“Arsyana!”
Seorang wanita cantik berusia 30 tahunan, menghadang Arsyana Quinshaa–teman kuliah dari keponakannya–Karin Rashif Qaylandra, saat Arsyana sedang berjalan di depan rumah Karin.
“Bukannya itu bibinya Karin?”
Alis Arsyana seketika terangkat sebelah, saat dia melihat kalau wanita itu adalah bibi dari sahabat baiknya.
“Ikut aku.”
Wanita itu–Devina Qaylandra langsung menarik tangan Arsyana untuk masuk ke dalam mobil sedan mewah miliknya.
“A–ada apa, Bi?” tanya Arsyana, terbata.
Namun dia tetap menuruti Devina untuk masuk ke dalam mobil.
Begitu mereka duduk di dalam mobil, Devina langsung berkata tanpa basa-basi, “Langsung saja ke intinya, Arsya. Aku mau menawarkan bantuan untukmu.”
Kening Arsyana langsung berkerut mendengar perkataan Devina..
“Bantuan? Maksud Bibi?”
Devina tersenyum tipis, menatap Arsyana di sampingnya dengan tatapan penuh arti.
“Arsyana, aku tahu semua apa yang sudah kamu alami selama ini, karena itu aku akan membantumu.”
Tatapan Devina begitu serius, seolah dia ingin meyakinkan Arsyana kalau dia benar-benar ingin membantunya.
Arsyana menggeleng pelan. Dia masih tidak bisa menangkap maksud perkataan bibi sahabatnya itu.
“Bibi Devina, aku mohon. Aku sama sekali tidak mengerti maksud dari perkataanmu. Bantuan? Bantuan apa, maksudmu?!”
Arsyana akhirnya mengungkapkan kebingungannya.
“Aku tahu, kalau kamu sekarang ini sedang membutuhkan banyak uang. Uang untuk biaya pengobatan ibumu, dan untuk melunasi hutang-hutang ayahmu.”
Karin kembali mengulas senyuman tipis, sambil melipatkan kedua tangannya di dada dengan santai. Tatapannya masih sama, seakan menyiratkan niatan lain yang terselubung.
Kening Arsyana semakin mengkerut tak mengerti, namun dia tetap menyimak dengan seksama apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya itu..
“Baiklah, singkat saja Arsyana. Aku akan membantumu, asal …”
Devina menjeda sejenak, sebelum kembali melanjutkan, “ Kamu mau mengandung anak dari suamiku, Kelvin. Lalu memberikan anak yang sudah kamu lahirkan dengan sukarela padaku. Dan syaratnya–”
“Tunggu!”
Arsyana langsung memotong dengan telapak tangannya yang terangkat.
“Maksud Bibi dengan–”
“Biarkan aku selesaikan bicaraku dulu, Arsya!”
Devina balas memotong dengan nada yang lebih tegas, membuat Arsyana spontan menutup mulutnya.
“Syaratnya gampang. Kamu hanya perlu tidur satu malam dengan suamiku, Kelvin. Pastinya kamu tahu Kelvin, Kelvin Daviandra. Semua orang di kota ini tahu tentang dia.”
Devina terkesan begitu santai saat melanjutkan penjelasannya. Dia tersenyum tipis, menikmati raut wajah Arsyana yang terperangah menatapnya dengan tak percaya.
Suasana menjadi hening sejenak, mencerna apa yang barusan di katakan oleh Devina kepadanya.
“Kenapa?” tanya Devina, tiba-tiba memecahkan keheningan.
“Nggak mungkin, kan, kamu tidak mengenal suamiku, Kelvin Daviandra. Sang pewaris utama salah satu dari 5 perusahaan terbesar di negara kita?” lanjutnya, penuh rasa bangga sekaligus mengejek.
“Tentu saja aku mengenalnya. Aku pasti mengenal siapa-siapa saja yang memiliki sangkutan hutang-piutang dengan ayahku.”
Arsyana menjawab dengan nada rendah, sambil memalingkan wajahnya dari Devina yang terus menatapnya dengan tatapan merendahkan.
“Berhutang?!” pekik Devina, terkejut.
Kali ini Devina yang dibuat terkejut oleh Arsyana dengan pernyataannya.
“Hm.”
Arsyana bergumam kecil, sambil berusaha untuk tetap bersikap tenang menanggapi permintaan Devina sebelumnya.
“Ah, baiklah-baiklah. Aku tak peduli soal itu,” tepis Devina, tak mau ambil pusing.
“Jadinya bagaimana, apa kamu mau Arsyana?” tanya Devina, penuh harap. Senyuman manis terulas tipis di wajah cantik Devina yang begitu terawat.
“Aku akan membayarmu dengan sangat mahal. Satu miliar. Satu miliar Arsyana!”
Tak tanggung-tanggung, Devina langsung menawarkan nominal uang yang cukup menggiurkan untuk Arsyana, agar gadis itu tak menolak tawarannya.
Namun, Arsyana masih tetap diam. Dia menyimak perkataan Devina dengan seksama, sambil berusaha memindai mimik wajah Devina untuk mendeteksi tingkat keseriusannya.
“Bahkan, aku bisa memberikanmu lebih dari itu, kalau kamu berhasil melahirkan anak laki-laki untuk suamiku,” lanjut Devina kembali, memberikan tawaran yang lebih besar.
“Bibi, sepertinya kamu sudah tidak waras!”
Arsyana mulai angkat bicara, tanpa ragu dia langsung mencerca Devina. Napasnya mulai terasa memburu seiringan dengan luapan emosi yang tertahan kuat di dalam dadanya. Bahkan, Rona wajahnya mulai merah padam, karena merasa dirinya saat ini tengah di permainkan oleh Devina. Dia pun langsung mengeluarkan botol air mineral dari dalam tas ranselnya, membuka tutup botol dengan kasar, dan menenggak air mineral di susul menghela napas sekaligus dengan kasar. Lalu dia tanpa ragu langsung meraih gagang pintu mobil disamping untuk membukanya, tapi pintu itu langsung terkunci otomatis karena ulah sopir di yang duduk didepan mereka.
“Buka!”
Arsyana mulai berteriak membentak ke arah sopir. Dan dia semakin panik, saat sopir itu tak kunjung membukakan pintu mobil. Arsyana mulai merasakan bahwa situasinya saat ini tidaklah main-main.
“Kau benar-benar naif sekali Arsyana. Dasar angkuh!” cerca Devina sinis.
“Kamu masih bisa bertingkah angkuh, seolah kamu memang tidak membutuhkan uang itu. Padahal, kamu sangat membutuhkan uang itu, Arsyana,” cibir Devina, sambil tersenyum mengejek.
“Aku memang sangat membutuhkan banyak uang Bi. Tapi, bukan berarti aku akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya,” bantah Arsyana, dengan tegas menepis cercaan Devina.
“Aku tak tahu, apa yang Karin katakan padamu tentangku. Tapi yang jelas, aku sama sekali tidak berminat dengan tawaran gilamu itu, bibi cantik!” lanjut Arsyana, dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Mendengar itu, Devina justru menyeringai jahat, tatapannya justru semakin sulit untuk diartikan. Auranya terkesan mengerikan, hingga Arsyana bergidik ngeri saat berkontak mata dengannya.
"Apa?!" pekik Kelvin terkejut mendengar kabar hilangnya Arsyana.Deru napasnya seketika terasa berat. "A--aku, aku tidak bisa kehilangan -nya," ucap Kelvin panik, dan dia langsung bergegas pergi sambil mengeluarkan handphone miliknya untuk menelepon seseorang."Cari! Cari istriku Arsyana sekarang!" teriak Kelvin di telepon. "Temukan dia, di mana pun dia berada, temukan dia secepatnya!" teriaknya lagi begitu emosional."Ada apa?!" tanya Rossalia Ibu Kelvin ikut panik melihat putranya yang terlihat begitu emosional."Arsya--Arsyana menghilang," jawab Kelvin tergagap saking paniknya.Deg!Rossalia mengerjap kaget, matanya terbelalak sempurna menatap sang putra."Kelvin terlihat begitu khawatir dan hancur, apa dia menyukai gadis itu?" batin Rossalia bertanya-tanya sambil menatap putranya."Ibu, aku harus mencari Arsyana. Dia sedang mengandung bayiku saat ini," ucap Kelvin panik, dengan wajah dan matanya memerah.Antara amarah,kesal, khawatir,panik bercampur aduk saat ini.Rossalia langsun
"Davian, kau bawa Arsyana ke rumah Ibu ku," titah Kelvin pada asistennya Davian melalui sambungan telepon mereka."Baik Tuan," Balas Davian patuh.Kelvin berpikir sambil duduk di ruangan kerjanya. Karena dia mulai kembali ke kantor, dan mengambil alih kembali pekerjaan kantor, setelah lebih dari dua bulan tidak masuk kantor.Kali ini beralih Davian yang di berikan tugas olehnya untuk menjaga Arsyana."Ting...."Sebuah pesan masuk ke ponsel Kelvin. Dan dia langsung membaca pesan itu.[Sudah lama kita tidak makan malam bersama. Aku sudah memesan restoran tempat biasa kita kunjungi, kau datanglah....]Pesan singkat dari Devina membuat Kelvin diam dan berpikir. Dia menatap layar ponselnya, dan mengulang-ulang membaca pesan dari Istrinya Devina. [Aku tidak bisa, karena malam ini aku ada acara makan malam dengan ibu.]Kelvin kembali meletakkan ponselnya di atas meja kerja. Dia kembali dengan pekerjaan, memeriksa file dokumen yang terdapat di meja kerjanya. Dan itu harus di tanda tangani o
"Aku tidak bisa membiarkan gadis itu merebut posisiku," geram Devina tertahan."Nyonya, apa tidak sebaiknya saja, kita bereskan gadis itu? Karena, keberadaannya akan semakin mengancam posisimu," usul Albert memberikan saran pada Devina."Tidak, kita tidak boleh gegabah. Gadis itu saat ini sedang hamil, kita tidak bisa membahayakan bayi yang ada di dalam kandungannya," tolak Devina.Dia menghela napasnya dengan sekaligus, berusaha untuk menetralisir rasa marahnya yang kian bergejolak karena pertengkarannya dengan Kelvin sebelumnya.Kelvin yang ingin memberitahukan keluarganya tentang Arsyana, itu di tentang oleh Devina. Hingga keduanya mulai bertengkar, pertengkaran yang jarang sekali terjadi sebelumnya.Sebelumnya, di saat Dia dan Kelvin bertengkar, Kelvin selalu mengalah, bahkan tidak pernah sekalipun pria itu membentaknya. Namun kali ini berbeda, Kelvin sudah berani membentaknya, dan memutuskan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri.Tampaknya, menghadirkan Arsyana di dalam kehidupan ru
“Dia harus pindah dari sini,” ujar Devina.“Pindah ke mana maksud Nyonya?” tanya Davian dengan dahinya mengkerut.“Tentu saja ke tempat yang jauh dari sini,” jawab Devina menekankan.“Tidak, Nona Arsya tidak boleh ke mana-mana tanpa seijin Tuan Kelvin,” tolak Davian tegas.“Kau membantahku?” pekik Devina dengan tatapan tajam sempurna.“maaf Nyonya, semuanya harus dibicarakan dahulu dengan Tuan. Karena tanggung jawab saya di sini adalah menjaga Nona Arsya,” jelas Davian menegaskan.“Sialan kau!” pekik Devina merasa kesal.Lalu dia pun keluar dari kamar Arsyana, karena tak bisa mendebat banyak Davian kali ini. Jelas, rencananya untuk memindahkan tempat tinggalnya Arsyana tak akn di setujui oleh Kelvin.“Katakan pada orang kita, untuk lebih mengawasi Arsyana lebih ketat lagi,” titah Devina pada Albert.“Baik Nyonya,” jawab Albert seraya mengangguk patuh.Devina berlalu pergi dari kediaman Arsyana dengan perasaan kesal luar biasa, karena dia merasa kalah telak kali ini dari Arsyana si gadi
Kelvin menarik tangan Devina dengan begitu kasar, untuk membawanya pergi dari tempat itu. Dia membawa Devina ke ruangan kerjanya, agar bisa berbicara dengan Devina berdua serta lebih serius tanpa adanya gangguan dari siapapun. “Apa yang kau tadi Devina? Apa maksud mu dengan melewati batas? Apa kau lupa, kalau kau sendirilah yang menghadirkan Arsyana untuk ku!” cecar Kelvin dengan tatapan menajam sempurna pada istrinya Devina. “Iya, benar, akulah yang mendatangkan gadis itu untuk mu. Tapi dia hanya untuk mengandung bayimu, bukan untuk mendapatkan cintamu Kelvin!” sentak Devina penuh emosi. “Apa kau sudah gila? Apa maksudmu dengan mendapatka cintaku?” bantah Kelvin atas apa yang di lontarkan Devina kepadanya. “Kau pikir aku bodoh Kelvin? Sehingga aku tak tahu apa yang terjadi selama kalian tinggal bersama? Kau pikir aku ini apa hah? Aku berkorban segalanya demi kamu mendapatan penerus dari darahmu sendiri. Tapi apa? Kau justru menikmati setiap malam mu dengan gadis itu!” sentak Devi
Devina mendatangi kediaman Arsyana. Jalanannya begitu elegan, dengan penampilan modis layaknya Nyonya besar berkelas.“Dimana gadis itu?” tanya Devina pada pelayan khusus yang di tetapkan olehnya sebagai informant di tempat Arsyana.“Di-dia ada di gazebo belakang, bersama Tuan,” jawab pelayan itu sambil tertunduk hormat.Devina mendengus kesal, tatapan matanya menajam, dengan gigi gemeretak di sertai kepalan tangannya menguat menahan amarahnya.Albert yang berdiri tepat di belakang Devina, dia menatap pada kepalan tangan wanita itu, dan dapat terbaca olehnya kalau wanita di depannya itu tengah di di penuhi oleh amarah, sekalipun Devina memunggunginya.“Mereka masih bermain-main di belakang ku! Lihat saja pembalasan ku!” geram Devina menahan kesal.Dia pun melangkah masuk dengan letupan emosi yang bergejolak, menahan kuat raa ingin membunuh Arsyana saat itu juga. Namun dia harus tetap bersabar, setidaknya sampai Arsyana melahirkan nanti.“Waah... seperti, pagi yang sangat indah, hangat