Share

Rahim Satu Miliar Milik CEO Dingin
Rahim Satu Miliar Milik CEO Dingin
Penulis: Teteh VSuga93

Bab. 1 Tawaran Gila

 “Hey!”

Seorang Wanita cantik berusia 30 tahunan, ia menghadang seorang Gadis yang 10 tahun lebih muda darinya, di saat gadis itu sedang berjalan kaki di depan sebuah rumah besar milik kakak Si Wanita.

“Kau?” gadis itu mengernyitkan alisnya, “Bukannya kau Bibinya Karin?” tanya gadis itu.

“Ikut aku,” titah Wanita itu langsung pada intinya, sambil menarik tangan sang Gadis untuk masuk ke dalam mobil sedan mewah miliknya.

“A--ada apa Bi?” tanya Sang Gadis terputus-putus, namun dia tetap menurut untuk masuk ke dalam mobil.

“Langsung saja pada intinya Arsyana, aku ingin menawarkan sebuah bantuan untukmu,” ucap Sang Wanita, begitu keduanya sudah duduk didalam mobil.

“Bantuan? Maksud Bibi?” tanya Sang Gadis yang di panggil dengan sebutan Arsyana sambil mengkerutkan keningnya.

Wanita itu tersenyum tipis, sambil menatap gadis yang di panggilnya dengan sebutan Arsyana dengan penuh arti.

“Arsyana ... Arsyana ... aku tahu semua tentang diri mu, dan aku akan membantu mu,” tandasnya sambil menyandarkan punggungnya dengan santai di sandaran tempat duduknya di dalam mobil.

Arsyana menggelengkan kepalanya pelan, dan dia tampak masih tak mengerti dengan apa yang di maksudkan oleh wanita yang di panggilnya dengan sebutan bibi itu.

“Bibi Devina, aku mohon, tolong jangan membuat aku bingung. Jelaskan, sebenarnya apa maksudmu?” tanya Arsyana kembali, “Dan apa yang kau maksud dengan bantuan?”

Arsyana semakin mendesak tidak sabaran.

“Aku tahu, kalau saat ini kau sedang membutuhkan banyak uang. Kau butuh untuk biaya perawatan ibumu di rumah sakit, dan juga kau membutuhkan uang untuk melunasi hutang-hutang ayahmu.”

Wanita yang memiliki nama Devina itu tersenyum tipis di susul dengan melipatkan tangannya di dada dengan santai.

Kening Arsyana semakin mengkerut tak mengerti, namun dia tetap menyimak dengan seksama apa yang di katakan oleh lawan bicaranya Bibi Devina. Bibi dari sahabat karibnya di masa sekolah dan kuliahnya, yaitu Karin, Karin Rashif Qaylandra.

“Baiklah, singkat saja Arsyana. Aku akan membantu mu, asal ... kau mau mengandung anak dari suamiku Kelvin. Dan memberikan anak yang berhasil kau lahirkan itu secara sukarela kepadaku..." Devina menjeda sejenak.

"Gampang saja, kau hanya perlu tidur dengan suamiku, sampai benih suamiku Kelvin tertanam di dalam rahim mu. Dan suamiku adalah Kelvin, Kelvin Daviandra. Kau pasti mengenalnya, kan?"

Devina terkesan begitu santai saat memberikan tawarannya pada Arsyana.

“Deg!”

Arsyana sontak terperanjat mendengarnya, kedua matanya membulat sempurna menatap dengan rasa tak percaya pada sosok wanita yang duduk berdampingan dengannya itu.

Suasana menjadi hening sejenak, di saat Arsyana masih dengan keterkejutannya, dan mencerna apa yang barusan di katakan oleh Devina kepadanya.

“Tak mungkin kau tak mengenal Kelvin Daviandra. Sang pewaris utama dari keluarga pengusaha kaya raya, yaitu keluarga Daviandra,” ucap Devina kembali penuh rasa bangga.

“Tentu saja aku mengenalnya. Aku harus mengenal siapa-siapa saja yang memiliki sangkutan hutang-piutang dengan ayahku,” jawab Arsyana sambil memalingkan padangannya kepada dua sosok laki-laki yang duduk di kursi depan mobil yang di tumpanginya itu.

Dan kedua laki-laki itu sedari tadi hanya terdiam, menyimak, tanpa mengeluarkan sepatah katapun, seakan mereka berdua terkontrol otomatis gerak bibir da tubuhnya oleh Devina.

Kedua laki-laki itu adalah sopir pribadi Devina. Sementara yang satunya lagi, dia tampak seperti seorang asisten pribadi atau orang kepercayaan Devina.

“Berhutang?”

Kali ini Devina yang mengerutkan keningnya dengan bingung.

“Hmm..” Arsyana bergumam, sambil berusaha bersikap tenang menanggapi pemintaan Devina sebelumnya.

“Ah, baiklah, aku tak peduli soal itu,” tepis Devina dengan acuh tak acuh.

“Jadinya bagaimana? Apa kau mau Arsyana?” tanya Devina, dan kembali menyunggingkan senyuman tipis di wajahnya yang cantik.

“Aku akan membayarmu dengan sangat mahal. Satu miliar ... satu miliar Arsyana!”

Tak tanggung-tanggung, Devina langsung menawarkan nominal uang yang cukup menggiurkan untuk Arsyana, agar gadis itu tak menolak tawarannya.

Namun Arsyana masih tetap diam, dan menyimak Devina dengan seksama. Sambil berusaha memindai mimik wajah Devina, untuk mendeteksi tingkat keseriusan wanita itu dalam perkataannya.

“Bahkan, aku bisa memberikanmu lebih dari itu, jika kau mau,” imbuh Devina kembali dengan mantap.

“Bibi, sepertinya kau sudah tidak waras!” Arsyana mulai angkat bicara dengan mencerca Devina.

Nafas Arsyana mulai tercekat sesaat, lalu memburu dengan luapan emosi bergejolak yang tertahan kuat di dalam dadanya. Bahkan, wajah Arsyana mulai memerah padam, karena merasakan dirinya saat ini tengah di permainkan oleh Devina.

Gadis itu pun langsung mengeluarkan botol air mineral dari dalam tas ranselnya, membuka tutup botol dengan kasar, dan menenggak air mineral di susul menghela nafasnya sekaligus dengan kasar.

Arsyana langsung meraih gagang pintu mobil, dan hendak membukanya untuk keluar.

“Ceklek.”

Pintu mobil seketika terkunci otomatis karena ulah Sang Supir di kursi depannya.

“Bukaaa!” Arsyana mulai berteriak membentak Sang Supir.

Perasaannya semakin panik, saat Arsyana merasakan bahwa situasinya saat ini tidaklah main-main.

“Cih ... Kau benar-benar naif sekali Arsyana. Atau kau memang terlalu angkuh!” cerca Devina sinis.

“Kau masih bisa bertingkah angkuh, seolah kau tak membutuhkan uang itu. Padahal justru sebaliknya, kau sangat membutuhkan uang Arsyana,” cibir Devina sambil tersenyum mengejek.

“Aku memang sangat membutuhkan banyak uang Bi, tapi bukan berarti aku akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya,” sanggah Arsyana menepis cercaan Devina.

“Aku tak tahu, apa yang Karin katakan padamu tentangku. Tapi yang jelas, aku sama sekali tak berminat dengan tawaran gilamu itu, bibi cantik!” sambung Arsyana kembali dengan penuh penegasan.

Arsyana mempertajam tatapannya pada Devina, seakan dia siap membunuh Devina saat itu juga.

Devina menyeringai jahat, dan membalas tatapan tajam Arsyana dengan tatapan yang sulit sekali di artikan. Namun Devina terkesan mengerikan, hingga Arsyana bergidik ngeri sesaat saat berkontak mata dengannya.

“Sayang sekali. Padahal aku dengan berbaik hati menawarimu baik-baik Arsyana.”

Arsyana semakin bergidik ngeri mendengarnya, di tambah seringaian licik terukir di wajah cantik Devina itu tampak sangat mengerikan untuk gadis itu.

Namun Arsyana berusaha mengumpulkan segenap keberaniannya untuk berhadapan dengan Devina, agar dia tak menunjukan perasaan gentarnya pada sosok wanita yang menurutnya sangat aneh sekaligus gila itu.

Devina lalu melirik pada asistennya yang duduk di kursi depan, “ Berikan padaku,” pinta Devina pada laki-laki yang duduk di depannya itu.

Laki-laki yang sedari tadi hanya diam dan menyimak itu, lalu dia mengeluarkan sebuah smartphone dari dalam tas yang di pangkunya.

Lalu dia menghubungi seseorang dengan menekan beberapa nomor, dan memastikan panggilan teleponya tersambung, baru dia memberikannya kepada Devina.

“Ini Nyonya,” ucap Laki-laki itu sambil menyodorkan smartphone pada Devina.

“Halo ... paman, ini aku Devina,” ucap Devina menyapa seseorang yang di panggilnya dengan sebutan paman.

“Apa pasien bernama Qyanara Jasmine, benar dia di rawat di rumah sakitmu Paman?” tanya Devina sambil melirik tipis pada Arsyana.

“Aku minta, Kau mengeluarkan wanita itu dari rumah sakitmu Paman--” terpotong.

“Apa yang kau lakukan Bi?” bentak Arsyana sambil merebut smartphone itu dari Devina.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status