공유

Bab 4. Pergi!

작가: Syatizha
last update 최신 업데이트: 2024-12-27 10:49:52

“Kamu udah keramas? Ini masih jam empat dini hari,” ucap Darren yang belum terlelap. Mereka semalaman menikm4ti kebersamaan sebagai sepasang suami istri. Pernikahan yang awalnya terpaksa dan dipaksa, kini Sabrina mulai bisa menerima Darren sebagai suaminya.

“Aku mau sholat dulu,” jawab Sabrina sambil mengeringkan rambut.

Mendengar jawaban Sabrina, Darren tercenung sejenak. Sudah lama sekali Darren tidak menjalankan kewajibannya.

Dulu, sewaktu masih ada almarhumah neneknya dari pihak Pak Sugeng, neneknya selalu menyuruh Darren melaksanakan sholat.

“Aku mau sholat Subuh juga.” Darren beranjak dari tempat tidur, berjalan cepat ke toilet, tidak menghiraukan tatapan heran Sabrina.

Usai mandi besar, Darren mengenakan pakaian dan sarung untuk sholat Subuh. Sabrina sudah mengenakan mukena, duduk di atas sajadah.

Hati Sabrina sangat bahagia karena Darren rupanya bisa melaksankan sholat bahkan bacaan Al-Quran-nya cukup bagus. Sabrina memanjatkan doa, mengucapkan rasa syukur. Pernikahan yang terpaksa dan dipaksa ini ternyata membahagiakan. Meski baru hitungan hari. Sedikit kebahagiaan itu tak lepas dari sikap baik Darren.

Sabrina meraih telapak tangan suaminya. Hati Darren sangat terharu dan bahagia menjalankan ibadah bersama istri keduanya.

Selama hidup bersama Angelica, tak pernah satu kalipun, Darren dan Angelica melaksankan ibadah sholat bersama. Angelica lebih sering pulang pergi ke club malam.

“Tuan, terima kasih mau jadi Imam sholat Subuhku,” kata Sabrina setelah mencium punggung tangan Darren.

“Iya, sama-sama. Sekarang kita keluar kamar, sarapan bersama mama, papa dan Angelica.”

Senyum Sabrina seketika redup. Nyalinya kembali menciut, takut menghadapi nama-nama yang disebutkan suaminya.

“Kamu enggak usah takut. Kan ada aku. Kalau mereka sampai menyakiti fisikmu, aku akan membalasnya. Tapi, maaf. Kalau mereka menyakiti hatimu, aku ... aku gak bisa membelamu.”

Terlihat penyesalan dan rasa bersalah dalam diri Darren. Sabrina mengerti, biar bagaimana pun, keberadaannya di rumah ini menyakiti hati istri pertama Darren.

“Iya, Tuan. Gak apa-apa,” timpal Sabrina pelan.

***

“Oohh ... ternyata rahim kamu dibayar dua ratus juta? Ck, murahan amat. Penampilan aja serba tertutup, gak taunya ... enggak jauh lebih baik dari l0nt3,” cibir Angelica.

Sabrina hanya terdiam, tak ingin membalas hinaan istri pertama suaminya.

“Apa kamu gak bisa jaga bicaramu, Lica?” tegur Darren saat menarik kursi untuk Sabrina.

Angelica yang duduk di kursi bersebrangan dengan Sabrina mencebik. Saat ini, Pak Sugeng dan Ibu Renata belum datang ke meja makan. Baru ada Angelica yang semalam suntuk menghabiskan beberapa bungkus rokok.

Semalam rencananya Angelica ingin ke club, tapi rasa sakit hati yang dialaminya membuat Angelica malas pergi ke tempat favorite-nya itu. Dia semalam mengurung diri di kamar, mengingat kembali nasib pernikahannya bersama Darren. Sedikitpun tidak terlintas dalam pikiran Angelica kalau Darren akan menikah lagi walau hanya pernikahan kontrak.

“Buat apa menjaga bicaraku? Kamu saja enggak bisa menjaga perasaanku!”

Suara Angelica sarat emosi. Tidak dapat menahan rasa kecewa suaminya menikah lagi.

“Kamu masih keberatan, Angelica?”

Sebuah suara dari arah belakang membuat ketiga orang itu menoleh. Ibu Renata dan Pak Sugeng berjalan menghampiri mereka.

“Aku udah katakan, kalau kamu bisa memberi Darren keturunan, enggak mungkin dia menikah lagi. Jangan menyalahkan Darren atas pernikahan keduanya, salahkan saja dirimu yang enggak bisa punya anak!”

Sorot mata Ibu Renata begitu tajam, menatap Angelica yang giginya gemeletuk menahan emosi. Angelica menarik kursi ke belakang, menunjukkan kemarahan pada keluarga Wirawan, lalu meninggalkan meja makan keluarga. Angelica ingin keluar rumah. Kalau perlu, ia ingin sekali bercerai. Meski diam-diam Angelica kerap kali berselingkuh di club malam, tetapi dia tidak ingin suaminya memiliki wanita lain apalagi sampai menikah. Apapun alasannya.

“Menantu gak tau diri, gak tau bersyukur. Dikasih hati minta jantung. Kalau bukan karena kasihan, sudah aku usir dia!”

Melihat kemarahan Ibu Renata, nyali Sabrina seketika menciut. Dia yang duduk di samping Darren, merunduk dalam.

“Sudah, Ma. Jangan marah-marah terus. Kita sarapan.” Pak Sugeng menenangkan.

Darren tampak tak peduli dengan kemarahan Ibu Renata pada Angelica. Ia malah menikmati sarapan roti tawar panggang.

Pandangan Ibu Renata mengarah pada Sabrina yang merunduk sambil menyuap roti.

“Eh! Ngapain kamu duduk di situ?” Pertanyaan Ibu Renata sangat sinis. Seketika, Sabrina kepalanya mendongak. Sikap Sabrina salah tingkah.

“Mama tanya ke Sabrina?” Darren bertanya. Pandangan Ibu Renata berpindah ke anak semata wayangnya.

“Iyalah. Ke siapa lagi? Dia lancang sekali duduk satu meja dengan kita, Darren?” Ibu Renata sangat tidak terima melihat Sabrina duduk di antara mereka.

Pak Sugeng hanya menghela napas berat, memijat pelipis. Sejujurnya, Pak Sugeng sangat tidak suka melihat istrinya marah-marah terus, mengingat Ibu Renata menderita penyakit darah tinggi. Ia takut kalau penyakit itu menjalar ke jantung.

“Ma, Sabrina ini istri aku. Wajar saja dia---“

“Enggak wajar!” Belum sempat Darren menyelesaikan ucapannya, Ibu Renata menyela.

“Dia Cuma istri kontrak. Eh, Sabrina! Kami udah bayar kamu dua ratus juta. Kamu hanya istri bayaran Darren. Jangan berlaga sok jadi istri sah-nya. Walaupun aku enggak suka Angelica, tapi aku lebih enggak suka punya menantu kampungan sepertimu! Apalagi duduk satu meja makan dengan kami. Pergi kamu! Pergi!”

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 111. Bertemu Setelah Kematian

    "Kalian mau kemana?" Pak Sugeng bertanya ketika Darren dan ibu Regina berpapasan dengannya di pintu depan. "Aku mau ---""Anterin aku pulang ke panti. Aku mau ambil beberapa pakaian ganti. Kalau boleh, aku mau nginap di sini sampai acara tahlilan mbakyu selesai," sela ibu Regina. Tidak ingin kalau pak Sugeng mengetahui kalau dirinya dan Darren menemui Angelica. "Boleh saja. Silakan."Setelahnya, Pak Sugeng masuk ke dalam rumah. Darren dan ibu Regina melanjutkan langkah, menuju tempat di mana Angelica ditahan. "Tante, kenapa enggak tinggal bersama kami saja?" tanya Darren ketika kendaraan yang mereka tumpangi melaju. "Enggak, Darren. Tante udah nyaman tinggal di panti."Jawaban ibu Regina membuat Darren terdiam seribu basa. Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Darren merasa kalau sudah sangat lama bertemu dengan ibu Regina. Mungkin karena diantara mereka terdapat ikatan darah. "Kenapa selama ini Tante enggak pernah muncul di acara keluarga kami?" tanya Darren heran. Mengingat k

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110B. Terima Kasih, Sayang.

    Usai pemakaman, Ibu Regina bertanya kembali pada Darren. Di rumah itu hanya Darren yang bisa diajak bicara. Ibu Regina bertanya kenapa ibu Renata sampai ditusuk orang perutnya? Siapa pelakunya?Awalnya Darren tak ingin menjawab namun karena ibu Regina memaksa, akhirnya Darren mengatakannya. Kedua mata ibu Regina membeliak mendengar nama Angelica. "Jadi, yang membuat Mbakyuku meniggal Angelica juga?" ibu Regina teramat terkejut. "Iya, Tante. Tapi keadaan mama sempat membaik."Ibu Regina menggelengkan kepala berulang kali. Rasa sakit hati pada Angelica semakin besar. Anak dan kakaknya telah dibunuh wanita berhati iblis itu. Pandangan ibu Regina beralih pada ibu Anita yang menangis di depan pusara ibu Renata. Dengan kasar, ibu Regina mendorong tubuh ibu Anita hingga wanita itu terjungkang. "Munafik! Gara-gara anakmu, Mbak Renata meninggal! Anakmu, anak iblis! Dulu anakku yang dibunuhnya, sekarang kakakku!" Teriakan ibu Regina membuat ibu Anita dan orang lain terkejut. Mereka kasak-ku

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 110A. Pemakaman

    Keluarga Wirawan berduka. Wanita yang selama ini mengharapkan cucu kini telah tiada ketika keinginannya itu dikabulkan Tuhan. Pak Sugeng duduk di samping jenazah ibu Renata sejak beberapa jam lalu. Belahan jiwanya telah hilang. Dibiarkan air mata membasahi wajah. Tak ada lagi sikapnya yang tegas, yang berwibawa dan yang berkharismatik. Kini, ia telah kehilangan semangat. "Pa, Papa makan dulu," ucap Darren mengingatkan sang papa yang seharian ini tidak ada makanan yang masuk ke dalam perut. "Nanti saja." Hanya itu jawaban yang terucap dari mulut lelaki yang ditinggal kekasih hatinya. Kekasih yang telah menemani hidupnya. Sabrina yang berada di dalam kamar, tengah memberi ASI pada kedua buah hatinya meneteskan air mata. Masih teringat jelas, bagaimana perhatiannya ibu Renata, bagaimana keinginan ibu Renata memiliki cucu. "Ya Allah, mohon kesabaran serta keikhlasan dalam hatiku ya Allah. Hamba tahu, semua ini sudah menjadi takdir-Mu."Rumah duka keluarga Wirawan semakin berjalan wak

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109B. Panik

    Pak Sugeng bergegas keluar ruangan, hendak membeli brownies keinginan ibu Renata. Lelaki itu membeli brownies di toko yang letaknya tak jauh dari rumah sakit. Ia tak ingin berlama-lama meninggalkan ibu Renata. Hanya memakan waktu lima belas menit, pak Sugeng sudah kembali ke ruangan ibu Renata. Di dalam ruangan, terlihat ibu Renata sedang berbicara sendiri di depan handphone. "Lho, Mas. Cepat sekali belinya?" tanya ibu Renata heran. Ia lantas mematikan rekaman suara di handphone milik suaminya. Jangan sampai pak Sugeng tahu kalau ibu Renata meninggalkan pesan suara pada ponselnya. "Aku sengaja beli di toko kue terdekat. Ini aku beli dua. Ada yang pake toping keju dan ada yang enggak pake toping. Kamu mau makan yang mana dulu?" tanya pak Sugeng sembari menunjukan dua kotak brownies. Sengaja membeli dua supaya Ibu Renata memilih. "Aku mau toping keju. Mas, suapin aku ...," rengekan ibu Renata membuat hati pak Sugeng mencelos. Permintaan itu seperti mengisyaratkan sesuatu. "Tentu. A

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 109A. Pegang

    "Aku harus bilang gitu, Anita. Umur orang enggak ada yang tau. Paling enggak kalau aku udah bilang, kamu bisa wujudin," jelas ibu Renata menatap sendu wanita yang napasnya turun naik karena kesal akan ucapannya. "G1la kamu, Renata! Bisa jadi umurku lebih dulu yang tamat daripada kamu." Sangat sewot ibu Anita menanggapi ucapan ibu kandung Darren. Ibu Renata meraih telapak tangan ibu Anita. Ia seolah memohon pada mantan besannya itu."Anita, aku mohon padamu. Kabulkan---""Stop!" sela Anita menghempaskan genggaman tangan ibu Renata. "Aku enggak mau dengar soal itu lagi. Renata, kamu pasti sembuh. Sekarang keinginan terbesarmu sudah Tuhan penuhi. Langsung dikasih dua, Renata. Kamu harus sembuh. Oke?" ucap ibu Anita. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia sangat takut kalau sahabat dari semasa SMA-nya itu benar-benar pergi meninggalkannya. Dia sangat takut, jika apa yang dikatakan ibu Renata akan terjadi. Ibu Anita menggelengkan kepala, menghalau pikiran dan firasat buruk. Sesaat, terjad

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 108. Gantikan Posisiku

    "Mama Anita?" pekik Darren melihat mantan ibu mertuanya yang berdiri di hadapan. "Darren, apa Mama boleh menjenguk Mamamu?" suara ibu Anita bergetar. Ia takut sekali jika keluarga Wirawan membencinya karena perbuatan jahat anak semata wayangnya, Angelica."Boleh, Ma. Silakan masuk."Darren memberi ruang pada ibu Anita agar masuk ke dalam ruangan. Semuanya terkejut akan kedatangan ibu Anita. Wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anita?" gumam ibu Renata melihat sahabatnya datang menjenguk. Ibu Anita merasa sangat bersalah akan perbuatan jahat yang dilakukan Angelica pada ibu Renata. "Renata, Renata ...." Ibu Anita menghambur dalam pelukan wanita yang telah melahirkan Darren. Pak Sugeng menarik mundur kursi roda Sabrina agar tidak menghalangi Ibu Anita yang memeluk sahabatnya. "Aku minta maaf, Renata ... aku minta maaaff ...." Permohonan maaf diucapkan ibu Anita disela pelukan pada sahabatnya. Ibu Renata mengusap lembut punggung ibu Anita. "Kamu enggak perlu minta maaf, Anita. Ka

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107B. Mantan Ibu Mertua

    Pertanyaan ibu Anita sarat penekanan. Tatapannya sangat tajam. Angelica memicingkan kedua mata, merasa kesal karena mamanya lagi dan lagi tidak membelanya justru membela orang lain. "Aku enggak bermaksud mencelakai dia. Tujuanku Sabrina dan calon anaknya!" tandas Angelica membalas tatapan ibu Anita tak kalah tajam. "Kenapa? Memangnya Sabrina melakukan kesalahan apa sama kamu, Lica?" Ibu Anita mencondongkan tubuh lebih ke depan. "Kesalahan apa?" Angelica mengulang pertanyaan mamanya. "Mama lupa, dia udah ngerebut kebahagiaanku! Gara-gara kedatangan dia di rumah itu, aku diusir! aku diceraikan. Hidupku hancur, kacau gara-gara dia! Dia enggak boleh lebih lama bahagia. Aku ingin ... aku ingin Sabrina hidupnya hancur dan menderita sepertiku!" Mendengar ucapan Angelica, ibu Anita menggelengkan kepala berulang kali. "Bodoh!" maki ibu Anita dipenuhi amarah. "Kamu sangat bodoh, Lica! Lihatlah ... akibat kebodohanmu, sekarang kamu di penjara! kamu akan mati di dalam sel sana, Lica!" sambun

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 107A. Kenapa?

    Ibu Anita yang memutuskan pindah tempat tinggal terkejut mendengar kabar anak semata wayangnya menusuk perut ibu Renata. Kabar itu disampaikan oleh Jessi yang mengetahui keberadaan wanita yang telah melahirkan Angelica. "Anak kurang ajar! Aku pikir dia sudah m4ti!" geram ibu Anita mengepalkan kedua telapak tangan di hadapan wanita yang wajahnya mirip Sabrina. Tiga bulan lalu, ibu Anita tanpa sengaja bertemu dengan Jessi di kantor keluarga Wirawan. Jessi kala itu menemani Mr. Whang meeting di kantor Darren. Singkat cerita hubungan mereka semakin dekat. Jessi yang telah kehilangan sosok ibu, seperti menemukan sosok ibu dalam diri ibu Anita. Begitu pula ibu Anita. Sampai akhirnya, ibu Anita memutuskan pindah rumah karena tak nyaman selalu didatangi ibu Regina. Sekarang ibu Anita tinggal di apartemen yang dulu ditempati Darren dan Sabrina. "Awalnya Angelica ingin menusuk Sabrina. Tapi, dihalangi mama Renata.""Ya Tuhan ... Kenapa anak itu selalu mencari masalah?" Ibu Anita menutup waja

  • Rahim Dua Ratus Juta   Bab 106B. Kembar

    Pak Sugeng bergegas menuju ruangan Sabrina yang letaknya cukup jauh. Sedangkan Darren berjalan, menghampiri jendela ruangan yang di dalamnya ada ibu Renata. Darren tak menyangka kalau ibu Renata yang menyelamatkan nyawa Sabrina dan calon anaknya. Ternyata ibu Renata sikapnya sudah benar-benar berubah. Sangat menyayangi dan perhatian pada Sabrina. Dari kejauhan, Darren melihat pergerakan jari ibu Renata. Lalu, perlahan-lahan kedua mata wanita tua itu terbuka. Mulutnya menganga, seolah sedang bicara. Menit berikutnya, perawat yang menjaga ibu Renata di dalam ruangan membuka pintu. "Sus, Mama saya sudah sadarkan diri?" tanya Darren tampak sumringah."Betul, Mas. Apa Mas keluarga pasien?""Saya anaknya, Sus.""Oh silakan masuk, Mas."Suster membuka pintu ruangan lebar, mempersilakan Darren masuk. Lalu, suster itu berjalan cepat, hendak memanggil dokter yang menangani kesehatan ibu Renata. "Mama!" pekik Darren berdiri di samping wanita yang telah melahirkannya. Ibu Renata mengulas sen

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status