Home / Romansa / Rahim Dua Ratus Juta / Bab 5. Tugasmu Melayaniku

Share

Bab 5. Tugasmu Melayaniku

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2024-12-27 10:50:36

Tubuh Sabrina bergetar dibentak dan diusir Ibu Renata. Sebulir air mata berhasil lolos dari kelopak matanya. Dalam hati, Sabrina berkata, 'Betapa hinanya aku. Andai saja ayah enggak punya utang pada mereka, aku tak sudi menyewakan rahim ini. Meski sekarang aku mulai merasa nyaman berada di dekat tuan Darren.'

"Sabrina, kamu tuli? Pergi dari sini! Kalau mau sarapan, ke belakang. Bersama pembantu kami," sambung Ibu Renata semakin tinggi intonasi suaranya. 

"Ma, Sabrina istriku. Dia berhak sarapan di sini. Oh ya, aku sampe lupa. Aku udah merobek surat perjanjian nikah kontrak kami. Aku dan Sabrina udah bukan nikah kontrak lagi, Ma, Pa." Darren begitu tenang menyampaikan perihal pernikahannya pada Ibu Renata dan Pak Sugeng. Tentu saja, kedua orang tua itu sangat terkejut, kedua mata mereka membesar. 

"Jangan g1la kamu, Darren! Kamu mau menjadikan wanita kampungan itu istri sah-mu?" Ibu Renata tak percaya dengan penjelasan Darren. Namun, lelaki yang sudah dua kali menikah itu tetap tenang. Ia justru menggenggam telapak tangan Sabrina. 

"Iya, Ma. Meskipun Sabrina wanita kampungan, tapi aku mencintainya. Aku jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu." Tanpa rasa malu, Darren mengungkapkan perasaannya. Sabrina menoleh, memandang wajah suaminya dengan lekat. Lelaki yang sebelumnya dia pikir, berperangai buruk ternyata mau membela dan menentang Ibu Renata. 

"Darren, Papa dan Mama menikahkanmu dengan Sabrina hanya sampai Sabrina melahirkan anakmu saja, bukan karena kami setuju kamu punya istri seperti dia, Darren. Kami hanya ingin memiliki cucu dari darah dagingmu. Hanya itu saja. Jadi, kalau Sabrina sudah melahirkan anakmu, kalian harus bercerai. Sabrina, kamu masih ingat isi perjanjian nikah kontrak 'kan?"

Pak Sugeng lebih tenang bicaranya. Tidak meledak-ledak seperti Ibu Renata walau sangat terkejut mendengar pengakuan dari anak tunggalnya. 

Sabrina merunduk, tidak memberikan jawaban berupa kata-kata atau isyarat. 

"Dasar wanita kampungan! Jadi sekarang kamu udah ngehasut Darren supaya pernikahan kalian resmi? Iya?" 

Pagi itu, di rumah keluarga Wirawan benar-benar terjadi keributan. Darren terdiam, tidak ingin menjawab pertanyaan sang ibu. 

"Darren jawab!" sentak Ibu Renata. Bukannya menjawab, Darren justru menggenggam telapak tangan Sabrina, lalu berdiri. 

"Kalau Mama enggak mau melihat Sabrina satu meja saat sarapan atau makan, aku akan membawanya pergi dari rumah ini."

Semakin terkejut kedua orang tua itu. Mulut Ibu Renata menganga lebar, begitu pula Pak Sugeng. Tidak menyangka kalau anak semata wayang mereka berani membantah dan melawan. 

"Darren, kamu mau kemana? Tunggu Darren!" Ibu Renata mengejar Darren yang menggenggam telapak tangan Sabrina. 

"Jangan pergi dari rumah ini. Kamu anak kami satu-satunya!" Ibu Renata mengiba, menatap anak dan menantunya. Sabrina bersembunyi di balik punggung Darren. Takut menghadapi Ibu Renata dan Pak Sugeng. 

"Darren, sudahlah. Jangan diperpanjang masalah ini. Kalau kamu mau Sabrina sarapan bersama kami, silakan. Ma, ayok kita sarapan!"

Pak Sugeng berusaha menengahi. Tidak ingin Darren pergi dari rumah. Ibu Renata pun pasrah, tak ingin membahas masalah menantu barunya. 

Usai sarapan, Sabrina membantu asisten rumah tangga membersihkan piring. Sementara Darren, diajak ngobrol Pak Sugeng di ruang kerja. Kesempatan itu dimanfaatkan Ibu Renata menegur Sabrina. Dia mengira kalau Sabrina-lah yang menghasut anaknya agar membatalkan perjanjian nikah kontrak. 

"Sabrina, sini kamu! Saya ingin bicara! Sini!" Sabrina terkejut, tangannya dicekal kuat Ibu Renata. Ibu mertuanya itu mengajak Sabrina ke belakang rumah, tidak ingin pembicaraannya nanti didengar oleh Darren. 

"Ada apa, Nyonya? Ada apa?" tanya Sabrina meringis menahan rasa sakit pada lengannya. 

"Ada apa, ada apa? Kamu kan, yang menyuruh Darren membatalkan pernikahan kontrak itu? Kamu juga yang minta Darren mengajakmu sarapan satu meja bersama kami? Ngaku!"

Tubuh Sabrina bergetar dibentak Ibu mertuanya. Kepala yang tertutup hijab itu merunduk, jari jemarinya saling mer3mas. 

"Eng-enggak, Nyonya. Sa-saya enggak minta sarapan satu meja dengan Nyonya," jawab Sabrina merunduk. Ia hanya menjawab pertanyaan kedua, tidak mau menjawab pertanyaan pertama Ibu Renata. 

"Masa? Saya gak percaya. Sabrina, pokoknya kalau kamu udah kasih anak ke Darren, kamu harus pergi dari rumah ini meskipun Darren tidak menceraikanmu, Ngerti?" Ibu Renata mendorong bahu Sabrina. Wanita itu memejamkan kedua mata, lalu menganggukkan kepala. 

"Kalau kamu sampe ingkar janji, saya enggak akan segan-segan memenjarakan ayahmu." Ancaman Ibu Renata membuat Sabrina mendongakkan kepala. Mulutnya menganga lebar dengan kening mengkerut. 

"Nyonya, jangan penjarakan ayah saya. Saya mohon."

"Makanya kamu jangan bertingkah! Jangan banyak tingkah! Kamu juga enggak boleh terlalu dekat dengan Darren. Tugasmu hanya mengandung benih Darren dan melahirkan cucu kami."

Kedua mata Sabrina terpejam, menganggukkan kepala. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan Ibu Renata. 

Tanpa menunggu tanggapan Sabrina, Ibu Renata meninggalkannya berdiri di belakang rumah. Tubuh Sabrina luruh ke atas lantai, menangis tersedu-sedu. Memikirkan nasib yang tengah dijalani. 

"Sabrina, kamu ngapain di sini?" Sabrina mendongak, mendengar suara Darren yang berada di sampingnya. Penuh kasih sayang, Darren berusaha membantu Sabrina berdiri namun dengan lembut, Sabrina menepis kedua tangan Darren. 

"Maaf, Tuan. Saya mau membantu si Mbok masak dulu. Permisi."

Baru saja hendak masuk ke dalam rumah, Darren menarik pinggang ramping istrinya. Lalu, menumpu dagu di atas pundak Sabrina. 

"Ngapain kamu masak? Tugasmu hanya melayaniku, Sabrina."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 111. Bertemu Setelah Kematian

    "Kalian mau kemana?" Pak Sugeng bertanya ketika Darren dan ibu Regina berpapasan dengannya di pintu depan. "Aku mau ---""Anterin aku pulang ke panti. Aku mau ambil beberapa pakaian ganti. Kalau boleh, aku mau nginap di sini sampai acara tahlilan mbakyu selesai," sela ibu Regina. Tidak ingin kalau pak Sugeng mengetahui kalau dirinya dan Darren menemui Angelica. "Boleh saja. Silakan."Setelahnya, Pak Sugeng masuk ke dalam rumah. Darren dan ibu Regina melanjutkan langkah, menuju tempat di mana Angelica ditahan. "Tante, kenapa enggak tinggal bersama kami saja?" tanya Darren ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju. "Enggak, Darren. Tante udah nyaman tinggal di panti."Jawaban ibu Regina membuat Darren terdiam seribu basa. Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Darren merasa kalau sudah sangat lama bertemu dengan ibu Regina. Mungkin karena diantara mereka terdapat ikatan darah. "Kenapa selama ini Tante enggak pernah muncul di acara keluarga kami?" tanya Darren heran. Mengingat k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110B. Terima Kasih, Sayang.

    Usai pemakaman, Ibu Regina bertanya kembali pada Darren. Di rumah itu hanya Darren yang bisa diajak bicara. Ibu Regina bertanya kenapa ibu Renata sampai ditusuk orang perutnya? Siapa pelakunya?Awalnya Darren tak ingin menjawab namun karena ibu Regina memaksa, akhirnya Darren mengatakannya. Kedua mata ibu Regina membeliak mendengar nama Angelica. "Jadi, yang membuat Mbakyuku meniggal Angelica juga?" ibu Regina teramat terkejut. "Iya, Tante. Tapi keadaan mama sempat membaik."Ibu Regina menggelengkan kepala berulang kali. Rasa sakit hati pada Angelica semakin besar. Anak dan kakaknya telah dibunuh wanita berhati iblis itu. Pandangan ibu Regina beralih pada ibu Anita yang menangis di depan pusara ibu Renata. Dengan kasar, ibu Regina mendorong tubuh ibu Anita hingga wanita itu terjungkang. "Munafik! Gara-gara anakmu, Mbak Renata meninggal! Anakmu, anak iblis! Dulu anakku yang dibunuhnya, sekarang kakakku!" Teriakan ibu Regina membuat ibu Anita dan orang lain terkejut. Mereka kasak-ku

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110A. Pemakaman

    Keluarga Wirawan berduka. Wanita yang selama ini mengharapkan cucu kini telah tiada ketika keinginannya itu dikabulkan Tuhan. Pak Sugeng duduk di samping jenazah ibu Renata sejak beberapa jam lalu. Belahan jiwanya telah hilang. Dibiarkan air mata membasahi wajah. Tak ada lagi sikapnya yang tegas, yang berwibawa dan yang berkharismatik. Kini, ia telah kehilangan semangat. "Pa, Papa makan dulu," ucap Darren mengingatkan sang papa yang seharian ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut. "Nanti saja." Hanya itu jawaban yang terucap dari mulut lelaki yang ditinggal kekasih hatinya. Kekasih yang telah menemani hidupnya. Sabrina yang berada di dalam kamar, tengah memberi ASI pada kedua buah hatinya meneteskan air mata. Masih teringat jelas, bagaimana perhatiannya ibu Renata, bagaimana keinginan ibu Renata memiliki cucu. "Ya Allah, mohon kesabaran serta keikhlasan dalam hatiku ya Allah. Hamba tahu, semua ini sudah menjadi takdir-Mu."Rumah duka keluarga Wirawan semakin berjalan wak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109B. Panik

    Pak Sugeng bergegas keluar ruangan, hendak membeli brownies keinginan ibu Renata. Lelaki itu membeli brownies di toko yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan ibu Renata. Hanya memakan waktu lima belas menit, pak Sugeng sudah kembali ke ruangan ibu Renata. Di dalam ruangan, terlihat ibu Renata sedang berbicara sendiri di depan handphone. "Lho, Mas. Cepat sekali belinya?" tanya ibu Renata heran. Ia lantas mematikan rekaman suara di handphone milik suaminya. Jangan sampai pak Sugeng tahu kalau ibu Renata meninggalkan pesan suara pada ponselnya. "Aku sengaja beli di toko kue terdekat. Ini aku beli dua. Ada yang pake toping keju dan ada yang enggak pake toping. Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya pak Sugeng sembari menunjukan dua kotak brownies. Sengaja membeli dua supaya Ibu Renata memilih. "Aku mau toping keju. Mas, suapin aku ...," rengekan ibu Renata membuat hati pak Sugeng mencelos. Permintaan itu seperti mengisyaratkan sesuatu. "Tentu. A

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109A. Pegang

    "Aku harus bilang gitu, Anita. Umur orang enggak ada yang tau. Paling enggak kalau aku udah bilang, kamu bisa wujudin," jelas ibu Renata menatap sendu wanita yang napasnya turun naik karena kesal akan ucapannya. "G1la kamu, Renata! Bisa jadi umurku lebih dulu yang tamat daripada kamu." Sangat sewot ibu Anita menanggapi ucapan ibu kandung Darren. Ibu Renata meraih telapak tangan ibu Anita. Ia seolah memohon pada mantan besannya itu."Anita, aku mohon padamu. Kabulkan---""Stop!" sela Anita menghempaskan genggaman tangan ibu Renata. "Aku enggak mau dengar soal itu lagi. Renata, kamu pasti sembuh. Sekarang keinginan terbesarmu sudah Tuhan penuhi. Langsung dikasih dua, Renata. Kamu harus sembuh. Oke?" ucap ibu Anita. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia sangat takut kalau sahabat dari semasa SMA-nya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Dia sangat takut, jika apa yang dikatakan ibu Renata akan terjadi. Ibu Anita menggelengkan kepala, menghalau pikiran dan firasat buruk. Sesaat, terjad

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 108. Gantikan Posisiku

    "Mama Anita?" pekik Darren melihat mantan ibu mertuanya yang berdiri di hadapan. "Darren, apa Mama boleh menjenguk Mamamu?" suara ibu Anita bergetar. Ia takut sekali jika keluarga Wirawan membencinya karena perbuatan jahat anak semata wayangnya, Angelica."Boleh, Ma. Silakan masuk."Darren memberi ruang pada ibu Anita agar masuk ke dalam ruangan. Semuanya terkejut akan kedatangan ibu Anita. Wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anita?" gumam ibu Renata melihat sahabatnya datang menjenguk. Ibu Anita merasa sangat bersalah akan perbuatan jahat yang dilakukan Angelica pada ibu Renata. "Renata, Renata ...." Ibu Anita menghambur dalam pelukan wanita yang telah melahirkan Darren. Pak Sugeng menarik mundur kursi roda Sabrina agar tidak menghalangi Ibu Anita yang memeluk sahabatnya. "Aku minta maaf, Renata ... aku minta maaaff ...." Permohonan maaf diucapkan ibu Anita disela pelukan pada sahabatnya. Ibu Renata mengusap lembut punggung ibu Anita. "Kamu enggak perlu minta maaf, Anita. Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status