Dalam masa dua puluh enam tahun hidupnya, Sahara tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dia akan terlibat dengan seorang lelaki seperti Keith, dengan pernikahan dan jumlah uang miliaran rupiah di antara mereka. Sahara tidak ingin terlihat lemah, meskipun begitu dia masih tidak bisa melakukan apa pun untuk keluar dari situasi ini.
Keith masih dengan angkuh bertanya tentang bagaimana dia berencana untuk membayar uang sebanyak itu, Sahara tahu betapa konyol dia terlihat yang saat ini masih memiliki niat ingin menebus diri.“Siapa yang menyuruhmu untuk memiliki pikiran picik itu, hm? Kamu tidak benar-benar berpikir ingin membayarku kembali, kan?” Keith mendekatinya dengan tampang serupa, angkuh dan percaya diri. Melewati matanya, dia menatap Sahara seolah wanita itu adalah badut yang tidak tahu apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.Keith menatap Sahara dengan sorot mata yang separuh tidak mengerti. “Tidakkah kamu seharusnya senang setelah menikah denganku?”Di dalam hati yang paling dalam, Sahara tahu jika sesungguhnya Tuhan yang telah menuliskan takdir ini. Dia ditakdirkan untuk menikah dan jatuh cinta pada Afkar, lalu Tuhan mengujinya dengan mengambil Afkar lebih dulu sebelum ayahnya menikahkannya dengan Keith. Namun, sebagai manusia biasa dengan hati yang lemah dan iman yang tipis, Sahara masih merasa bahwa semua yang terjadi padanya telah membuat dia menderita.Sahara ingin mengeluh, mengapa Tuhan mengirim laki-laki ini untuknya? Mengapa Tuhan menjadikan Keith sebagai suaminya? Apakah Tuhan masih belum cukup mengujinya dengan kepergian Afkar? Hikmah macam apa yang ada di balik ini semua?Sesuatu seperti menggumpal di pangkal tenggorokan dengan rasa panas yang perlahan-lahan menguasai kedua matanya. Sahara berusaha keras menahan diri, dia tidak ingin menangis di sini, air matanya hanya akan menjadi lelucon di hadapan Keith.Jika Tuhan sudah menghendaki dan memang ingin mengujinya dengan cobaan ini, Sahara hanya bisa pasrah.Keith menyadari jika Sahara telah terdiam lama dengan kelopak mata yang setengah terbuka. Keith tidak ingin mencari tahu soal apa yang sedang berkelebat dalam benak wanita itu, tapi penampilannya yang tertekan hanya membuat Keith semakin muak.Dia meraih bahu Sahara dan berkata tepat di depan wajahnya, “Baiklah, kamu hanya perlu tahu dan mengingat dua hal ini. Pertama-”Keith terlihat tidak sabar saat dia melanjutkan, “Anggap saja aku memang membelimu dengan harga 15 miliar, aku menikahimu karena ibuku yang menyuruhku dan Kayla mengizinkanku. Jadi, berhenti berpikir untuk menebus dirimu sendiri.”“Kedua-” Mengabaikan Sahara yang mulai meringis, Keith mengerahkan sedikit kekuatan dan menekan bahu wanita itu. “Cepat atau lambat kamu akan mengandung seorang anak untukku, jadi persiapkan dirimu sebaik mungkin.”Detik waktu seolah terasa berjalan sangat lambat. Bahkan ketika Keith berbalik dan meninggalkan Kamar tersebut, Sahara masih berdiri di sana dengan perasaan tercekat.Kedua tangan mencengkeram dada, persendian lututnya terasa melemah dan Sahara terduduk dengan air mata. Bahunya sangat sakit, tapi hatinya lebih sakit. Dia masih tidak bisa menahan diri, dia terlalu takut menghadapi semua ini. Sahara merasa jika dirinya terlihat tidak lebih baik dari seekor kelinci yang terperangkap di mulut serigala. Akan datang waktu ketika Serigala itu berhenti bermain dan memutuskan untuk memakannya.Saat ini, Sahara benar-benar tidak berdaya. Hidupnya bergantung di bawah tali kekang di tangan orang lain, semua perlawanan yang dilakukan tidak akan berdampak apa-apa.••••Tiga hari sudah berlalu semenjak Sahara tiba, dia tidak pernah melihat kehadiran Keith sejak hari itu. Sahara juga tidak pernah keluar kamar, dan hanya tahu dari Naina saat gadis itu memberitahunya bahwa Keith pulang ke rumah utama.Sahara menduga jika Keith pasti pulang untuk Kayla, mungkin laki-laki itu sedang membujuk Kayla dengan berbagai cara, mengatakan bahwa Keith hanya terpaksa menikahinya tanpa didasari perasaan apa-apa.“Nyonya, Anda jangan bersedih, tuan Keith akan kembali malam ini.” Naina yang datang sambil membawa nampan makan siang menatap ke arah Sahara dengan prihatin.Sahara selalu merasa aneh dengan tingkah Naina, gadis itu memperlakukannya dengan baik, terlalu baik sehingga melewati batas wajar. Bagaimanapun, dia telah mengambil tempat paling hina di sini. Dia menikah dengan Keith dan menjadi istri simpanannya, tapi di mana rasa marah Naina untuk seorang penyusup seperti dia?Setelah beberapa lama jeda, Sahara akhirnya menanggapi, “Aku sedih?” Sahara menoleh sedikit dari melihat keluar. Rambutnya tinggal sebahu, sekarang terlihat sedikit kusut setelah dia begitu lama bersandar di ambang jendela.Naina selesai meletakkan nampan di atas meja sebelum berdiri di ujung kaki tempat tidur, melihat dengan tatapan ingin tahu ke arah Sahara. “Hm, apakah Nyonya tidak merindukan tuan?”Sahara mengabaikan sorot Naina yang ingin menyelidiki . Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan Naina, dari sudut mana dia terlihat seperti seorang istri penurut yang merindukan suaminya pulang dari rumah istri pertama? Sahara bahkan lebih senang jika Keith menetap lebih lama di tempat Kayla.“Setelah tuan pergi, saya selalu melihat Nyonya duduk di sana sambil menatap ke luar. Memangnya apa lagi jika Nyonya tidak sedang bersedih dan menunggu tuan pulang?” Naina tersenyum, tampak bersemangat. Gadis itu terlihat baru berusia belasan tahun, yang hanya memiliki hal-hal manis di kepalanya.Sahara mengabaikan sesuatu yang mengganjal di dalam hati, mengingat kepribadian Keith, bagaimana laki-laki itu akan melepaskan gadis seperi Naina? Apakah aku salah menduga?Meskipun Sahara tahu jika apa yang dikatakan Naina sama sekali tidak ada hubungan dengannya, dia masih sedikit terhibur dengan kepribadiannya yang ceria.“Kamu hanya seorang gadis yang belum menikah, tahu apa.” Mengatakannya seperti itu, Sahara tersenyum kecil.Di mata Naina, senyum Sahara berarti jika wanita itu setuju dengan perkataannya. Karena itu, dia dengan senang hati kembali berkicau, “Nyonya, karena Anda tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan, setelah makan bagaimana jika saya mengajak Anda ke suatu tempat?”Sahara melirik tak berminat ke arah nampan. Mendengar perkataan Naina, bukannya dia tidak merasa tertarik, hanya saja dia masih enggan untuk berkeliling di rumah ini jika tidak berkepentingan. Namun, mendapati gadis pelayan itu yang menatap penuh harap, Sahara menelan kembali gagasan untuk menolak.“Ke mana kamu ingin membawaku?” Sahara menyelesaikan makan siangnya sebagian dan selebihnya tidak memiliki selera yang baik. Dia bangkit berdiri dan ingin mengikuti.“Halaman belakang rumah, di sana Nyonya dapat melihat bunga di rumah kaca dan ikan di dalam kolam.” Naina yang dalam suasana hati yang baik karena Sahara mau keluar dari tempat persembunyiannya tidak berhenti berceloteh. Sahara bahkan ragu apakah gadis itu tahu untuk bernapas dan mengambil jeda? Dari segi mana pun, dapat dilihat jika Naina jelas lebih antusias darinya.“Baiklah, kalau begitu bawa aku ke sana.”Akan tetapi, Naina tiba-tiba berhenti di ambang pintu dan menatap ragu-ragu ke arah Sahara. Mengingat pesan teks yang dia terima pagi tadi. Kamu harus pastikan Keith dan istrinya tidur di kamar yang sama malam ini.“Ada apa?”“Saya lupa mengatakannya pada Nyonya, tuan berpesan jika nanti malam nyonya diminta untuk menunggu tuan Keith di lantai atas.”“Di ruangan mana?”Naina menyembunyikan kegelisahan dalam dalam nada suaranya. “Di dalam kamar tuan Keith.”“Masih marah padaku?” Duduk di ruang baca dan separuh merebahkan diri di atas sofa, adalah seorang wanita berambut panjang berwarna keemasan, dengan kontur wajah lembut dan lipstik yang merah menyala. Gaunnya menyebar menyentuh lantai, suasana di sekitarnya tampak malas dan santai. Dia memegang sebuah novel bersampul tebal dengan warna cerah, judul berbahasa inggris dicetak tebal dan tegak hingga Keith sulit untuk mengabaikannya. The Love Story, Alana Grey—begitu yang tertulis di sana, membuat Keith terpaksa memejam mata sejenak dan menghela napas panjang. “Kayla, aku sedang bertanya padamu.” Keith mengambil beberapa langkah maju, tetap meninggalkan jarak sekiranya Kayla yang duduk di sana tidak merasa kesal karena diganggu. Sama sekali tidak ada jejak ketidaksabaran dalam vokalnya yang berat, hanya suara bernada rendah yang sarat akan rindu. Kelopak matanya yang kerap setengah terangkat kini menatap terang-terangan ke arah Kayla, menantikan saat wanita itu mendongak dan tersenyum
“Lepaskan aku!” Sahara berteriak dan berusaha menarik tangannya agar lepas. Keith mencengkeram erat sekali, membuat Sahara yakin jika dia nekat menarik lebih keras maka pergelangan tangannya akan terkilir atau bahkan lepas. Keith tahu jika Sahara kesakitan, tapi dia tidak peduli. Melihat Sahara berani mengabaikan apa yang telah dia katakan, Keith marah dan ingin memberinya pelajaran.“Kamu berani berkeliling dan menunjukkan wajahmu di depanku bahkan setelah kuberi peringatan.” Keith menatap dengan berbahaya. Pergelangan tangan wanita itu terlalu tipis, akan patah jika dia mengerahkan sedikit lagi kekuatan untuk menyakitinya.“Aku tidak!” Sahara menyalak sambil melotot penuh permusuhan. Dengan mata memerah, dia ingin beringsut menjauh dari hadapan Keith, tatapan laki-laki itu yang menusuk membuat Sahara tak bisa berkutik. “Tanganku sakit, Keith ….” rintihnya.“Sakit, huh?” Keith menjebak Sahara diantara pintu kamar yang sudah dikunci. Lengannya mengapit wanita itu tanpa menyisakan jara
Seolah-olah seseorang baru saja membubuhkan kotoran tepat ke wajahnya, Sahara hanya ingin berlari ke kamar mandi dan membasuh diri saking merasa ternoda oleh pertanyaan sekaligus perbuatan Keith yang seolah buta pada penolakannya.. “Apakah kamu anjing?!” Tanpa sadar nada suaranya naik beberapa oktaf dengan kata-kata kasar yang keluar diluar kendali, Sahara menatap horor pada Keith yang mendorongnya semakin ke tepi. Dia lupa jika yang berada di atasnya adalah seorang pria dengan status suami, Keith bisa menunaikan haknya, sedangkan Sahara yang berusaha menolak dan merasa jijik justru akan menjadi orang yang berdosa. Sahara hanya merasa seolah-olah dia perempuan macam apa, yang begitu hina dan dihinakan dengan perlakukan semacam ini. “Dari awal aku sudah bilang jangan muncul di mana pun saat aku sedang di rumah, tapi kamu berlaku seolah perkataanku bukan apa-apa. Jadi, apakah kamu berharap aku akan menyentuhmu? Ingin aku membasuh dahagamu seperti ini?” Sahara sudah tidak bisa diam
“Apakah kamu tahu apa yang akan terjadi jika Keith tidak mengikat pergelangan tanganmu?”Pertanyaan pertama yang didengar Sahara setelah beberapa saat dia sadar dari pingsan datang dari seorang wanita berjas putih yang duduk di samping tempat tidurnya. Sahara tidak menjawab, tapi diamnya sudah cukup untuk membuat orang lain mengerti.“Aku adalah dokter pribadi yang bekerja untuk tuan Keith. Namaku Eveline, panggil saja aku Eve.” Eve adalah seorang dokter yang biasanya tidak terlalu suka menjaga formalitasnya, bahkan setelah bertahun-tahun bekerja di bawah naungan Keith, meskipun begitu dia tidak pernah mengatakan sesuatu yang melewati batasnya.Ada berbagai macam situasi yang selama ini dia jumpai dalam keluarga tersebut, dan biasanya tidak pernah separah ini. Paling banter adalah Kayla yang saat itu katanya salah mengira pil kontrasepsi sebagai obat kesuburan. Keith tersulut emosi dan terlanjur menampar istrinya tersebut hingga kepala Kayla terdorong ke samping dan membentur kisi je
“Kayla tidak mungkin melakukan hal bodoh itu, jangan mencoba menipuku!” Satu langkah mendekat yang diambil Keith membuat Naina gemetar tanpa sadar, wajahnya pucat dengan keringat dingin yang mengalir deras. “Apakah ibu? Ibuku yang menyuruhmu menuntunnya ke sana?!” Pertantaan Keith bergema lantang, membuat Naina berjengit sembari mengangguk-anggukan kepalanya dengan kuat.“Benar, Tuan! Nyonya besar yang menyuruhku, nyonya besar yang mengirimiku pesan untuk membuat nyonya Sahara dan Tuan tidur bersama.” Naina tidak berani lagi berbohong. Dia lelah diancam di sana-sini, belum lagi jika tuan besar sendiri yang memberi perintah, rasanya Naina ingin berhenti bekerja saat itu juga.Keith menarik kembali auranya yang berbahaya, dan mengusir Naina keluar dengan gigi terkatup. •••“Di mana menantu ibu? Keith, cepat panggil istrimu kemari.” Keith tidak terkejut dengan kedatangan ibunya pagi ini. Namun, dia terkejut dengan barang bawaan yang lumayan banyak, di saat sebelumnya ibunya hanya mem
Sahara menyingkirkan kantong kertas yang berisi segala macam obat herbal pendukung kesuburan yang dibawakan Raina untuknya. Ada juga beberapa helai jubah tidur berbahan sutera, Sahara bahkan tidak berani melirik untuk kali kedua, apalagi untuk memakainya.“Nyonya, nyonya besar menyuruh saya untuk membuatkan obat herbal dan meminta Nyonya agar meminumnya satu kali sehari, apakah tidak apa-apa?” Sahara menoleh saat Naina berdiri di depan pintu kamarnya. Dia membiarkan gadis pelayan itu menyimpan obat-obat tersebut di ruang dapur, dan menyimpan yang lain di dalam kamarnya. “Aku tidak akan meminum obat pahit itu lagi.” Sahara mengernyit, masih tertinggal rasa pahit dan asam yang beberapa saat lalu bersentuhan dengan lidahnya. Sahara memperhatikan saat Naina tampak ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu. Dia meletakan bingkisan terakhir ke dalam lemari sebelum menoleh ke arah Naina sekali lagi.“Apa ada hal lain yang ingin kamu katakan?”Sahara tidak bisa tidak mengingat apa yang terjadi ke
“Berpakaian begitu tertutup, apakah kamu takut aku akan memakanmu?”Keith yang baru saja keluar dari kamar mandi, tersenyum miring pada Sahara yang berdiri kaku di depan pintu kamarnya.“Di mana aku harus tidur?” tanya Sahara, mengalihkan pandangan ke arah lain dari setengah tubuh Keith yang terbuka. Setelah kejadian tempo hari, Sahara telah kehilangan satu perempat bagian rasa gugupnya saat berhadapan dengan Keith. Namun, dia tetap akan rakut jika pria itu mulai mendekat dan mengintimidasinya dengan sentuhan.Keith melangkah ke arah ruang ganti, melepaskan handuknya begitu saja, dan dengan santai memilih piama untuk dikenakan. Tatapannya tertuju pada selimut yang terlipat rapi di kolong paling bawah, memikirkan sesuatu, tapi tidak memutuskan apa-apa.“Tidur saja di atas tempat tidurku, kecuali jika kamu ingin tidur di sofa atau bahkan di lantai dingin itu.” Keith menunjuk kedua tempat tersebut dengan ujung matanya, dia sendiri berjalan menuju tempat tidur dan duduk bersandar di sana
Hingga terdengar debuman pintu kamar mandi yang dibanting tertutup, baru saat itulah Sahara berani membuka mata dan perlahan-lahan bangkit berdiri dengan gemetar. Sahara merasa jijik luar biasa, dia berlari keluar kamar dan kembali ke lantai utama menuju kamarnya. Di sana, dia tidak sengaja berpapasan dengan Naina, Sahara bahkan tidak ingin tahu apa yang membuat gadis itu bangun pagi-pagi buta.Sahara bahkan membuang jilbabnya sembarangan ke tempat sampah. Tiba di kamar mandi, hal pertama yang dilakukan adalah mengisi penuh bak mandi dengan air dingin, lalu mencelupkan seluruh kepalanya ke dalamnya.Menjijikkan!Keith sangat menjijikkan!Dengan semua kebencian yang bergumul di dalam dada, Sahara mengabaikan rasa sakit di kulit kepala saat berusaha mengenyahkan semua bekasan milik Keith yang membuat seluruh tubuhnya mati rasa.Sahara melupakan peringatan Eve soal bekas luka di pergelangan tangannya yang tidak diperbolehkan menyentuh air. Saat ini, di balik lengan panjang sweater yang