Valerie berlarian sepanjang koridor rumah sakit dengan wajah yang sudah bersimbah air mata. Rasa takut terus mengganggunya sepanjang perjalanan, ibunya kembali mengalami serangan dan itu tentu saja bukan sesuatu yang baik.
Penyesalan besar akan menghantuinya jika sesuatu yang fatal terjadi pada ibunya dan dia tidak ada di sana.“Bagaimana dengan ibuku?” tanya Valerie saat berpapasan dengan suster Anna ketika dia hendak memasuki ruangan perawatan ibunya.Suster Anna adalah teman ibunya yang kebetulan bekerja di rumah sakit ini, alhasil suster Anna sendiri yang menawarkan diri untuk merawat ibunya. Dan Valerie bersyukur akan hal itu, di samping suster Anna begitu baik, Valerie juga merasa ada sosok ibunya di dalam diri suster Anna.“Ibuku baik-baik saja kan, Suster?” Air mata Valerie semakin meluruh membasahi pipinya.Suster Anna langsung membawa Valerie ke dalam pelukannya, mendekapnya erat dengan penuh kasih sayang. Menyalurkan kekuatan melalui dekapan itu.“Untuk sekarang ibumu baik-baik saja, Nak. Dokter sudah menanganinya dan sekarang dia tengah tidur di dalam sana.” Suster Anna kemudian memapah tubuh Valerie untuk duduk di kursi tunggu. “Valerie, jantung ibumu sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dokter harus segera melakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan ibumu.”Valerie mengangguk. “Aku sudah berusaha mencari biaya untuk operasi ibuku, Suster Anna.”Suster Anna menatap Valerie dengan sedih. “Valerie, uang tiga ratus juta itu sangat banyak. Aku juga tahu kalau kau masih menanggung hutang di bank sebanyak lima puluh juta. Begini, Nak, aku punya simpanan sekitar lima puluh juta mungkin itu bisa membantu. Dan kalau perlu, aku bisa menaruh surat tanahku di bank untuk mengajukan pinjaman. Mungkin dengan cara itu, kita bisa mendapat beberapa tambahan untuk—““Suster, aku sudah mendapatkan uangnya.”Kalimat suster Anna langsung terputus, kemudian menatap Valerie dengan tatapan tak percaya.“A—apa? Kau sudah mendapatkan uangnya, Nak? Apa maksudmu, dari mana kau mendapat uang sebanyak itu?” ucapannya kembali terhenti saat Valerie kembali menangis.“I—itu ....”“Katakan, Nak. Ceritakan padaku jika itu bisa membantu, mungkin itu bisa membuatmu sedikit lega,” ucap suster Anna penuh perhatian, layaknya seorang ibu yang tengah mengobrol dengan putrinya.Valerie menghela napas panjang, dengan suara bergetar ia mulai berkata, “Mungkin setelah ini Suster akan jijik padaku.”Valerie terisak pelan.Suster Anna mengelus rambut Valerie dengan lembut. “Tidak akan Valerie. Aku menyayangimu seperti anakku sendiri, dan seorang ibu pasti akan menerima anaknya apa adanya.”Valerie kembali menarik napas panjang, dia memang sangat membutuhkan tempat untuk berbagi cerita. Dan Valerie sangat bersyukur ada suster Anna yang mau mendengarkan kegundahan hatinya, lalu meluncurlah semua cerita dari bibirnya. Mulai dari niatnya untuk menjual diri di club malam, sampai pernikahan sirinya dengan Sean.“Aku sama sekali tidak menyalahkanmu, Valerie. Hanya saja aku tidak habis pikir betapa bejatnya suami istri itu memanfaatkan kondisimu untuk keinginan mereka,” geram suster Anna setelah mendengar semua cerita Valerie yang rahimnya disewa sebanyak 1 milyar.Valerie buru-buru mencegah kemarahan suster Anna. “Bukan, Suster. Sampai sekarang tuan Sean tidak tahu kalau aku butuh uang itu untuk biaya operasi ibuku. Dia hanya mengira aku perempuan muda dengan gaya hidup berfoya-foya yang punya banyak hutang karena gaya hidupku.”“Jadi suami istri itu tidak tahu alasanmu?”Valerie menggeleng. “Nyonya Amora mengetahuinya, tetapi sepertinya dia tidak ada niatan untuk memberitahukan alasanku kepada suaminya. Obsesinya untuk memiliki anak begitu besar.”Amarah suster Anna kini beralih kepada Amora. “Jadi perempuan itu mengetahuinya? Oh Tuhan! Kalian sama-sama perempuan dan dia begitu teganya memperlakukanmu seperti itu. Kamu bukan pabrik penghasil anak untuk mereka, Valerie.”Valerie mengulas senyum simpul. “Tetapi itulah faktanya, Suster. Rahimku sudah disewa oleh mereka untuk menghasilkan anak. Lagi pula, kita tidak bisa menyalahkannya. Nyonya Amora begitu putus asa karena dirinya mandul, dan keluarga Kyler menuntut anak pada mereka.”Suster Anna mengerutkan kening, sedikit paham setelah mendengar penjelasan Valerie. “Kalau begitu kenapa kau tidak mengatakannya kepada pria itu? Seperti katamu tadi bahwa dia selalu menghinamu, mungkin saja dia bisa sedikit menghargaimu jika tahu alasanmu yang sebenarnya.”Valerie menggeleng cepat. “Tidak, Suster. Aku tidak mau tuan Sean tahu tentang ibuku. Pria itu tidak mudah ditebak, terlebih lagi dia sudah menganggapku manusia paling hina karena telah menyewakan rahimku hanya demi uang.”Suster Anna menarik napas. “Setidaknya dia tidak terus-menerus menjadi pria brengsek, Valerie. Ah, apakah dia berbuat kasar saat menyentuhmu?”Valerie saat itu sedikit melamun, sehingga tidak menyadari maksud dari kalimat suster Anna.“Eh, apa, Suster?”Suster Anna tampak salah tingkah. “Apakah dia bertindak kasar saat tidur denganmu? Maksudku itu kan pertama kalinya, kebanyakan wanita akan merasa tidak nyaman. Apalagi jika pasangannya bertindak kasar.”Wajah Valerie langsung berubah merah padam. “I—itu ... dia belum juga menyentuhku,” jawabnya dengan malu-malu.“Apa maksudmu? Bukankah itu alasan menyewa rahim kamu, dan semua itu tidak akan jadi jika kalian tidak melakukannya.”“Sejujurnya hanya nyonya Amora yang bersikeras untuk memiliki anak, sedangkan tuan Sean sama sekali tidak setuju. Hanya karena ancaman dari istrinya, tuan Sean setuju untuk menghamiliku. Tetapi sampai sekarang dia belum juga sudi menyentuhku, katanya dia jijik padaku.”Suster Anna semakin merasa kasihan kepada Valerie. Perempuan muda itu sebenarnya cantik, kulitnya putih bersih, wajahnya bahkan bisa dikatakan sangat sempurna hanya saja tidak terawat sehingga banyak jerawat-jerawat kecil yang merusak kecantikannya.“Valerie, kamu harus sabar menghadapi mereka, Nak. Kita semua tahu alasanmu melakukan ini, aku sendiri dapat mengerti dan menerima pengorbananmu demi ibumu sangat luar biasa. Suatu saat nanti suami istri itu juga akan mengerti.”Valerie mengulas senyum tulus. “Terima kasih, Suster. Kau sudah seperti ibu bagiku. Dan aku mohon, rahasiakan pembicaraan kita pada ibuku, aku tidak mau dia merasa bersalah padaku.”“Tentu saja! Ibumu tidak boleh tahu kau mendapatkan uang dari mana, Nak.” Suster Anna menepuk pundak Serena. “Masuklah ke dalam, ibumu sudah pasti menunggu kedatanganmu!”Valerie mengangguk, bergegas berdiri untuk memasuki ruang perawatan ibunya. Tetapi sebelum itu, dentingan nada pesan di ponselnya menghentikan langkahnya.Keningnya berkerut samar saat nama Amora sebagai pengirim pesan terpampang di layar ponselnya.‘Besok kau harus meluangkan waktumu datang ke klinik kecantikan, aku sudah mengirim uang untuk kau pakai. Pokoknya kau harus mempercantik diri agar suamiku sudi menidurimu!’Langkah kaki kurus itu tergesa-gesa seakan dikejar waktu, dengan masih menggunakan heels kerjanya Valerie buru-buru memasuki pusat perbelanjaan terbesar di kota ini.Melihat keramaian di sana sini, dan megahnya tempat itu. Valerie sadar jika ia sudah terlalu lama tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Sudah setahun ini, kehidupan Valerie hanya berotasi antara kantor, rumah sakit, dan rumah kecilnya.Dan rasanya ia merindukan tempat seramai ini, walau hanya sekedar melepas lelah. Dia kembali merasakan hidup di tengah-tengah kekacauan yang silih datang berganti di dalam kehidupannya.Kemarin Amora sudah mengirimkan sebuah alamat. Klinik kecantikan yang berada di area mall besar ini.Amora memintanya untuk bertemu di sana, sekaligus meminta Valerie untuk treatment kecantikan. Seumur hidupnya ia memang tidak pernah melakukan hal tersebut, menghambur-hamburkan uang untuk mempercantik diri adalah hal terakhir yang akan dilakukan.Vale
Mobil berwarna merah itu berhenti tepat di depan lobby hotel Gold. Sebelum turun, berkali-kali Amora menghirup napas dalam, berusaha menenangkan perasaannya. Ini pertemuan pertama mereka setelah lama berpisah, jadi tentu saja Amora gugup.Merasa dirinya sudah mulai terkendali, barulah wanita cantik itu turun. Tetapi sebelum itu, ia memperhatikan wajah dan tampilannya. Entahlah, hanya karena meminta bertemu Amora sampai datang ke klinik kecantikan untuk mempercantik diri. Amora hanya merasa, dia perlu tampil cantik di hadapan mantannya itu.Amora kali ini menggunakan mantel hitam yang menutupi dressnya, dan topi yang lumayan lebar untuk menenggelamkan wajahnya. Walaupun penjagaan hotel ini sangat ketat, ia merasa harus antisipasi jika ada paparazi atau orang yang mengikutinya.Artis papan atas sepertinya tentu saja banyak yang mencari celahnya untuk dijadikan bahan gosip.Baru saja masuk lebih dalam ke area restoran yang berada di lantai da
Sean menghembuskan napas lelah, sudah larut malam tetapi dia masih menyibukkan diri perusahaan. Alasannya tentu saja karena dia tidak ingin bertemu dengan Valerie dan melakukan permintaan Amora agar menidurinya malam ini.Alhasil, dia baru pulang setelah larut malam. Berharap Valerie sudah tertidur, sehingga dia punya alasan untuk tidak menidurinya malam ini. Jadi setelah mengirimkan pesan untuk istrinya, Sean langsung mengemudikan mobilnya ke apartemen Valerie.Dalam perjalanan, Sean terus merutuki permintaan istrinya. Kenapa juga Amora begitu memaksanya untuk segera meniduri perempuan murahan itu?Tak butuh waktu lama untuk tenggelam dalam pikirannya, mobilnya sudah berhenti tepat di depan lobby apartemen. Menghembuskan napas kesal, Sean akhirnya turun dan melangkah masuk ke dalam apartemen itu.Sepanjang di dalam lift, Sean tak bisa tidak membayangkan wajah jelek istri keduanya. Mengingat hal tersebut, ia semakin malas untuk menginjakk
“Bagaimana jika kita memulai dengan menghapus habis listip merah ini terlebih dahulu?” Mata Valerie melotot sempurna dengan bibir terbuka. Pergerakan Sean begitu cepat, kini tangannya bergerak ke belakang kepala Valerie, merangkai rambut hitam itu ke sela jemarinya. Meremasnya kuat, namun tidak menyakiti. Lalu disusul dengan menarik rambut itu hingga kepala Valerie mendongak menatapnya.“Aww ...” pekik Valerie kaget.“Lagi pula, merah sama sekali tidak cocok untukmu,” ucapnya sekali lagi, sebelum mengulum bibir berlistip merah itu.Sean berhasil menyatukan bibir keduanya. Mulut Valerie yang sebelumnya terbuka karena terkejut semakin memudahkan Sean untuk memorak-porandakan bibir tersebut.Napas Valerie berubah tersengal, tubuhnya semakin bergetar ketakutan. Kedua matanya terpejam erat, dengan tangan yang meremas kuat kemeja Sean. Valerie bisa merasakan dengan jelas bibirnya yang berulang kali dihisap dengan kuat, la
Air mata Valerie meluruh. Ia benar-benar menjadi layaknya wanita murahan saat ini. Tubuhnya kini di bawah kuasa seorang Sean, diperlakukan sebegitu intimnya.Saat Sean berhasil mengulum puncak payudaranya, Valerie hanya bisa memejamkan kedua matanya erat-erat. Perasaan ini sangat aneh, bahkan karena cumbuan itu menjalarkan hawa panas di pangkal pahanya.“Tu—tuan Sean, sudah ...” pekiknya saat merasakan kuluman itu semakin keras.“Diam dan nikmati saja, jalang!” bentak Sean tak terima kesenangannya malah diganggu.Valerie benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, tetapi menyerahkan diri saat ini ia belum siap.Tubuhnya kini sudah di bawah kuasa Sean, tidak ada jalan untuk lari dari sana. Pria itu sudah begitu bergairah pada tubuhnya, seakan siap mencabik-cabik dirinya dalam kenikmatan yang tiada tara.Air mata itu meluruh, mencari cara agar lepas dari kungkungan tubuh besar Sean, hingga satu nama terlintas di pikiranny
Mentari bersinar dari balik gorden yang masih tertutup rapat. Kedua insan yang tidur sambil berpelukan itu tampak tidak terganggu sama sekali dengan jam yang mulai tinggi. Begitu nyaman berpelukan dengan selimut yang menutupi tubuh telanjang keduanya.Amora mengerjap beberapa kali meminta kesadarannya muncul, bersamaan dengan matanya yang sudah mulai fokus. Dia tertegun menatap dada bidang tepat di hadapannya. Mengangkat mata perlahan, dengan deru napas yang beradu, matanya melebar seketika.Pria ini Bara.Bukan suaminya, Sean.Seolah kewarasan dan suasana normal mulai menyelimuti, ia terpekik dari tempatnya. Melepas paksa tangan yang melingkar di perutnya, lalu bergerak bangun dengan terburu-buru. Bersamaan dengan itu, Bara mulai terusik dalam tidurnya.Oh Tuhan! Ini salah, apa yang dilakukannya bersama Bara ini salah besar. Dia telah mengkhianati 3 tahun pernikahannya dengan Sean.Sekelebat wajah Sean yang tersenyu
Sean menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi kerjanya, ia pusing bukan main. Memikirkan kejadian semalam yang membuatnya hampir saja lepas kendali meniduri Valerie, mengingat hal tersebut ia merasa bersalah kepada Amora.Aneh, ia begitu merasa bersalah pada Amora, padahal istrinya sendiri yang memintanya untuk meniduri dan segera menghamili wanita murahan itu.Tetapi entah kenapa, dia merasa seperti akan mengkhianati Amora jika terlalu lama bersama perempuan itu. Entah apa yang dimiliki oleh Valerie, sehingga membuatnya hampir saja lepas kendali semalam.Tentu saja pesonanya.Ya, Sean menyadari seberapa besar pesona wanita itu. Hanya karena tampilan yang sedikit berbeda dan rayuan murahannya ia hampir saja tergoda. Ah, bukankah wanita itu memang seorang jalang? Pantas saja dia begitu ahli merayu.Sean segera mewanti-wanti dirinya, dia tidak boleh sampai terjatuh lagi dalam rayuan perempuan itu. Valerie sangat berbahaya, dia h
Sean diliputi amarah yang begitu besar. Marah kepada Amora yang begitu mudahnya melontarkan ancaman kepadanya, dan marah kepada Valerie karena semenjak perempuan itu masuk ke dalam hidupnya dan Amora. Keduanya kerap kali bertengkar yang itu-itu saja permasalahannya.Begitu mudahnya Amora memintanya untuk menghamili perempuan murahan itu, sedangkan Sean sendiri begitu jijik dengan Valerie. Apalagi sekarang dia diminta untuk tinggal bersama perempuan itu. Oh God! Sean bisa gila.Baru saja dia keluar dari tempat beristirahat setelah merasa pening dengan segala masalah yang ada, dia kembali dikejutkan dengan sesuatu. Perempuan yang sejak tadi mengganggu pikirannya ternyata ada di ruangannya.“Apa yang kau lakukan di ruanganku, perempuan murahan?”Sean bisa menduga kalau Valerie terkejut luar biasa mendengar suaranya.Mendengar suara itu, Valerie segera membalikkan badannya. Wajahnya seketika berubah pucat pasi saat menyadari suara i