasti menunggu kedatanganmu!”

Valerie mengangguk, bergegas berdiri untuk memasuki ruang perawatan ibunya. Tetapi sebelum itu, dentingan nada pesan di ponselnya menghentikan langkahnya.

Keningnya berkerut samar saat nama Amora sebagai pengirim pesan terpampang di layar ponselnya.

‘Besok kau harus meluangkan waktumu datang ke klinik kecantikan, aku sudah mengirim uang untuk kau pakai. Pokoknya kau harus mempercantik diri agar suamiku sudi menidurimu!’

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ifa Rusmiyati
ceritanya sedih..terharu... ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status